webnovel

RE: Creator God

Bermula dari kehidupan biasa yang tidak sengaja masuk ke dalam takdir yang tidak biasa yakni masuk ke organisasi tersembunyi, dilanjutkan takdir yang lebih tidak masuk akal lagi dalam waktu singkat yaitu dijemput oleh seseorang yang tidak dikenal dari dunia lain, tetapi mengaku istrinya. Sampai akhir hayatnya pun dirinya tidak dibiarkan tenang karena tugas utamanya belum selesai. Tujuan hidupnya hanya satu, menemukan kebenaran tentang kehidupannya. Seseorang yang bernama Sin juga punya identitas rahasia yaitu Alpha dan identitas lainnya dari dunia lain yaitu Lucifer dan ketika mati dia menjadi....

GuirusiaShin · Fantasy
Not enough ratings
377 Chs

CH.63 Konsentrasi

Malam yang begitu indah ditemani dengan kembang api seperti yang dikatakan oleh kepribadiaku yang lain Sin membuat banyak orang terkagum. Beberapa ada yang ketakutan karena apa yang aku buat berasal dari api. Aku sendiri pun sedikit takut kalau terjadi hal buruk yang tidak aku inginkan. Untungnya tidak terjadi.

Beberapa orang merasa kagum dan mungkin mereka terkejut bagaimana aku bisa melakukannya. Dengan otak empat orang sekaligus, cara berpikirku jauh lebih cepat pastinya. Juga setidaknya aku bisa membaca situasi dan menebak hal apa yang akan terjadi selanjutnya.

"Kioku!? Bagaimana bisa kau melakukan hal itu sayang?' tentu saja mama terkejut dan juga senang.

Mama memelukku erat-erat. Mungkin itu tanda kasih sayang mama kepadaku dengan cara memeluk. Aku bisa merasakan rasa bahagia mama mengalir lewat pelukan ini. Beruntung aku sudah bisa menguasai sihir sampai tahap dasar akhir.

"Hehehe, sebenarnya Kioku belajar sihir diam-diam. Ngomong-ngomong itu sihir pertama yang Kioku bisa keluarkan. Hadiah untuk mama satu-satunya." sihir yang mirip kembang api itu adalah sihir pertama yang bisa kulakukan.

Bukan hanya mama, aku berhasil membuat semua orang tercengang. Ingat bagaimana penyihir ditangkap dan dibawa ke pusat negara? Mungkin mereka khawatir hal yang sama akan terjadi kepadaku. Wajar kalau mereka khawatir.

"Sihir pertama Kioku untuk mama? Terima kasih sayang!" mama bisa bahagia aku pun juga ikut senang.

"Kioku, kau seorang penyihir!?" warga ikut berkomentar soal tindakanku barusan.

"Sihir yang sangat indah, aku bangga ternyata desa ini masih punya penyihir. Apa lagi di usia sedini ini sudah bisa jadi seorang penyihir."

Warga bergantian mengucapkan kata selamat kepadaku. Yang aku tidak pahami adalah kenapa justru aku yang diselamati sedangkan mama yang berulang tahun? Padahal ini hari bahagianya mama bukan diriku.

"Mama, kan mama yang berulang tahun kenapa aku yang diselamati?"

"Kamu bisa melakukan sihir di umur empat hampir lima tahun ini adalah sebuah pencapaian yang tidak pernah bisa dilakukan oleh siapa pun. Mungkin di dunia ini hanya kau satu-satunya sayang." hadiahku untuk mama berujung membuatku bahagia juga.

Malam itu adalah malam yang sungguh bahagia. Aku benar-benar bisa menikmati waktu yang sangat berharga. Mungkin ke depannya tidak akan terjadi hal seperti ini lagi. Jadi setidaknya aku menghargai waktu yang ada.

"Ahh aku belum mandi." aku tiba-tiba teringat bahwa aku belum mandi hari ini.

"Oh ya mama juga. Tapi udah larut malam begini, gimana masih mau mandi?"

Bisa menguasai sihir belum berarti bisa memakainya. Aku belajar sihir baru bisa mempelajari sihir pertamaku tadi. Belum ada dalam daftar sihirku yang bisa dipakai untuk menyerang musuh atau monster.

"Sebaiknya besok pagi aja deh ma. Kemaleman airnya juga terlalu dingin."

"Ya udah kalau begitu. Semuanya, terima kasih ya sudah mau merayakannya untukku." kami berpamitan kepada warga desa yang lain setelah itu kembali ke rumah.

Semuanya bubar dan pulang ke rumah masing-masing. Oh ya katanya mama barusan datang ke desa ini tepat saat aku dan Senshi lahir, jadi mama sendiri pun masih baru terhadap desa ini. Teman mama yang dulu katanya membantu mama tertangkap oleh pemakai sihir Kejahatan. Untung saja mama tidak ketangkap juga. Aku akan menyelamatkan setiap orang, itu pasti.

