webnovel

RE: Creator God

Bermula dari kehidupan biasa yang tidak sengaja masuk ke dalam takdir yang tidak biasa yakni masuk ke organisasi tersembunyi, dilanjutkan takdir yang lebih tidak masuk akal lagi dalam waktu singkat yaitu dijemput oleh seseorang yang tidak dikenal dari dunia lain, tetapi mengaku istrinya. Sampai akhir hayatnya pun dirinya tidak dibiarkan tenang karena tugas utamanya belum selesai. Tujuan hidupnya hanya satu, menemukan kebenaran tentang kehidupannya. Seseorang yang bernama Sin juga punya identitas rahasia yaitu Alpha dan identitas lainnya dari dunia lain yaitu Lucifer dan ketika mati dia menjadi....

GuirusiaShin · Fantasy
Not enough ratings
377 Chs

CH.61 Kontrol

Pingsan tentu saja bukan hal yang menyenangkan. Kalau aku tertidur mungkin aku masih bisa bertemu dengan ketiga kepribadianku yang lain itu. Tetapi kalau pingsan mereka tidak akan muncul. Melainkan rasanya ketika kamu pingsan kamu itu hanya tertidur sekejap saja walau rasanya pingsan dalam waktu yang lama.

"Ughh…." tentu saja setiap orang pingsan akan terbangun walau tidak jelas kapan.

"Kioku!" tiba-tiba sebuah pelukan meloncat dan mendekap diriku sangat erat.

Tentu saja dengan otomatis aku melihat siapa yang sedang memeluk diriku ini. Siapa sangka ketika aku membuka mata aku melihat mama dengan muka yang begitu khawatir dengan mata yang berkaca-kaca menyambutku dengan sebuah pelukan.

"Mama…." kalau sudah dipeluk mana mungkin aku melepaskannya, tidak ada pilihan lain selain memeluk balik.

"Kioku sayang tidak apa-apa kan?" mama melepaskan pelukan dan memegang pelan kepalaku.

Jadi penasaran kenapa mama sampai sebegininya setelah aku pingsan. Memang aku pingsan berapa lama sih? Aku padahal berpikir palingan aku pingsan selama satu atau dua jam aja, malahan lebih singkat daripada itu.

[Kamu pingsan selama dua hari penuh. Kurasa tekanan mental yang satu itu membuat dirimu terlalu capek. Maafkan kami membuatmu menjadi seperti ini, seharusnya kami tidak memaksakan hal ini kepadamu Kioku.] walau aku tidak bisa melihat mereka, aku tau kalau itu Ryuu.

Rupanya mereka yang menjawab. Tetapi masa aku pingsan selama dua hari penuh? Padahal aku hanya merasa pingsan sebentar. Kalau mau dibilang bukan pingsan sih, tertidur. Ya sudahlah kalau memang benar aku tidak bangun sampai dua hari.

"Maafkan Kioku ma sampai membuat mama begitu khawatir."

"Tidak sayang… mama yang tidak hati-hati menjagamu." mama mengelus pelan kepalaku ini.

Aku bisa merasakan kasih sayang mama atas diriku saat itu. Biasanya mama hanya fokus pada pekerjaan, jadi waktu santai mama dengan kami jarang sekali. Kalau Senshi mah gak mau pasti disayang-sayang sama mama. Kalau aku sih masih mau karena papa tidak ada, jadi aku butuh kasih sayang mama.

"Ma, lapar…." tentu saja tertidur selama dua hari penuh sama saja menghabiskan energi yang tersisa sama sekali.

Walau pikiranku segar setelah tidur, tetapi badanku berkata lain. Mentalku sudah kembali pulih sejak tertidur begitu lama. Bisa aku rasakan dari efek uji mental sangatlah berguna. Rasanya seluruh tubuh mendapat energi yang baru. Tetapi namanya tubuh perlu juga makanan agar tetap dapat bekerja. Jadi makanan penting walaupun kau sangat kuat.

