webnovel

Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Anya hanya bermimpi untuk bisa memiliki kehidupan sederhana yang damai. Namun, hingga saat ini hanya ada kesengsaraan dalam hidupnya. Setiap hari gadis cantik itu harus banting tulang untuk menafkahi ibunya dan dirinya sendiri. Sampai suatu malam, tanpa sengaja Anya bermalam di sebuah kamar hotel mewah, bersama seorang pria tampan yang tidak dikenalnya! Malam itu mengubah seluruh kehidupannya… Aiden menawarkan pernikahan kepada Anya, dengan alasan yang tidak diketahui gadis itu. Tetapi Aiden juga berjanji untuk membuat impian Anya menjadi kenyataan: harta dan kehidupan yang damai. Akankah Anya hidup dengan tenang dan bahagia seperti impiannya? Apakah Anya bisa hidup damai dengan menjadi seorang istri CEO Perusahaan terbesar di asia?

Renata99 · 现代言情
分數不夠
1048 Chs

Masa Lalu yang Terlupakan

Suasana hening yang terus berlangsung itu membuat mata Anya terasa semakin berat. Kelopak matanya terus turun meski ia berusaha keras untuk tetap bangun. Pertengkaran hebatnya dengan ayahnya dan Natali di kafe serasa telah menghabiskan seluruh tenaganya. Ditambah lagi, kemarahan Aiden membuatnya merasa ketakutan sepanjang perjalanan.

Rasanya seluruh tenaganya hari itu benar-benar habis sehingga pada akhirnya ia menyerah pada rasa kantuk tersebut dan terlelap …

Ia tertidur seperti anak kecil sehingga tidak menyadari keadaan di sekelilingnya. Kepalanya terjatuh ke kanan dan ke kiri, sebelum pada akhirnya terjatuh ke arah bahu Aiden. Aiden yang sedang memejamkan matanya bisa merasakan sesuatu menyentuh bahunya sehingga ia langsung membuka matanya. Saat ia menoleh, Aiden melihat wanita di sampingnya telah tertidur lelap sambil bersandar di bahunya.

Ia menghela napas panjang saat melihatnya …

Ia marah pada wanita ini, tetapi wanita ini malah tertidur!

Namun, saat melihat wajah Anya yang kelelahan, hatinya langsung luluh. Ia tahu bahwa hari ini adalah hari yang panjang untuk Anya. Ia bisa membayangkan betapa kecewanya Anya saat ia menyadari ketidakpedulian Deny padanya. Ia juga bisa membayangkan bagaimana marah dan kesalnya ketika wanita itu dipermalukan di hadapan umum.

Aiden membiarkan kepala Anya bersandar di bahunya. Ia tidak membangunkannya, membiarkan wanita itu untuk tidur dengan nyaman di bahunya.

Saat mobil itu melewati sebuah polisi tidur, Anya sedikit tersentak, setelah itu, ia kembali terlelap di bahu Aiden. Sementara itu, tangan Aiden terangkat untuk menjaga agar kepala wanita itu tidak terjatuh.

"Pak Abdi, pelan-pelan saja menyetirnya," kata Aiden pelan, berusaha agar tidak membangunkan Anya.

Mendengar perintah Tuannya itu, Abdi merasa sedikit kebingungan. Aiden sama sekali tidak pernah menyuruh Abdi untuk memperlambat laju kendaraannya. Aiden memiliki jadwal yang sangat padat sehingga ia harus tiba di suatu tempat secepat mungkin. Tuannya itu juga tidak mau menghabiskan waktu di tengah jalan sehingga ia juga ingin agar bisa pulang secepat mungkin. Ini adalah perintah yang baru pertama kali Abdi dengar selama ia bekerja untuk Aiden.

Namun, setelah melirik kaca spion tengah mobilnya, Abdi baru menyadari mengapa Aiden memerintahkan hal itu. Ia bisa melihat Anya sedang tertidur dengan lelap di bahu Aiden, sementara Aiden kembali memejamkan matanya, mengistirahatkan matanya dari sinar matahari yang berlebihan.

Sepertinya, Tuannya itu ingin agar istrinya bisa tidur dengan tenang dan nyaman. Ia tidak ingin Abdi menyetir terlalu cepat dan membuat Anya terbangun jika ada polisi tidur atau apa pun yang bisa membuatnya terkejut.

"Baik Tuan," jawab Abdi sambil berusaha menyembunyikan senyumnya.

Harris juga ikut melirik ke kursi belakang, untuk melihat kondisi. Setelah ia memastikan bahwa istri Tuannya itu tertidur, ia berkata pada Aiden, "Tuan, saya sudah mendapatkan informasi yang Anda inginkan."

Aiden membuka matanya saat Harris mengatakan hal tersebut. Ia tahu bahwa informasi yang ingin disampaikan oleh Harris pasti merupakan informasi mengenai Anya. Asistennya itu menunggu waktu yang tepat untuk memberitahukan informasi itu kepadanya. Ia tidak bisa menyampaikan informasi itu di hadapan Anya sehingga saat melihat Anya tertidur, Harris mengetahui bahwa ini adalah waktu yang tepat.

