webnovel

RE: Creator God

Bermula dari kehidupan biasa yang tidak sengaja masuk ke dalam takdir yang tidak biasa yakni masuk ke organisasi tersembunyi, dilanjutkan takdir yang lebih tidak masuk akal lagi dalam waktu singkat yaitu dijemput oleh seseorang yang tidak dikenal dari dunia lain, tetapi mengaku istrinya. Sampai akhir hayatnya pun dirinya tidak dibiarkan tenang karena tugas utamanya belum selesai. Tujuan hidupnya hanya satu, menemukan kebenaran tentang kehidupannya. Seseorang yang bernama Sin juga punya identitas rahasia yaitu Alpha dan identitas lainnya dari dunia lain yaitu Lucifer dan ketika mati dia menjadi....

GuirusiaShin · 奇幻
分數不夠
377 Chs

CH.62 Mengejutkan Mama

Belajar sihir memang membuat tubuh dan jiwa menjadi lelah. Kurasa efek dari belajar sihir untuk tubuh sekecil diriku ini dampaknya begitu besar. Pantas saja mereka selalu mengatakan aku jenius karena aku sanggup menghadapi tekanan yang seharusnya dihadapi oleh orang dewasa.

"Kioku sayang, mama pulang." tepat saat aku berhasil mengumpulkan mana di tanganku mama sudah datang.

Karena kaget dengan kedatangan mama, aku langsung kehilangan kontrol atas manaku itu tadi. Sayang sekali ketiga kepribadianku lupa kalau aku kehilangan kontrol atas manaku, mana itu akan kembali menyebar dengan cara paksa yang menyebabkan kejangan di seluruh tubuh.

"Ughh, sakit...."

"Kioku!? Ada apa!?" kurasa ketika aku bilang sakit, kata itu terdengar oleh mama.

Mama langsung saja berlari mendekat kepadaku karena aku berkata sakit. Dasar mulut sialan tidak bisa menutup mengatakan hal-hal yang mencari masalah. Dan kenapa setiap kali aku harus berbohong agar bisa melarikan diri dari pertanyaan mama.

��Ah tidak apa-apa kok ma. Tadi kejeduk dengan tembok karena tidak hati-hati bangunnya. Aduh… benjol gak ya?" aku berpura-pura mengusap kepalaku ini agar mama tidak curiga.

Benarkah tidak apa-apa? Coba sini mama cek." mama mencoba mendekat kepadaku untuk mengecek, tetapi tentu kuhentikan.

"Ehh jangan ma. Nanti kalau dipegang tambah sakit."

Aku tidak ingin mama sampai sadar bahwa aku sudah melatih belajar sihir sendiri. Tidak benar-benar sendiri sih, dengan kepribadianku yang lain lebih tepatnya. Untung mama tidak bisa mengecek kekuatan sihirku.

"Ya udah deh. Senshi masih belum pulang ya? Kalau gitu mau mandi dulu sama mama?" tawaran yang menarik.

"Tentu saja mau. Kioku mau mandi supaya segar. Habis itu nanti buatin makanan ya ma, Kioku belum makan siang nih."

"Ah ya kelupaan. Biasanya kan Kioku ikut mama makan sama yang lain, karena Kioku sendirian di rumah jadi ndak menyiapkan makanan deh."

Rasanya sedikit bersalah menipu mama yang begitu menyayangiku. Tetapi aku mau mengejutkan mama bahwa aku bisa menggunakan sihir tanpa perlu bantuan dari mama. Sebuah kejutan yang luar biasa mungkin aku pikir.

"Ya udah gak apa. Lagian kan Kioku tertidur jadi nggak kelaperan kok. Sekarang baru lapernya, hehehe."

"Ya udah ayok mandi." mama membantu diriku bangun.

Rupanya tertidur dalam waktu lama dan duduk berjam-jam membuat keseimbanganku belum normal. Aku hampir terjatuh saat aku tiba-tiba berdiri. Untung saja mama menahan diriku agar tidak tersungkur ke lantai.

"Hati-hati sayang."

"Maaf ma."

Sore itu aku habiskan dengan mandi segar. Tentu saja bagi seorang perempuan mandi adalah sebuah kewajiban. Tidak mandi dua hari membuat tubuhku bau dan itu sebuah hal yang paling tidak kusuka. Mandi adalah hal yang terbaik untukku.

"Ahh~ segarnya. Sudah dua hari tidak masuk ke sungai untuk mandi." aku benar-benar menikmati mandiku.

Kalau saja ada suku duyung yang lewat pasti aku menyapanya. Oh ya di dunia ini bukan hanya manusia yang tinggal. Masih banyak ras dan suku lain walau tersebar secara acak. Di desa tempat aku tinggal hanya ada manusia. Jadi aku belum pernah melihat suku atau ras lain.

