Kreek!
Pintu akan dibuka, kakiku mulai bersiap menendangnya kapan saja
Cklek!
Pintu terbuka, kakiku melesat menuju pria itu. Namun kakiku dengan mudahnya ia tangkap
Tidak!
Ia melepaskan senapannya dan memegangi kakiku
"Akkhh!" Aku berteriak, berusaha melepaskan kakiku dari tangannya
Kuarahkan kaki kiriku untuk menendangnya, lagi untuk kedua kalinya
"Akkhh!"
Tidak! Itu sia-sia
Lagi-lagi ia menangkap kakiku dengan tangannya yang satunya
"Lepaskan aku!" Aku berteriak, berusaha melepaskan kedua kakiku dari cengkramannya
"Hahaha, sudah kuduga pasti ada orang didalam mobil ini" Ujarnya sambil tertawa kejam
Kini kuacungkan pistolku kepadanya, berusaha untuk melawan
"Apa!" Ucapnya panik saat aku mengacungkan pistolku kepadanya
"Wwaaaagh!" Pelatuk pistol sudah hampir kutarik, namun ia terlebih dahulu menarik kakiku keluar dari mobil
"Arrgghh!" Kepalaku jatuh menghantam tanah, ia menarikku dengan kencang
"Haha, percuma saja kau melawan!" Pekiknya senang
"Hyyaaa!" Ia menarik lalu melemparkan tubuhku dengan keras ke udara, aku terbanting dan berputar di sepanjang permukaan tanah dan pistolku lepas dari genggamanku
Ia melangkah maju, sepertinya ia masih belum puas atas apa yang ia lakukan kepadaku
Aku berusaha bangkit, merangkak maju berusaha menggapai pistolku yang terjatuh tak jauh dariku
"Arrgghh!" Ia menjambak rambutku dengan keras, hingga membuat kepalaku tertarik ke depan
Sedikit lagi!
Aku terus merangkak, mencoba mengambil pistolku. Kucoba bertahan dari rasa sakit yang ia berikan padaku
"Haha! Jangan berusaha melawan, biarkan saja dirimu tewas, semakin cepat kau mati, penderitaanmu akan segera hilang" Ujarnya dengan memperkuat tarikannya
"Arrgghh!" Aku sudah tidak kuat. Ia menjambak rambutku dengan sangat keras, kepalaku ikut tertarik ke belakang
Sakit sekali, apa aku akan kalah di sini?
Pria itu berbalik badan, melangkah maju mendekati senapannya
Tidak! Aku tidak boleh mati di sini!
Aku bangkit, berdiri dengan sempoyongan sambil memegangi kepalaku
Pandanganku sudah agak kabur, mataku sedikit demi sedikit mulai menutup
Ia sudah mengambil senapannya, sekarang ia tengah membidik ke arahku
"Hahaha, mati kau!" Ucapnya tersenyum dengan memperlihatkan semua gigi yang ada di dalam mulutnya
Dhor!
"Tidak!!!" Evan secara tiba-tiba keluar dari mobil dan mendorong pria itu hingga terjatuh. Alhasil, tembakannya meleset
Pria itu bangun, mereload lalu membidik senapannya kepadaku lagi
"Tidak! Jangan lakukan itu!" Evan memegangi badan pria itu dan mengguncangkan badannya
"Lepaskan tanganmu dariku, anak kecil!" Pria itu berusaha melepaskan dirinya
Brakk!
Pria itu menendang Evan dengan keras, hingga membuatnya terpental dan membentur pohon
Amarah mulai memenuhi diriku, dendam menguasai pikiranku
Tanganku mengepal erat, mataku mengeluarkan cairannya dengan deras
Darah segar yang bercucuran bercampur dengan keringat dan air mataku
Wajahku, telah dipenuhi dengan darah hingga aku tidak bisa melihat apa-apa selain air berwarna merah yang mengalir
Aku terjatuh, aku lemas, aku tidak bisa melakukan apa-apa
Yang kurasakan hanyalah, rasa dendam, kemarahan, pembalasan
Dendam? Ya, Dendam!
Entah apa yang aku pikirkan, namun rasanya aku ini harus membalas perbuatannya
Aku kehilangan kontrol diriku, lagi. Aku tidak bisa menguasai diriku. Hanya ada Dendam!
Pria itu membidikku, lagi
Dhor!