"Karena Kioku sayang baru bangun mama buatkan bubur dulu ya supaya pencernaan Kioku tidak rusak."

Aku baru sadar, mama memanggil diriku terkadang ada tambahan kata 'sayang'. Ternyata apa yang kurasakan benar-benar nyata. Dengan membuat mama khawatir aku mendapat kasih sayang mama. Enak sih, tetapi cara mendapatkannya kok rasanya brutal sekali.

"Baiklah ma, buatkan yang enak ya?" aku bersenyum berseri-seri merasakan kasih sayang mama.

Tanpa menunggu lebih lama lagi mama langsung keluar dari kamarku dan Senshi ini menuju dapur untuk membuatkan bubur. Aku jadi penasaran ke mana itu satu anak Senshi adikku itu? Kakaknya pingsan bukannya menemani malah menghilang. Ngomong-ngomong mama dan Senshi ngapain ya selama dua hari aku pingsan?

"Kenapa, nyariin aku Kioku-neesan?" aku tiba-tiba terkejut Senshi muncul di samping kasur ini.

Oh, ternyata dia sembunyi di bawah kasur? Kelakuannya semakin nakal aja ini anak. Lain kali harus diberi pelajaran supaya ndak berani sama diriku.

"Nggak, ngapain nyariin adik yang gak peduli sama nee-sannya?"

"Jangan ngomong gitu Kioku-neesan, gini-gini aku yang nemenin nee-san lebih lama dari mama lho."

"Ah mana percaya nee-san dengan ucapan Senshi. Palingan mama nyuruh kamu tidur daripada jagain nee-sanmu ini."

Mana bisa aku percaya ucapannya bahwa dia yang ngejagain diriku. Palingan kerjaannya cuma jagain dengan tidur di sampingku aja.

"Sudah, sudah. Ucapan adikmu benar kok Kioku sayang. Dialah yang menjaga dirimu Kioku." entah muncul dari mana, tiba-tiba mama sudah ada di dekatku.

"Tuh kan, nee-san sih ndak percaya sama Senshi."

"Iya, iya maaf. Makasih."

Huh menjengkelkan. Kenapa juga aku berterima kasih kepadanya. Padahal kan hanya karena ucapan mama yang mengatakan bahwa adikku yang sukanya tidur ini menjagaku beneran. Ahhh kesal ah.

"Mending Kioku makan dulu terus istirahat lagi aja dulu."

"Baiklah aku akan makan. Tetapi aku tidak boleh istirahat terus-menerus. Aku harus belajar sihir secepatnya. Bahkan aku sudah menguasai-." aku langsung menghentikan ucapanku.

Mana bisa aku mengatakan kepada mama bahwa aku sudah menguasai mental sebagai penyihir. Kalau aku mengatakannya pasti akan ditanyai oleh mama belajar dari mana. Juga bagaimana aku bisa menjelaskan ada tiga kepribadian lain dalam tubuhku ini.

"Hmm? Menguasai apa sayang?" tentu saja karena ucapanku terhenti maka mama menjadi penasaran.

"Ah tidak, pasti aku masih kebawa efek tidur terlalu lama jadi ucapanku agak ngelindur." aku hanya bisa menutupinya seperti ini.

"Benarkah? Makanya itu Kioku sayang banyak istirahat dulu. Soal belajar sihir kan masih ada waktu bukan? Kioku istirahat aja dulu hari ini, besok baru belajarnya."

Apa boleh buat, aku sudah melakukan kesalahan sih. Rasanya belajar bersama dengan Ryuu, Lucifer, dan Sin akan membuatku semakin maju dibanding belajar dengan mama. Mama mungkin belum mengerti seluruh isi buku itu, sedangkan mereka bertiga sudah. Alangkah baiknya kalau aku melakukan pembelajaran diam-diam selama mama tidak tau.

