Setelah beberapa lama menaiki waver, Lepus dan Conis sampai di dekat suatu tempat yang sepertinya hutan rimba dengan pohon-pohon besar.
Melihat ini, Conis cukup terkejut.
"Di sini.... Upper Yard?"
Conis kemudian berkata tegas pada Lepus.
"Lepus-san, kita tidak boleh berada di sini!"
Tapi Lepus dengan tenang menjawab.
"Tenang saja. Kita takkan ketahuan. Lagipula kita hanya berkeliling saja dan tidak mendarat."
"Tapi...."
"Sudah, tenang saja. Percayalah padaku!"
Lepus tentu tahu apa yang Conis khawatirkan.
Bagi Skypeian, Upper Yard dianggap sebagai tanah dewa.
Dan dewa yang saat ini berkuasa adalah Enel!
Enel memiliki kekuatan Goro Goro no Mi, Logia Petir!
Dikatakan siapapun yang berani menentangnya akan mendapat hukuman dewa dengan disambar petir.
Itulah kenapa Conis sangat khawatir dan takut.
Tapi, Lepus yang memiliki kekuatan Batasan dan menguasai 3 Haki tentu takkan takut dengan Enel.
Lepus kemudian melanjutkan mengendarai waver di lautan awan sekitar pinggiran Upper Yard.
Setelah beberapa lama berkendara, dari kejauhan Lepus melihat ada sosok yang bersandar pada batu di pinggiran Upper Yard.
Lepus cukup bingung dengan hal ini.
(Bukannya Upper Yard dianggap tempat terlarang? Kenapa ada orang di sini?)
Lepus pun menepikan waver ke tepian dekat sosok itu.
Dan saat sudah cukup dekat, Lepus terkejut ternyata sosok itu adalah seorang gadis muda!
Gadis itu tampak cukup tinggi dengan paras wajah yang cantik tapi tegas dan rambut panjang hitam lurus dikuncir.
Gadis itu tampaknya terluka di pahanya karena terlihat ada darah di sana.
Lepus mencoba mengingat-ingat apakah dia pernah melihat gadis ini di serial utama One Piece.
Kemudian Lepus ingat dan mengenali gadis berambut hitam ini.
(Raki!)
Raki tak begitu dikenal karena tak mendapat banyak sorotan di serial utama One Piece. Karena itulah tak banyak yang mengingatnya.
Sementara itu, Raki yang melihat ada orang tak dikenal menghampirinya, merasa tegang dan waspada.
"Siapa kalian!?"
Melihat Raki yang waspada, Lepus berusaha menenangkan.
"Tenanglah. Kami hanya ingin menolongmu. Kau terluka, kan?"
"Tidak perlu!!"
"Tenanglah. Kami tak berniat buruk."
Meskipun Raki masih tetap waspada, Lepus kemudian mendekati dan berlutut memeriksa lukanya.
Setelah memeriksa dan menyimpulkan kalau lukanya hanya luka luar, Lepus kemudian mengeluarkan kotak pertolongan pertama, botol air, dan kotak obat dari gap dalam tasnya.
Lepus kemudian dengan halus dan hati-hati membersihkan luka Raki dengan air bersih, lalu mengolesi bagian yang terluka dengan krim obat herbal buatan Muret, dan kemudian membalutnya dengan perban.
Melihat Lepus yang dengan serius tapi lembut dan hati-hati mengobati lukanya, Raki sangat terperangah. Raki tak pernah diperlakukan sehati-hati dan sehalus ini oleh orang lain. Jantung Raki berdegup kencang dan dia merasakan sesuatu yang tak pernah dia rasakan seumur hidupnya selama ini. Dia merasakan kehangatan, kelembutan, dan rasa perhatian dari perlakuan Lepus padanya.
Tak lama kemudian, Lepus selesai menangani luka Raki dan tersenyum padanya.
"Sudah selesai. Lukamu seharusnya bisa pulih lebih cepat dengan obat yang kuoleskan tadi."
Kemudian Lepus mengeluarkan rok wanita panjang yang mungkin ukurannya pas untuk Raki karena pakaian Raki sedikit robek dan kotor karena bekas darah dari lukanya.
(Sebenarnya ini punya Muret, tapi tak apa lah. Nanti Muret kubelikan lagi lain kali.)
Lepus kemudian bicara.
"Pakailah ini. Pakaianmu sudah kotor dan tak bisa dipakai. Conis, bisakah kau membantunya ganti pakaian?"
Lepus kemudian menyerahkan pakaian itu pada Conis.
Setelah Conis mengangguk, Lepus lalu berbalik dan pergi menjauh memberi privasi untuk mereka.
~~~
Setelah beberapa lama, Raki selesai ganti dan Lepus pun kembali mendekat.
"Sudah lebih baik?"
Raki yang masih duduk di batu mengangguk mendengar pertanyaan Lepus.
Lepus kemudian berkenalan dengan Raki meskipun sebenarnya dia sudah tahu.
"Namaku Lepus. Aku dari Blue Sea. Dan gadis yang membantumu ganti pakaian adalah Conis. Dia dari Angel Island. Bagaimana denganmu?"
Raki kemudian juga memperkenalkan diri.
"Aku Raki. Dari Shandia. Terima kasih sudah menolongku."
Lepus tersenyum kemudian kembali berkata.
"Raki, kau masih harus istirahat dan tidak banyak bergerak agar lukamu tidak terbuka. Dan kami tentu takkan tega meninggalkanmu sendirian di sini. Jadi, bagaimana kalau ikut kami dulu?"
"Itu...."
Raki agak ragu-ragu.
Melihat ini, Lepus pun menenangkannya.
"Tenang saja. Kami takkan mengobatimu jika kami memang punya niat buruk. Percayalah. Benar kan, Conis?"
"Um."
Conis mengangguk ikut membujuk Raki.
Raki pun akhirnya menerima.
"Baiklah. Maaf merepotkan."
"Tidak apa-apa."
Lepus kemudian menghampiri Raki dan menggendongnya.
Kemudian mereka bertiga menuju ke waver.
Tapi Lepus tidak menaiki waver dan justru mengayunkan perlahan satu kakinya untuk membuka gap.
Melihat Lepus melakukan itu, Raki dan Conis sangat terkejut.
Lepus kemudian berkata pada mereka.
"Terkejut? Ini kekuatan dari buah iblis. Mungkin kalian pernah atau tidak pernah dengar tentang buah iblis."
"Aku pernah dengar sedikit dari tetua suku-ku. Tapi aku tak pernah mengira akan bisa bertemu langsung orang yang memiliki kekuatan."
Raki tampaknya tahu sedikit, tapi Conis sepertinya tidak.
Lepus kemudian berkata pada Conis.
"Conis, kau bawa waver itu. Kita masuk."
Mereka bertiga kemudian memasuki gap.