"Rasakan itu! Mati kau! Hahaha!" Ucapnya dengan tertawa kejam saat melihat peluru yang berasal dari senapannya tepat mengenai kepalaku
Tanganku terangkat ke samping, tubuhku terbang bagaikan helaian bulu yang terbang terkena angin
"Apa!?-" Teriaknya kaget karena melihatku masih hidup
"Tidak mungkin!" Sambungnya, lalu mulai mereload senapannya
Dhor!
Ia membidik dan menembakku tepat di bagian dada, namun, aku tidak merasakan apa-apa, selain Dendam
Berulang kali ia menembakku namun aku tetap tak merasakan sakit sedikitpun
Tanganku mengeluarkan cahayanya, angin yang berada di sekitarku yang mulanya diam mulai berhembus kencang
Batu-batu yang kecil maupun besar ikut bergetar, bahkan ada yang sampai terangkat
Tanah bergetar, terlihat jelas ia terjatuh karena guncangan itu. Daun-daun di pohon mulai berguguran, sangking kuatnya guncangan itu
Aku bergerak, terbang dan mendatangi adikku yang terbaring tak berdaya
Evan, bangunlah!
Evan tak kunjung bangun, mungkin ia menendang Evan terlalu keras
"Dia sudah mati! Hahaha!" Ucap pria itu dengan tertawa lebar
'Balaskan dendammu padanya!-'
"Ini!-"
"Semua!-"
"Karena!-"
"Dirimu!-"
'Sekarang!!'
Angin berhembus sangat kencang, aku kehilangan kendali. Tanah berguncang hebat
Aku benar-benar kehilangan kendali, bukan aku yang menggerakkan diriku, seakan-akan ada yang mengendalikanku
'Hahaha! Waktunya diriku untuk membalasnya!'
Berulang kali aku mendengar bisikan dan suara yang kurasa berasal dari diriku
Tanganku mengarah padanya, ia terangkat, semakin tinggi dan semakin jauh
'Waktunya bermain, tuan!'
Tanganku mengangkat ke atas, pria itu terbang
"Mati kau!" Ia terjatuh dari titik tertinggi, menghempas tanah dengan kerasnya
"Ghhrraa!" Tanganku mengayun, naik dan turun, pria itu terbanting, begitu seterusnya
Tubuhku mendekatinya, tanganku mengepal erat
Bugh!
Bugh!
Bugh!
Tiga hantaman berturut-turut mengenai badannya, ia sudah pingsan, namun tubuhku tetap memukulinya
Bukan aku yang mengendalikan diriku, aku hanya diam, melihat tubuhku melakukan itu sendiri
'Tidak! Ini bukan diriku!'
'Tidak, inilah dirimu, Tuan!'
Entah dengan siapa aku berbicara, tidak ada siapapun disini kecuali aku sendiri, Evan, dan pria itu
'Bukan! Aku tidak seperti ini!'
'Inilah dirimu yang sebenarnya!'
'Tidak! Siapa kau!? Bukan aku yang mengendalikan diriku!'
'Aku?! Aku adalah dirimu, dan dirimu adalah aku!'
'Tidak! Aku hanyalah aku! Dan kau bukan diriku!'
'Ini aku, dirimu sendiri! Aku berada di dalam tubuhmu tuan, jadi, aku juga bagian dari dirimu'
'Tidak! Sekarang berikan kendali diriku kepadaku! Dan kau, sama sekali tidak berhak untuk mengendalikanku!'
'Mungkin sekarang kau belum percaya bahwa aku adalah dirimu. Tapi nanti! Kau pasti akan percaya dan membutuhkanku'
'Tidak! Selamanya aku tidak akan membutuhkanmu! Sekarang berikan kontrol diriku kepadaku'
'Baiklah, terserah padamu tuan. Namun jika kau membutuhkanku, panggil saja aku-'
'Oh iya, ingatlah satu hal, aku berhak setengah dari kontrol dirimu saat kau merasakan DENDAM, KEMARAHAN, ATAU APAPUN yang berhubungan dengan EMOSImu'
Bruk!