Malam berganti pagi. Tanpa kusadari tidurku begitu pulas. Belajar sihir bukanlah hal yang mudah atau tidak memboroskan apa pun. Belajar sihir kuncinya adalah mau berusaha dan jangan pernah kehilangan kontrol akan sihirmu. Konsentrasi adalah kunci utamanya.

"Kioku-neesan, pagi." ketika aku bangun aku mendapati bahwa Senshi juga barusan bangun.

"Ah pagi." jujur saja aku sedikit terkejut ketika Senshi menyapaku.

"Apakah nee-san akan belajar sihir lagi?"

Pertanyaan Senshi membuatku mengingat bahwa bakat sihir sudah kumiliki. Sekarang hanya perlu berlatih, berlatih, dan berlatih. Tetapi masalahnya mama akan mengajariku atau tidak? Kalau tidak pun aku masih bisa berlatih sendiri dengan Ryuu, Lucifer, dan Sin. Mereka bisa mengajariku lebih baik, mungkin.

[Hei, hei. Kau niatnya memuji atau mengejek kami sih?] rupanya mereka terpancing emosinya.

'Mana kutahu, tebak aja.' aku mencuekkan diri mereka daripada mereka ribut di dalam kepalaku.'

"Tentu, kenapa, Senshi mau ikut belajar sihir dengan nee-san?"

Belajar sihir tentu tidak mudah. Aku bisa melakukannya dalam waktu singkat itu bantuan dari diriku yang lain. Kalau tidak ada mereka mungkin aku tidak akan mengalami kemajuan apa pun dalam hal sihir.

"Tidak ah. Kan Senshi udah bilang kalau Senshi tidak ingin belajar sihir. Mending nee-san saja. Senshi mending belajar menggunakan pedang pemberian tetua."

Dari kata-kata Senshi aku jadi mengingat bahwa tetua memberikan kepada kami masing-masing sebuah barang yang bisa kami pakai. Senshi mendapatkan pedang yang beresonansi dengan sihir. Sebenarnya mau tidak mau dia harus belajar sihir walau tidak ingin jadi penyihir.

"Tapi ingat, pedang pemberian tetua itu hanya beresonansi dengan sihir? Itu artinya kau tetap harus belajar sihi Senshi."

Sambil bangun dari kasur dan mengaca di cermin, aku tetap berbicara dengan Senshi. Berbicara dengan adikku yang satu ini kalau sekali nyaman selanjutnya pasti nyaman, setidaknya sampai pembicaraan itu selesai. Lain kali mungkin beda lagi. Aku menata rambutku yang berantakan karena semalam belum mandi dan rambut bangun tidur.

"Hmm, aku ingat kok. Tetapi kan nee-san yang mengejar soal belajar sihir. Soal Senshi belajar sihir itu mah urusan nanti. Nee-san yang sudah bisa sihir mending tetap belajar terus aja." Senshi bisa menyemangati rupanya.

"Tentu saja, ah ya aku mending bicara sama mama untuk mandi dulu ah." aku langsung keluar dari kamar menuju dapur.

Mendapati mama di dapur aku langsung berlari dan memeluk mama. Rasanya aku bisa menempel terus di kaki mama walau mama berjalan.

"Kioku sayang sudah bangun?"

"Hehehe, iya ma. Mama, kita mandi habis makan gimana?"

"Tentu saja."

Pagi itu tidak ada yang spesial kecuali mandi di pagi hari. Airnya masih sedikit dingin, tetapi juga hangat. Mandi di pagi hari menyegarkan rupanya. Setelah pulang dari mandi, aku langsung berlatih sihir lagi. Namun aku tidak sendiri kali ini, mama rupanya mengambil hari libur untuk mengajariku sihir.

"Kioku kemari. Kioku kan sudah belajar sihir sampai bisa melakukannya. Bagaimana cara Kioku sayang belajar?" ah tidak pertanyaan yang kemungkinan jawabannya akan sangat sulit dijawab.

Tidak mungkin kan aku berkata bahwa aku punya tiga kepribadian lain dan mereka membantuku? Tidak mungkin juga aku berkata belajar dari buku milik mama. Saat ini aku dalam ambang kebingungan untuk menjawab pertanyaan mama.

"Ehh, uhhh, aku… aku…." cara bicaraku menjadi tersendat-sendat karena kebingungan.

"Kioku sayang tidak mau memberi tahu mama ya? Ya sudah deh tidak apa-apa. Sekarang kalau Kioku sudah bisa menggunakan sihir, berarti Kioku sudah bisa dasar sihir kan?"

