"Perdana Menteri Hwang dan Putri Jang tiba," seru seorang penjaga.
Tak lama kemudian daun pintu sebuah ruangan besar tempat merayakan pesta penobatan pun terbuka. Ruangan ini memiliki singgasana yang bila dinding penutupnya digeser akan menjadi terbuka dan bisa terlihat jelas oleh rakyat dari luar istana, ruangan ini memang di disain khusus untuk acara perayaan, penobatan atau acara lain yang dibuka untuk umum sehingga rakyat bisa turut menyaksikannya dari luar istana.
Perdana Menteri Hwang berjalan lurus menuju bangku yang telah disediakan, sementara Putri Jang berjalan dibelakang sang ayah dengan anggun. Mereka duduk berdampingan dibangku urutan kedua setelah bangku barisan pertama yang disediakan khusus untuk garis keturunan Kerajaan serta tamu tamu penting dari kerajaan lain.
Seluruh bangku undangan terisi penuh, para rakyat negeri Moon telah ramai menunggu kehadiran Raja dan Ratu baru mereka. Tak lama kemudian seorang penjaga berseru "Baginda Raja dan Ratu telah tiba". Membuat semua orang berdiri menunduk dan memberi hormat kepada calon Raja dan Ratu baru mereka.
Pangeran Joon berjalan dengan gagah diikuti Putri Ran disampingnya yang terlihat sangat cantik dengan hanbok merah menyala dengan bordir emas sama seperti yang Pangeran Joon kenakan. Semua mata tertuju kepada calon Raja dan Ratu baru mereka mereka bahkan beberapa kali menyerukan nama calon Raja dan Ratu baru mereka.
"Hidup Pangeran Joon. Hidup Putri Ran."
Upacara penobatan berlangsung dengan lancar dan khidmad, para rakyat bersorak menyambut Raja dan Ratu baru mereka dengan antusias. Raja dan Ratu memberikan pidato singkatnya untuk menyapa para rakyat mereka. Ratu Ran mendampingi Raja Joon dengan tenang dan anggun, ia sesekali melambaikan tangan menyapa para rakyatnya sembari tersenyum indah.
Dinding penghalang kembali ditutup, Raja dan Ratu kembali kesinggananya dan bertahta dengan anggun. Para tamu undangan mulai memberi ucapan selamat dan tak sedikit yang memberikan sebuah hadiah. Kali ini giliran Perdana Menteri Hwang dan Putri Jang yang maju ke depan untuk memberikan ucapan selamat dan hadiah.
"Salam hormat kami baginda Raja dan Ratu," ucap Perdana Menteri Hwang sembari membungkuk diikuti Putri Jang dibelakangnya.
"Semoga Raja dan Ratu panjang umur dan bahagia selalu."
"Ini ada hadiah kecil dari kami mohon diterima."
"Terimakasih Perdana Menteri Hwang terimakasih Putri Jang" ucap Sang Raja sembari tersenyum ramah.
Sementara Ratu Ran terlihat tersenyum bahagia, jika saja tidak dalam acara formal tentu saja Putri Jang dan Ratu Ran akan berpelukan sembari teri tertawa bersama.
Perdana Menteri Hwang dan Putri Jang kembali ketempat mereka semula sembari menikmati tari tarian yang disajikan.
"Ayah, aku bosan sekali. Aku akan pergi keluar sebentar dan akan segera kembali lagi," bisik Putri Jang kepada sang ayah.
Perdana Menteri Hwang yang sudah menghafal benar sifat putrinya pun hanya mengangguk pasrah.
Putri Jang berjalan keluar ruangan mencari hawa sejuk untuk mengusir rasa bosannya. Ia berdiri dibawa sebuah pohon rindang sembari mendongak keatas melihat sinar rembulan yang begitu indah malam ini. Pangeran Dong yang hendak kembali ke kamar menghentikan langkahnya seketika ketika melihat wajah cantik Putri Jang yang sedang berdiri menatap langit. Ia tersenyum melihat wajah cantik sang Putri, ia kemudian berjalan mendekati Putri Jang.
"Langit begitu cerah dan indah dengan sinar sang rembulan," ucap Pangeran Dong yang membuat Putri Jang menoleh.