Mandi sore itu membuat tubuhku mendapatkan energi murni dari alam. Tubuhku menjadi segar kembali setelah mandi. Seperti biasanya, kami tidak pernah mandi sampai larut malam karena takut muncul monster dengan tiba-tiba. Sesampainya di rumah tentu saja mama langsung masuk ke dapur dan menyiapkan makan sore atau lebih tepatnya makan malam.

"Ah Kioku-neesan. Nee-san udah pulang ya? Barusan?" tentu saja, Senshi muncul tiba-tiba dari dalam kamar ketika aku sedang duduk di kursi ruang tengah.

Rasanya ingin mengambarkan denah rumah kami. Tetapi aku tidak akan mengagumkan rumah yang hanya terdiri dari dua kamar, dapur, dan ruang tengah. Pekarangan rumah kami cukup luas. Jarak antara satu rumah dengan yang lain cukup jadi punya pekarangan rumah sendiri. Di pekarangan kami menumbuhkan tanaman obat-obatan yang bisa dijual kepada pedagang yang biasanya mampir setiap sebulan sekali.

Desa ini cukup kecil jadi sangat jarang orang asing datang berkunjung kemari. Anehnya walau sedikit orang, desa ini tidak pernah diserang oleh monster walau pertahanan desa ini begitu lemah. Aku jadi penasaran tempat lain seperti selain desa tempat aku tinggal ini seperti apa ya? Di kota-kota besar dan di istana kerajaan negara ini. Pasti sangat besar dibandingkan dengan rumahku.

"Hmm, iya. Kenapa memangnya?" aku menjawab dengan dingin dan cuek.

Sedang malas berbicara lebih tepatnya. Aku sedang ingin menikmati waktu sebelum aku lanjut belajar sihir. Walau aku duduk di ruang tengah, tapi udara malam yang sejuk bisa masuk ke dalam rumah. Makanya aku tidak pernah kepanasan. Gerah adalah hal yang paling kubenci.

"Gak apa. Nee-san udah tidak apa-apa kan?" rupanya adikku yang paling suka tidur ini bisa perhatian tanpa disuruh kepada orang lain.

Mungkin perkataan mama soal Senshi yang menjaga diriku saat aku tertidur selama dua hari penuh itu benar. Seharusnya aku lebih menaruh rasa percayaku kepada dirinya.

"Tumben peduli amat."

"Tapi bohong. Mana mungkin aku mau tanyain soal keadaan nee-san. Mending aku tidur." kutambahkan, selain suka tidur, ini anak satu paling jago membuat orang jengkel kepadanya.

Sudahlah, semakin aku teladeni dia akan semakin menjadi. Percuma ajak ngobrol orang yang suka cari gara-gara. Mending aku nikmati saja pemandangan desa ini saat malam hari. Tsuoki malam hari ini terlihat sangat terang karena tidak ada awan yang menutupinya. Bintang-bintang lainnya juga indah.

"Kioku, Senshi, ayo ke sini makanannya sudah jadi." mama memanggil kami dari dapur.

Oh ya aku lupa bilang bahwa dapur yang kumaksud itu sudah jadi satu dengan meja makan. Jadi dapur merangkup ruang makan juga. Tidak ada kata-kata penting yang keluar dari mulut siapa pun saat makan. Karena kecepatan makanku lebih cepat dari yang lain, jadi aku lebih dulu pergi dari dapur menuju kamar. Siang tadi aku tidak beristirahat, sekarang aku mau tidur agar energiku ada buat belajar sihir besok.

Setelah membereskan piring, aku langsung masuk ke kamar dan langsung tertidur semalaman itu. Bahkan aku tidak peduli mama dan Senshi masih makan, yang penting aku ingin istirahat. Tidur malam itu berlangsung begitu cepat. Tidak ada kemunculan mereka bertiga. Mungkin alasannya karena sebelum aku belajar mengontrol sihirku aku mengatakan bahwa aku ingin tidur tenang tanpa mereka bertiga muncul.

Pagi hari muncul menyambut diriku yang masih menguap dan mengolet untuk meregangkan badan sehabis tidur nyaman semalaman. Siapa sangka bahwa Senshi ternyata sudah bangun. Keberadaan dirinya sudah tidak ada di atas kasur. Ketika aku keluar rupanya Senshi sudah siap untuk pergi keluar rumah. Setelah mengucapkan salam dirinya langsung kabur entah ke mana.

"Ma, makanannya sudah siap?" aku pergi ke dapur untuk menemui mama.

"Sudah kok, makan dulu itu mama akan berangkat lebih awal hari ini. Kalau Kioku masih terlalu capek ndak usah bantuin mama kok." setelah menghidangkan makanan untukku, mama langsung masuk ke kamar untuk menukar pakaian dan pergi bekerja.