"Eh iya." aku masih terbawa hawa canggung tadi.

Kalau mama sampai menemukan rahasia yang kusembunyikan rasanya akan malu sekali untuk mengakuinya. Sudahlah fokus dengan belajar dengan mama saja, biarkan rasa canggung itu hilang sendirinya nanti.

"Coba tunjukkan ke mama hasil apa saja yang Kioku sayang sudah pelajari sendiri."

Atas permintaan mama aku menunjukkan hasil latihanku beberapa hari ini, mulai dari mental sihir, kontrol sihir dan satu sihir yang barusan kupakai, sihir api. Jangan tanya kenapa aku bisa menggunakan sihir api sedangkan cabang sihirku adalah Jiwa dan Darah. Katanya salah satu dari mereka, walaupun itu adalah tahap, tapi sihir tahap sebelumnya bisa aku gunakan kalau aku bisa menguasai mental sihir.

"Kau sungguh anak mama yang sangat jenius. Bahkan mama saja belajar butuh waktu beberapa tahun di usia remaja mama. Sedangkan Kioku sudah bisa menguasainya di usia Kioku sekarang." aku menjadi sangat senang mendengar pujian dari mama.

Rasanya mendengar pujian dari mama aku jadi punya alasan untuk selalu berusaha lebih agar bisa membuat mama bangga dan bahagia.

"Kalau begitu sekarang apa yang harus kupelajari ma?" karena mental dan kontrol sihir sudah bisa, seharusnya tinggal belajar sihir apa yang bisa dipakai.

"Sebenarnya tahap selanjutnya atau tahap terakhir adalah tahap penggunaan sihir. Buku yang mama miliki hanya punya sihir tingkat tinggi, akan sangat sulit untuk Kioku belajar itu. Bagaimana kalau mama ajari sihir cabang Air tingkat rendah?"

Sihir Air milik mama!? Itu akan jadi sangat menarik. Akhirnya aku bisa menjadi penyihir seperti mama. Kalau aku berhasil menguasai sihir milik mama, mama pasti akan sangat senang atas perbuatanku yang membanggakan ini.

"Sihir ini adalah sihir yang membantu orang. Kioku ingat mama adalah penyihir dual yang bisa menggunakan dua macam cabang sihir? Kioku bahkan lebih kuat dari mama. Mama tidak bisa menguasai mental sihir secara sepenuhnya, tetapi efeknya sudah sangat luar biasa. Ketika mama memakai sihir dual, sihir yang bermantra Hiiru ini akan lebih kuat jika dicampur dengan sihir cabang Daun."

Jadi yang mama maksud dengan sihir dual itu ternyata menggabungkan dua macam cabang sihir. Kalau mama bisa apa aku juga bisa ya? Menggunakan beberapa cabang sihir untuk menguatkan efek sihir itu.

Aku mulai membayangkan keempat macam cabang sihir Kebenaran yang dikumpulkan seperti contoh yang mama berikan. Kata mama sihir ini bisa membantu orang. Tentu saja, karena ini sihir yang menyembuhkan. Tingkat sihir ini masih rendah, tetapi kalau dipakai oleh mama efeknya akan mendekati efek sihir tingkat menengah.

"Uhh sihir yang menyembuhkan ya?" aku membayangkan keempat cabang itu menjadi satu.

Sadar aku bahwa tidak mungkin akan melakukannya dengan metode biasa, jadi aku perlu berkonsentrasi agar sihir ini berhasil. Setidaknya konsentrasi agar sihirnya tidak gagal. Ketika aku membayangkan keempat cabang sudah menjadi satu, aku mengumpulkan gabungan empat cabang di tanganku. Aku mengarahkan tanganku ke mama untuk menyembuhkan mama.

"Hiiru." mantra yang sama seperti yang dipakai mama aku ucapkan.

Siapa duga sekali coba aku berhasil. Bukan hanya meniru, aku mengembangkan. Ingat, sekali lagi otakku bisa berpikir begitu dewasa karena ada kepribadian lainku yang membantuku.

"Apakah ini benar sihir yang mama ajarkan? Rasanya bahkan sihir ini lebih kuat dari sihir tingkat menengah mama!" tentu saja mama terkejut karena bukan hanya luka luar saja yang sembuh, tetapi sekaligus menyembuhkan jiwa dan pikiran.

Mungkin itu alasannya kenapa efek menggabungkan empat cabang sihir akan jadi lebih kuat. Tetapi ingat semakin bagus efeknya semakin butuh konsentrasi yang tinggi. Aku bisa meracangkan sihir itu saja butuh waktu seperempat jam. Efeknya hanya bekerja untuk satu orang saja sekarang, tetapi mungkin ke depannya akan lebih maju lagi sihir ini.