"Baiklah ma…."

"Kalau begitu makan dulu buburnya lalu istirahat yang cukup. Mama dan Senshi harus melakukan pekerjaan dulu, sampai jumpa nanti sayang. Ayo Senshi jangan ganggu nee-sanmu." begitu mama dan Senshi pergi keluar dari kamar aku langsung lega.

Tidak mungkin aku belajar langsung tanpa makan, jadi kuhabiskan bubur buatan mama itu secepat kilat agar waktu yang aku miliki benar-benar efisien. Kalau waktunya terbuang sia-sia nantinya aku sendiri yang menyesal tidak menggunakannya dengan sebaik mungkin.

'Hei kalian bertiga, dengar kan?' setelah selesai makan, tentu saja aku langsung mengontak ketiga kepribadianku itu.

[Hmm apa? Bukankah kau sudah dengar ucapan mamamu itu bahwa kau sebaiknya istirahat saja? Kami juga tidak ingin dirimu jatuh pingsan seperti waktu itu lagi, terlalu berbahaya kalau dipaksakan.] ucapan Ryuu langsung membuatku mengerti bahwa mereka memihak kepada mama.

'Tetapi aku tidak ingin bermalas-malasan untuk tidak mempelajari apa pun. Kalau aku dalam bahaya dalam waktu singkat dan tidak ada yang menolong, bagaimana?'

Rasanya perlu sedikit mengancam mereka agar mereka mau membantuku. Kalau aku bisa mendapat bantuan dari mereka, maka perjalananku menjadi penyihir akan lebih mudah.

[Kami juga tidak ingin sebenarnya untuk mengikuti ucapan mamamu itu. Tetapi ayolah kami tidak ingin juga membuatmu jatuh pingsan karena pelatihan yang kami beri. Asal Kioku tau ya, tes mental yang kami beri itu saja belum tentu ada yang bisa melakukannya sampai umur mereka setidaknya 16 atau 17 tahun. Bisa melakukannya dalam umur 4 tahunmu saja sudah luar biasa kok.] grr, Lucifer ikut-ikutan juga.

[Aku mengerti Kioku. Sebagai orang yang telah mati di dunia lain, aku juga memiliki istri. Istriku mati meninggal karena aku dengan begitu bodohnya tidak melindungi dia. Awalnya hanya koma, tetapi akhirnya dia meninggal. Kejadianmu barusan mengingatkanku pada istriku yang sudah tiada.] begitu mendengar ucapan Sin aku merasa sedikit bersalah.

Entah kenapa aku juga bisa merasakan rasa sedih dan sakit yang dialami oleh Sin. Membuatnya mengingat masa lalu yang menyakitkan menyadarkanku betapa egoisnya diriku. Kalau saja aku melakukan semua ini dengan tidak ceroboh maka semua ini tidak akan terjadi.

'Maafkan aku Sin. Aku jadi membuatmu mengingat masa lalu yang menyakitkan.'

[Tidak apa-apa kok Kioku. Aku sadar bahwa kamu membutuhkan kekuatan sama seperti aku membutuhkan kekuatan. Tetapi jangan sampai kamu lupa bahwa masih ada keluarga di sekitarmu yang mengkhawatirkanmu.]

'Baiklah, aku akan mengikuti ucapan mama dan kalian saja.'

Kalau sudah begini mana bisa mengotot lagi. Kesalahan yang begitu banyak sudah aku lakukan dan tidak mungkin aku sengaja lakukan lagi. Mending aku menuruti ucapan mama dan ketiga kepribadianku saja untuk kebaikanku juga.

'Ya sudahlah aku ingin tidur lagi. Jangan muncul ditidurku lagi, biarkan aku tidur tenang.'

[Apakah kau sudah menyerah untuk memaksa kami membantumu Kioku?]

'Bukan menyerah, aku tidak ingin menyakiti siapa pun, diriku atau orang lain.'

