Suasana di dalam mobil menjadi hening setelah perdebatan itu terjadi. Perdebatan itu menyebabkan Aiden merasa marah pada sikap Anya yang terlalu lembek, sementara Anya merasa kebingungan harus berbuat apa.
Sepanjang perjalanan, Aiden memejamkan matanya dan tidak memedulikan keberadaan Anya. Hal itu membuat Anya merasa sedikit gelisah. Ia terus mengubah posisi duduknya, berusaha untuk mencari posisi yang nyaman, tetapi pada akhirnya, ia hanya bisa pasrah dan memandang ke arah luar jendela, berusaha untuk melupakan kemarahan pria di sampingnya.
Sementara itu, Harris yang sedang berada di kursi penumpang depan sama sekali tidak terganggu dengan keheningan di dalam mobil tersebut. Saat ini ia sedang sibuk menjalankan tugasnya sebagai asisten Aiden. Sebagai orang kepercayaan Aiden, selain mendampingi bosnya kemana pun ia pergi, Harris juga bertanggung jawab untuk mempertahankan citra Aiden dan juga perusahaan yang dipegangnya.
Saat pertengkaran terjadi di dalam kafe tadi, ia melihat beberapa gadis menyaksikan kejadian tersebut sambil merekam. Untuk mempertahankan citra perusahaan Atmajaya dan citra Aiden, ia menyita semua rekaman tersebut dan meminta para gadis itu untuk menghapusnya dari ponsel mereka. Namun, ia juga membuat salinan rekaman tersebut pada ponselnya.
Setelah melihat rekaman itu, Harris mendapatkan ide untuk memperbaiki citra atasannya setelah tersebarnya skandal hotel beberapa saat yang lalu. Ia segera mengirimkan rekaman tersebut ke internet dan menyebarkannya.
"Aku dan Natali dijodohkan karena urusan perusahaan. Aku rela membatalkan pertunangan itu dan melupakan kerja sama itu untukmu. Aku hanya mencintaimu …" suara Aiden dari rekaman itu terdengar jelas. Suaranya yang dalam seolah bisa menghipnotis semua wanita.
Seperti lalapan api, rekaman itu menyebar luas dengan sangat cepat dan langsung mendapatkan respon dari banyak orang. Semua orang mulai berbondong-bondong meninggalkan komentar pada laman tersebut. Mereka tidak menyangka bahwa seperti ini lah cerita yang sebenarnya, di mana Aiden dan Anya merupakan sepasang kekasih, sementara Natali merupakan penjahatnya.
"Akhir ceritanya sungguh tak terduga …"
"Ternyata Aiden Atmajaya dan Natali Tedjasukmana hanya dijodohkan karena urusan bisnis. Ternyata wanita itu adalah kekasih Aiden yang sebenarnya!"
"Berarti Natali yang berusaha merusak hubungan mereka?"
"Wanita itu sungguh beruntung. Kehidupannya bak cinderella …"
"Aiden datang seperti pangeran berkuda untuk menyelamatkan putrinya!"
"Aku sangat iri padanya!"
"Astaga .. Ini sama seperti cerita-cerita di drama korea yang penuh dengan kejadian yang tak terduga!"
"Ini adalah kekuatan cinta sejati …"
"Lihat kelakuan Natali Tedjasukmana. Wajahnya yang cantik itu hanyalah kedok dari sifatnya yang seperti ular!"
"Bisa-bisanya ia melakukan hal ini kepada seorang wanita lain hanya karena ia tidak ingin menikah dengan pria buta…"
"Aku tidak menyangka ada wanita sejahat itu!"
Komentar demi komentar terus menyerbu laman tersebut, membuat rekaman itu menjadi topik pembahasan yang paling hangat. Pembahasan ini menempati posisi pertama sebagai berita yang paling dicari oleh banyak orang.
Dari rekaman tersebut, semua orang bisa menyaksikan perlakuan Natali pada Anya. Ia bisa melihat saat Natali menyiram kopi pada Anya. Awalnya, mereka pikir Natali sedang membalas dendam pada wanita yang telah menghancurkan hubungannya. Saat hal itu terjadi, Anya tetap diam dan tidak membalasnya. Tetapi setelah itu, Aiden datang untuk menyelamatkan Anya dan membongkar semua kejahatan Natali.
Mereka tidak menyangka bahwa semua yang Natali lakukan ternyata hanyalah akting belaka. Semuanya ia lakukan untuk melarikan diri dari perjodohan dengan seorang pria yang cacat.
Ini sungguh tak terduga!
Tidak hanya orang-orang itu saja yang tertarik pada berita ini, seluruh media pun tidak mau melewatkan berita yang sedang hangat-hangatnya ini. Mereka segera mengeluarkan berita dari rekaman tersebut, mempublikasikannya ke internet dan juga mencetaknya.
"Cinta Sejati Aiden Atmajaya, Perjodohan dengan Keluarga Tedjasukmana Merupakan Kerjasama Perusahaan."
"Siapa Wanita yang Beruntung, Menjadi Pilihan Aiden Atmajaya?"
"Tindakan Mengerikan dari Salah Seorang Anak Keluarga Terpandang, Karma Atas Perbuatannya Langsung Turun."