Tubuhku seketika terjatuh, dan badanku mulai merasa lemas
Sepertinya, energiku terkuras habis karena kejadian tadi. Dan siapa tadi yang mengendalikan diriku aku tidak peduli padanya
Pria itu, tewas ditempat. Meskipun aku tau ia pantas mendapatkannya, masih ada rasa kasihanku padanya
Sekarang aku mulai merangkak, menuju adikku yang masih terbaring
"Evan, bangunlah!" Ucapku sambil menggoyangkan tubuhnya, berharap ia akan bangun
"Evan, bangunlah, kumohon" Tetap tak ada sahutan
Aku menangis, meneteskan air mataku untuk kesekian kalinya
"Ka--kak" Terdengar suara kecil dibalik tangisanku
Evan masih hidup, syukurlah
"Evan-" Kupeluk Evan dengan erat, disamping isak tangis ada rasa syukur di hatiku
"Apa kamu baik-baik saja?" Tanyaku disela isak tangisku
"Ihh, cengeng" Jawabnya
"Eh anu, enggak kok, anu, tadi itu mata kakak kelilipan debu" Balasku sambil mengusap mataku
"Hmm, mencurigakan" Ucapnya lagi sambil membuat wajahnya seakan ia adalah detektif
"Eh, apa yang mencurigakan? Sudahlah, lupakan saja. Yang penting kamu baik-baik saja kan?" Balasku kemudian bertanya
"Iya-" Jawabnya lalu menoleh ke kanan dan ke kiri, seakan sedang mencari sesuatu
"Dimana? Dimana orang tadi?" Tanyanya balik
"Dia sudah mati" Jawabku singkat
"Kakak, wajahmu, dan tubuhmu-" Ucapnya sambil melihat wajah dan tubuhku
"Darah ada dimana-mana, di sekujur tubuhmu dan kepalamu. Apakah kakak baik-baik saja? Apakah sakit?" Sambungnya lalu bertanya lagi
"Tidak, kakak tidak papa, dan kakak tidak merasakan sakit sedikitpun. Hanya saja, kakak lemas" Jawabku
"Baiklah" Balasnya
Evan berdiri, berjalan dan melihat pria itu yang sudah dipastikan ia meninggal
"Arrgghh!" Aku mencoba berdiri namun kembali terjatuh
Evan berlari menghampiriku lalu membantuku berdiri
"Katanya tidak terasa apapun, mengapa malah berteriak?" Tanyanya
"Iya, memang benar aku tidak merasakan apapun. Tetapi kakiku ini rasanya sangat lemas, aku tidak bisa berdiri" Jawabku
Evan memapahku berjalan menuju mobil, kemudian memijat kakiku padahal tidak aku suruh
"Terimakasih ya, Evan" Ucapku sembari mengacak-acak rambutnya
"Iya" Jawabnya memegang tanganku agar tidak mengacak rambutnya lagi
"Evan, bisa tolong ambilkan pistol kakak itu?" Pintaku
"Tentu" Jawabnya lalu menghampiri tempat dimana pistolku terjatuh, ia kembali dengan membawa pistolku
"Ini" Ucapnya sambil menjulurkan pistol itu padaku
"Bagaimana jika aku berikan pistol itu padamu? Mau?" Tanyaku
"Serius? Tentu aku mau-" Jawabnya riang
"Lalu bagaimana denganmu?" Tanyanya balik
"Tenang saja, masih ada pistol lagi di bagasi di tas yang dibawa paman" Jawabku
"Ohh, baiklah" Balasnya
Aku mengambil kotak P3K yang aku taruh di dalam mobil lagu aku mengambil kapas dan kubersihkan darah yang ada di sekujur tubuhku
Tidak kusangka, ternyata masih ada orang seperti itu disaat seperti ini
Huft
Aku menghembuskan nafas, aku berpikir sejenak sambil menatap langit yang mulai menampakkan matahari
'Bagaimana jadinya dunia ini jika semua orang berperilaku seperti itu?'
Mungkin dunia ini akan hancur, kurang lebih seperti saat ini
Aku harap ini hanyalah mimpi, lalu aku akan bangun dari tidurku. Tetapi aku sadar bahwa ini nyata
Aku tatap Evan yang sedang bermain dengan pistol yang aku beri, bagaimana anak sekecil Evan harus menghadapi semua ini? Pasti bukan hanya Evan yang harus mengahadapi semua ini, namun semuanya
Semuanya, yang besar atau yang masih kecil, yang sudah tua atau yang masih muda, yang miskin maupun kaya harus menghadapi ini
Masih ada kesempatan untuk hidup, aku harus bertahan