Mendengar pengakuan tersebut, sedikitnya membawa angin segar bagi Riki. Terlintas ide nakal dalam kepalanya. Namun, untuk sekarang tidak akan digunakannya. Masih harus menyusunnya matang-matang.
Riki diam dan tetap memasang wajah datar, diselingi dengan suara yang terisak-isak, alhasil mampu menarik perhatian Arumi lebih dalam.
"Jangan nangis dong, Sayang. Akunya jadi tidak tega lihatnya 'kan." Arumi ikut memelas, yang dilakukannya tulus. Tidak seperti Riki yang sekedar pemanis di bibir saja.
Arumi pun berpikir keras untuk menghibur pujaan hatinya itu, "Bagaimana kalau, nanti kita bertemu lagi? Aku akan meminta izin pada Daddy untuk pergi bersama teman. Mungkin Daddy akan mengizinkannya andai aku mengatakan ingin bertemu teman. Aku akan memohon pada Daddy nanti."
Usulan Arumi jelas mendapat tanggapan bahagia dari Riki. Senyuman yang semula memudar, kini terlihat kembali.
"Sungguh, Sayang?"
在webnovel.com支援您喜歡的作者與譯者