Kenapa mereka semua pergi begitu cepat ya hari ini? Bahkan Senshi yang biasanya jarang untuk bangun pagi lebih awal daripadaku saja jadi bangun awal. Apa ada yang kulupakan? Ah biarin aja deh, nanti ingat sendiri kok. Mending aku belajar sihir aja dulu mumpung mama berkata bahwa aku di rumah aja boleh.

'Kalian di situ kan?' aku memanggil ketiga kepribadian yang sudah membantuku begitu banyak.

[Tentu saja, ingin belajar lagi?]

'Tidak ada kata tidak untuk mempelajari sihir.'

Pagi sampai bahkan siang dan sore aku lewati dengan belajar sihir. Semuanya itu dipandu dengan baik oleh mereka bertiga. Tentu saja, ketika siang hari aku masih menyempatkan diriku untuk makan supaya tidak kehabisan energi. Tiba-tiba ketika hari kira-kira tersisa kurang 1 jam dari malam hari, aku mendengar suara yang begitu meriah dari luar rumah.

Karena aku begitu penasaran akhirnya aku keluar mengikuti suara itu. Setelah melihat itu aku jadi ingat apa yang kulupakan. Hari ini… adalah hari ulang tahunnya mama. Ahhh pantas saja Senshi berangkat begitu awal rupanya itu untuk mempersiapkan hal ini. Kelihatannya mama berangkat awal-awal juga karena rencana warga-warga desa ini agar mama tidak mengetahui kejutan yang mereka buat.

"Selamat ulang tahun Maiyuri." para warga mengucapkan selamat ulang tahun kepada mama.

"Selamat ulang tahun ma." Senshi pun mengucapkan selamat ulang tahun kepada mama.

Aku masih terdiam kebingungan dari kejauhan. Semua orang sudah menyiapkan kejutan untuk mama, sedangkan aku malah diam tidak tau mau ngapain. Rasanya aku sedikit bersalah tidak sadar hari ini ulang tahun mama. Pasti mama sendiri juga tidak sadar hari ini adalah ulang tahun mama karena terlalu fokusnya merawatku dari beberapa hari lalu.

"Selamat ulang tahun mama." tidak mungkin kan aku akan diam di tempat selamanya, jadi aku mendekat dan mengucapkan selamat kepada mama.

"Ah Kioku?" tiba-tiba semua orang terkejut atas kedatanganku.

Mereka pasti masih mengira bahwa aku masih sakit dan istirahat di rumah saja. Sekarang mau bagaimana? Semua orang punya kejutan atau hadiahnya masing-masing kepada mama. Senshi pun punya. Tetapi aku belum mempersiapkan apa pun untuk ulang tahun mama. Apa ya yang bisa digunakan untuk kejutan atau hadiah untuk mama?

"Lho Maiyuri, bukankah anakmu Kioku masih istirahat di rumah?" tentu sesuai dugaanku warga tau dari ucapan mama.

"Seharusnya begitu, tetapi mungkin dia sudah jauh lebih baik sekarang."

Ketika mama sedang berbicara dengan warga yang lain, Senshi mendekat kepadaku. Dia mendekatkan mulutnya ke telingaku, kelihatannya dia ingin membisikkan sesuatu kepadaku.

"Nee-san, apakah kau punya hadiah untuk mama?" ternyata Senshi pun mengingatkanku.

"Tidak ada, bagaimana ini?" aku menjadi sedikit panik karena tidak punya hadiah untuk mama.

[Hei jangan lupakan hasil kerja kerasmu berlatih sihir beberapa hari ini. Kami akan ajarkan sebuah sihir yang akan membuat mamamu itu terkagum.]

Tentu saja aku terkaget tiba-tiba salah satu dari ketiga kepribadianku berbicara kepadaku. Tetapi boleh saja sih aku menunjukkan hasil kerja kerasku belajar sihir. Pasti mama akan suka.

'Sihir apa?'

[Kumpulkan mana di tangan seperti biasanya, pikirkan mana itu adalah sebuah api yang dapat meledak. Kau lemparkan mana itu ke langit dan biarkan mana itu meledak. Mantranya adalah Eksepurosion. Kalau di dunia asalku itu adalah kembang api.]

Tidak punya pilihan lain aku langsung melakukan apa yang dikatakan oleh Sin itu. Sebelum aku melakukan sihirku, tentu saja aku mendapatkan perhatian dari semua orang terlebih dahulu.

"Mama, semuanya tolong lihat ini. Aku punya hadiah yang spesial untuk mamaku sayang. Eksepurosion." aku melakukan tepat seperti yang dikatakan oleh Sin.

Sebuah kejutan dadakan yang begitu indah aku pikir membuat semua orang begitu terkejut sampai mulut mereka terbuka lebar.