"Nyonya pernah mengalami kecelakaan saat malam hari Valentine. Kecelakaan itu menyebabkan ia terluka cukup parah dan harus dirawat di rumah sakit. Ia mengalami koma selama satu minggu," kata Harris dengan suara pelan. Ia juga berusaha untuk memelankan suaranya agar Anya tidak terbangun dari tidurnya.

"Koma? Selama satu minggu?" Aiden menatap Harris, kemudian menoleh untuk melihat wanita yang bersandar di bahunya. Ia melihat mulut wanita itu sedikit terbuka saat sedang tertidur lelap, sementara anak-anak rambutnya terus turun dan terjatuh ke wajahnya. Aiden mengulurkan tangannya untuk merapikan anak-anak rambut yang berlarian itu, menyelipkannya ke telinga Anya dengan lembut. Gerakan Aiden sama sekali tidak membangunkan Anya.

Sepertinya, Anya benar-benar kelelahan …

Aiden tidak menyangka bahwa wanita yang bersandar di bahunya ini pernah koma selama satu minggu. Apakah Anya melupakannya setelah ia terbangun dari komanya?

"Dokter yang merawatnya mengatakan bahwa setelah terbangun dari koma, ia tidak bisa mengingat apa yang terjadi atau bagaimana ia bisa terluka. Ia hanya bisa mengingat bahwa hari itu ia sedang memetik bunga. Hanya itu ingatan terakhir yang ia miliki," lanjut Harris. "Ia tidak bisa mengingat kejadian saat ia menghilang hingga ia terbangun."

Harris melaporkannya sambil memperhatikan reaksi Aiden dengan seksama. Seperti biasa, wajah Aiden tetap tenang dan tak terbaca sehingga Harris tidak bisa mengetahui apa yang dipikirkan olehnya. Namun, Harris adalah seseorang yang intuitif dan memiliki kepekaan yang luar biasa.

"Tuan, kecelakaan yang terjadi pada Nyonya Anya bersamaan dengan saat Anda terluka …"

Harris tumbuh bersama dengan Aiden sejak ia masih kecil. Ia selalu mendampingi Aiden sehingga ia bisa menjadi asisten kepercayaannya. Setelah menjadi asistennya pun, Harris tidak pernah berada jauh dari Aiden. Tetapi anehnya, Harris sama sekali tidak mengenal Anya. Ia tidak pernah melihat Anya bersama dengan Aiden.

Namun, Tuannya itu bersikap seolah ia mengenal Anya …

Kalau memang mereka berdua saling mengenal, bagaimana mungkin Harris yang selalu berada di samping Aiden tidak mengetahuinya?

"Apakah dokternya memberitahu mengapa ia sampai kehilangan ingatannya?" tanya Aiden.

Akhirnya ia mengetahui mengapa Anya tidak mengingatnya. Wanita itu tidak berpura-pura, wanita itu juga bukan sengaja melupakannya. Anya ternyata pernah terluka sehingga menyebabkan ingatannya hilang.

"Dokter mengatakan, kemungkinan pada saat itu Nyonya telah mengalami sesuatu yang buruk dan menyakitkan sehingga ia tidak bisa menahan rasa sakit tersebut. Trauma semacam itu menyebabkan seseorang berusaha untuk melarikan diri sehingga akhirnya Nyonya kehilangan sebagian ingatannya. Atau lebih tepatnya, otaknya menghapus ingatan tersebut," jelas Harris.

"Apakah ada cara untuk memulihkan ingatannya?" tanya Aiden dengan suara pelan.

"Ia bisa saja kembali mengingatnya kapan pun dan di mana pun, namun ada kemungkinan juga bahwa ingatan itu tidak akan pernah kembali. Dokter mengatakan bahwa terapi hipnosis juga bisa dilakukan agar ia bisa kembali ingat dengan paksa. Apakah saya perlu mencari seorang psikiater?" tanya Harris.

Aiden berpikir sejenak, namun pada akhirnya ia menggelengkan kepalanya. "Kalau memang ingatan itu begitu buruk sehingga ia ingin melupakannya, biarkan saja ingatan itu terlupakan. Kita bisa memulainya kembali dari awal …" jawab Aiden dengan lembut sambil menatap wanita yang masih tertidur lelap di sampingnya.

Sesekali, dalam tidurnya Anya terlihat tidak nyaman seolah ia sedang memimpikan sesuatu yang buruk. Namun, saat tangan Aiden terangkat untuk membelai rambutnya dengan lembut, atau sekedar mengelus kepalanya, ia akan kembali tenang.

"Tuan, Nyonya Anya bersama dengan Anda saat Anda terluka, kan?" Intuisi Harris mengatakan itu. Dari tadi, ia merasakan pertanyaan itu terus mengganjal di hatinya sehingga ia memberanikan diri untuk bertanya.

Aiden menutup mulutnya rapat-rapat. Ia tidak menjawab pertanyaan Harris seolah pertanyaan itu adalah angin lalu …