….
Tidak butuh waktu lama, judul-judul berita utama seperti itu langsung memenuhi internet, berusaha untuk menarik perhatian para pembaca. Harris bisa memastikan bahwa koran atau majalah yang akan terbit esok hari juga memiliki judul berita serupa.
Cara Harris menyelesaikan masalah sungguh efektif. Ia bahkan tidak perlu mengerahkan divisi relasi publik dari perusahaan Atmajaya untuk mengatasi skandal yang telah terjadi sebelumnya. Ia tidak membutuhkan satu tip untuk menyelamatkan citra Aiden. Ia sendiri saja, satu orang saja sudah cukup untuk memperbaiki citra Tuannya.
Dalam satu hari saja, nama Anya dan Aiden kembali bersih. Tidak ada satu pun orang yang berani mencerca mereka. Tidak ada yang berani menghina mereka, menyebut bahwa mereka berselingkuh. Semua wanita bahkan merasa iri dengan keberuntungan Anya, sementara beberapa orang merasa kisah cinta mereka sangat romantis.
Harris melihat respon dari orang-orang dengan puas. Ia merasa bahwa hasil pekerjaannya itu sesuai dengan harapannya.
Saat ia sedang membaca komentar demi komentar yang beredar di internet, tiba-tiba saja ponselnya berdering. Di layarnya terpampang nama ayah Aiden, Bima Atmajaya.
Harris langsung menoleh dan menatap Aiden yang masih bersandar dengan mata terpejam. Mata Aiden memang tertutup, tetapi ia tahu bahwa Tuannya itu tidak tertidur. "Tuan, Tuan Bima menelepon," kata Harris.
Tanpa membuka matanya, Aiden hanya bergumam. "Hmm …"
Atas persetujuan Aiden, Harris langsung mengangkat panggilan tersebut dan langsung diserbu dengan rentetan pertanyaan dari Bima. "Berita apa ini yang baru saja muncul? Apakah Aiden memiliki kekasih? Sejak kapan mereka bersama? Mengapa ia tidak memperkenalkan gadis itu kepadaku?"
Suara Bima dari telepon terdengar begitu keras sehingga Anya dan Aiden pun bisa mendengarnya. Anya merasa sedikit canggung saat mengetahui bahwa ia lah yang sedang dibicarakan. Sebaliknya, Aiden terlihat sama sekali tidak peduli.
Harris segera menjawab pertanyaan-pertanyaan Bima dengan sangat sopan. "Tuan Aiden sedang beristirahat dan sedang berada dalam masa pemulihan, sehingga beliau tidak bisa menemui Anda. Begitu beliau merasa lebih sehat, beliau akan segera menemui Anda dan memperkenalkan kekasihnya," kata Harris dengan sangat sopan.
"Siapa gadis yang bersama dengannya? Apakah kamu sudah mencari tahu asal usulnya?" Bima terus memberondongnya dengan pertanyaan demi pertanyaan seolah tidak mempercayai bahwa putranya itu memiliki seorang kekasih. Atau mungkin, ia berpikir karena Aiden buta, Aiden tidak akan bisa mencari wanita baik-baik yang sepadan dengannya.
"Tuan Bima, Tuan Aiden sudah memeriksa latar belakangnya dengan jelas. Jangan khawatir." Jawab Harris dengan sabar.
"Harris, aku sangat penasaran dengan wanita itu. Aiden tidak bisa melihat, tidak bisakah aku membantu untuk melihat apakah wanita itu adalah wanita baik-baik?" Bima tidak menyerah dan terus menyudutkan Harris.
Pertanyaan-pertanyaan itu membuat Harris tersedak. Ia merasa kesulitan untuk menjawabnya, "Tuan, ini adalah masalah pribadi Tuan Aiden …"
Belum selesai Harris menjawabnya, Aiden sudah merebut ponsel itu dari tangan Harris dan berkata pada ayahnya, "Aku tidak butuh ijinmu untuk mengencani siapa pun."
Ia tidak menunggu jawaban dari Bima dan langsung menutup panggilan tersebut. Setelah itu, ia melemparkan ponsel tersebut ke arah Harris. Untung saja, Harris langsung menangkapnya dengan sigap sehingga ponsel itu tidak terjatuh.
Aiden kembali bersandar di kursinya dan memejamkan matanya. Wajahnya terlihat lebih kesal dari sebelumnya. Perdebatannya dengan Anya sudah membuatnya merasa sedikit marah pada wanita itu. Sekarang, kekesalannya itu seolah disulut dengan pertanyaan-pertanyaan dari ayahnya, membuat suasana hatinya menjadi semakin buruk. Ia mengerutkan dahinya, berusaha untuk menenangkan diri sambil mengurangi ketidaknyamanan di matanya setelah terkena sinar matahari.
Anya hanya bisa melihat kejadian itu dalam diam. Ia menoleh untuk menatap wajah Aiden dan melihat dahi pria itu berkerut. Ia bisa melihat kemarahan yang Aiden rasakan semakin meningkat. Sebelumnya, pria itu sudah sangat marah padanya dan sekarang telepon dari ayahnya membuat suasana hatinya semakin memburuk …