[Jika itu pikiranmu maka lakukan lah. Asalkan kau tau, kami barusan berubah pikiran untuk mau mengajarimu.]

Entah aku harus senang, bingung, atau kesal dengan mereka. Jujur kenapa setiap laki-laki itu begitu plin-plan kalau sedikit dipaksa? Aku berniat tidur malahan mereka setuju mau mengajariku, aneh benar dah.

'Haeh~ ya sudah bantu aku. Bagaimana caranya mengontrol sihir ini? Kalian berkata bahwa tahap selanjutnya setelah ujian mental adalah mengontrol sihir bukan?'

[Rupanya kau ingat ucapan kami. Duduklah bersila sama seperti waktu itu. Kali ini kami tidak akan membawamu ke ruang ilusi lagi, jadi berhati-hatilah dalam bertindak dan mengetahui kondisi sekitar.]

'Aku sudah mengerti, lalu tahap selanjutnya apa? Tidak mungkin kan hanya duduk bersila saja?'

Ucapan mereka membuatku semakin kesal dan tidak sabaran saja. Tindakan mereka sungguh bertele-tele.

[Coba kau rasakan aliran darah dalam dirimu itu Kioku. Mengontrol sihir dimulai dengan merasakan aliran darah. Di dalam darah ada yang pernah kami sebutkan dengan kata mana. Ketika kau bisa merasakan mana itu, di situlah kau bisa mengontrol sihir.]

Walau mereka mengatakan semudah itu, aku yakin bahwa kenyataan melakukannya jauh lebih sulit. Darah mengalir dalam tubuh itu adalah tindakan otomatis terjadi. Jadi merasakannya harus benar-benar butuh perjuangan keras.

Langkah duduk bersila sama saja disebut dengan bermeditasi. Dengan bermeditasi tingkat konsentrasi seseorang akan meningkat jauh dibandingkan dalam kondisi biasa. Ketika aku bermeditasi, awalnya aku masih tetap saja tidak bisa merasakan aliran mana dalam tubuhku sesuai kata mereka bertiga itu. Namun setelah mencoba selama beberapa waktu, akhirnya aku bisa merasakan aliran itu yang mengalir begitu lembut dalam diriku.

'Aku berhasil!'

[Sungguh luar biasa! Sama seperti sebelumnya kau memberikan kepada kita sebuah kejutan yaitu menerobos batasan dalam waktu yang singkat saja.]

'Memangnya berapa waktu yang aku butuhkan dan berapa waktu yang kalian butuhkan.'

[Ah dalam kasus dirimu dan kami beda cerita lagi. Pada dasarnya kami terlahir sudah bisa merasakan mana kami. Sedangkan dirimu dan orang-orang di dunia ini perlu mempelajarinya dulu dari dasar.]

Kalau aku bandingkan pasti akan berbeda seperti yang dikatakan oleh mereka itu. Tetapi rasanya mereka pernah bilang bahwa aku itu sendiri pun berbeda dari orang dunia ini. Benar gak ya? Ah entahlah lebih penting belajar kontrol sihir ini.

'Karena aku sudah bisa merasakan mana yang kalian katakan, selanjutnya apa?'

[Coba kau rasakan dan pindahkan aliran mana itu ke satu tempat, ke tanganmu saja. Kalau kau berhasil itu sudah bisa dikatakan kau mengontrol sihir dengan baik.]

'Baiklah.'

Aku mencoba lagi sesuai kata mereka. Dengan konsentrasi penuh aku melakukan pemindahan aliran mana supaya mengumpul di tangan. Anehnya tadi untuk bisa merasakan saja butuh waktu lama, tetapi untuk memindahkannya aku bisa dalam waktu yang begitu singkat.

'Aku berhasil lagi!'

[Sungguh jenius!] akhirnya aku melangkah tahap demi tahap untuk menjadi seorang penyihir seperti mama.