"Pangeran Dong," sapa Putri Jang sembari membungkuk memberi hormat.
"Sudahku bilang kita ini kekasih jadi jika sedang berdua saja jangan terlalu formal," ucap Pangeran Dong dengan wajah dibuat buat seperti sedang kesal.
"Hai Jangan marah. Maafkan aku Dong Hwa, aku takut jika ada yang melihat."
"Tenanglah orang orang sedang menikmati pesta didalam sana Jang."
"Mengapa kau kemari? udara malam tidak baik untuk kesehatan Jang."
"Kau sudah tahu alasannya bukan aku paling tidak suka mengahadiri pesta, kau sendiri? apa yang kau lakukan disini," tanya Putri Jang penasaran.
"Entahlah tubuhku mudah lelah akhir akhir ini dan aku ingin pergi ke kamar tadi," ucap Pangeran kedua kepada Putri Jang.
"Benarkah? kalau begitu cepatlah beristirahat, mengapa masih disini hemmm?" ucap Putri Jang dengan nada dibuat kesal.
"Sebentar saja aku merindukanmu Jang," ucap sang Pangeran yang membuat pipi Putri Jang merona.
"Merindukan ku huhh? bahkan setiap hari kau mengunjungiku Dong Hwa jangan berlebihan,"
"Kau kan kekasihku sudah pasti aku akan selalu merindukanmu," ucap sang pangeran sembari terkekeh.
"Kalau begitu pindahkan saja kamarmu di samping kamarku agar bisa selalu bertemu denganku," canda Putri Jang sembari terkekeh.
"Kau sedang memberiku kode untuk cepat menikahimu?" goda Pangeran Dong sembari menatap intens wajah Putri Jang.
"Bu-bukan begitu maksudku."
"Apa hemm?" desak Pangeran Dong yang semakin gencar menggoda Putri Jang yang sudah memerah wajahnya.
"Ahh sudahlah lupakan, aku akan kembali ke dalam ayah pasti akan marah jika aku pergi terlalu lama," ucap Putri Jang berusaha untuk menghindar.
Putri Jang membalikkan badan hendak pergi namun Pangeran Dong segera menariknya dan membalikkan tubuh Putri Jang kemudian melilitkan sebelah tangannya di pinggang Putri Jang sehingga tubuh mereka merapat. Mereka saling berpandangan menyatukan dahi mereka hingga merasakan deru nafas satu sama lain. Pangeran Dong mengusap lembut pipi Putri Jang kemudian memajukan wajahnya membuat Putri Jang menutup mata. Namun ia segera melepaskan Putri Jang karena tak ingin adegan mesranya menjadi tontonan para kasim dan dayang berlalu lalang di sekeliling mereka.
"Masuklah Jang. Selamat malam," bisik Pangeran Dong yang membuat Putri Jang membuka mata.
Putri Jang segera pergi tanpa berpamitan dengan Pangeran Dong karena sangat malu telah menutup mata seolah mengharap sesuatu yang lebih. Pangeran Dong menatap punggung wanita yang ia cintai bergerak menjauh sembari tersenyum mengingat wajah merah sang kekasih.
"Kau sangat menggemaskan Jang," ucap Pangeran Dong sembari terkekeh.
"Kau sangan memalukan Jang," ucap Putri Jang merutuki dirinya sendiri telah dengan mudah terbuai suasana.
Putri Jang kembali ketempat duduknya dengan wajah yanb masi memerah membuat sang ayah penasaran apa yang telah terjadi.
"Apa yang terjadi Jang?" bisik sang ayah.
"Tak ada ayah memang kenapa?" tanya Putri Jang.
"Wajahmu merah sekali," celetuk Perdana Menteri Hwang.
"Haah, benarkah itu? " ucap Jang sembari menunduk.
"Sudah tak apa, tenanglah kau tetap cantik meski sedang merona," goda sang ayah.
"Ayah, berhentilah menggodaku," ucap Jang kesal.
Sementara Perdana Menteri Hwang terkekeh karena telah berhasil membuat putrinya kesal.
Bersambung...
Teman teman mohon dukungannya ya.. Tolong tinggalkan review terciamik untuk author Sha... Thanks