"Dier deariaaa.aaaaaa.aaaaaaaaaaaaa.aaaaaaaaaaaaa." Kata Marie.
"Aaaaaaaaaaaaaaa.aaaaaaaaaaa.aaaaaaaaaaa.aaaaaaaaaaaaaa.."
"Aaaaaaaaaaaaaaa.aaaaaaaaaaaaaaaaaa.a.aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa..a.a."
"Aaaaaaaaaaaaa.aaaaaaaaaaaaaa."
"Aaaaa.aaaaaaaa.aa."
"Aaaaaaaaaaaa.aaaaaaaaaaaaaaaaa.aaaaaaaaaaaaaaa...aaaa.aa..a."
"Aaa."
"Aaaaaaaaaaa.aaaaaAaaaaaAAAAAAaaaa"
"AAaaaaaAAaaaaAaaA.AAaaAaA..aAAAAAaaaaaaaaaAAA."
"AaaAAaaaaaAaAaAaAA."
"AaaaaAAA.aaAAaaaaaaaAAAaaaaaaaaaaaAaaaaaaaaaaaaaaaaaAAAAAAAAAAAAAAAaa."
"AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA.AAAAAAAAAAAAAAAaaaAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAaAAAAAAAAAaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAaaaaaaaaaaaaaaaaAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAaaaaaaaaaaAAAAAaAAaaaaaaAAaaaAaaaaAaAAAAAAaaaaaAAAaaaaAAaAAAAAAAAAAAAAAAA.AAAAAAAAAAAAAAAaaaAaAAAAAAAAAAAAAAAAAaAaAAAaaaaaaaaaaaaaaaaAAAAaaaaaaaaaAaaAaAAAAAAAAAAAaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaAAAaaaaaaaaaaaaaAaaaaaaaaaaaaaaaaaAaaaaaaaaA."
'Aaaaaa aaa aaAA aaa aaa AAAAA."
"Aaaaaa. Aaaaaaa."
"A.aaaaaaaaaaaa.aaaaaaaaaaa."
"Aaaaaaaa.aaaaa.aaaaaaaaa.a."
"Aaaaaaaaa.aa."
"Aaaaaaaaaaaaaaaaaaa.aaaaaaaaaaaaaaaa.aaaaaaaaaaaa.aa."
"Aaaa."
"Aaaaaaa.aaaaaaaaa.aaaaaaaaa.aaaaaaa.a."
"Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa..aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa."
"Aaaaaaaaaaa.aaa.aa.....a.a.aaaaaaaaaaa.....aaaaaaaaaaaaaaaa."
"Aaaaaaaaaaaaaa.aa.a.aaa.a."
"Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa.a.aaaaaaaaaa.aaaaa."
"A.aaaaaaaaaaaaaaaa.aaaaaaaaaaaaaaaaa..aaaaa.aaa."
"Aaaaaaaaaaaa.aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa."
Marie telah kehilangan dirinya sendiri. Suara-suara yang keluar dari mulutnya hanya deruan desah yang tak jelas. Dia sendiri tidak sedang memikirkan sesuatu apa pun saat ini. Dia tidak lagi berpikir untuk makan belatung yang kadang berjatuhan dari atas kepalanya ataupun minum sebanyak-banyaknya cairan yang menetes di atas kepalanya untuk hidup, melainkan semua itu telah menjadi refleks anak itu. Hal ini juga menjadi refleksnya untuk tetap mencatat buku hariannya. Tanpa Dia sadari hal ini menjadi hal yang membuatnya tetap hidup, karena otaknya masih dipaksa untuk bangun dengan berujar ujaran yang tak bermakna.
"Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa.aaa.aa.aaaaaaaaaaaaaaaa."
"Aaaaaaaaaaaaa....aaa.aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa.aaaaaaaaaaaaaaaaaa.a."
"Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa.aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa.aaaaaaaaaaaaaaa.aaaa."
"A.aaaaaaaaaaaaaa.aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa.aa.a"
"Aa.aaaaaaaaa.aaa.a.aaaaaaa.a.aaaaaaaaa.aa.aaa."
"Aaaaaaaaaaaaaaaaa.aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa..aaaaaaaaaaaaaaaa.aaa.aaaaaaa."
"Aaaaaaaaaaaa.aaaaaaaaaaa.aaaaaaaaa.aaa.aaaaaaaaaaa."
"Aaaaaaaaaaaaaaaaaa.aaaaaaa.aa.aaa.aa.aa...aaaaaaaaaaa.a."
"Aaaaaaaaaaa.aaaaa.aaaaaaaaaa.aaaaaaaaaaaaa.aaaaaaaaaaa.aaaaaaa."
"Aaaaaa.aaaaaaaa"
"A..aaaaaaaaaaaa.aaaaaaaaaaaa.aaaaaaa."
"Aaaaaaaaaaaaaaaa.aaaaaaaaaaaaa.aaaaaaaaaaaaaaa."
"Aaa."
"Aaa."
"Aaa."
"AAaaaaAaaAAaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaAAAAAAAAAAAAAAAAAAaAAAAAaaaaaaAAAAAAAaaaaaa."
"Aaaaaaaaaaaaa.aaaaaaaaaaaaaaa."
Kemudian terdengar suara pintu terbuka. Gumaman Marie seketika terhenti.
"Selamat datang Tuan, Marie tidak menangis!" Kata anak itu lantang.
Tidak terlihat. Tidak tercium. Hampir semua indra Marie telah lumpuh, hanya sedikit cahaya, rangsang, suara yang bisa sampai kepadanya. Namun yang Marie ketahui adalah jika terdengar sebuah suara maka itu adalah Tuan. Hal ini berarti Marie harus menyapanya.
Kondisi ruang yang sedang Marie tempati sekarang sangat tak terurus. Sampah plastik botol mineral, stirofoam (1) bekas mi instan, serta plastik makanan ringan yang dibawa Sunandar dari atas. Sangat sedikit yang Dia berikan kepada Marie, Dia memberikannya hanya untuk tetap membuatnya hidup. Kantong darah kosong, menggunung banyaknya berserakan di sekitar tubuh Marie. Kini Sunandar harus mengganti kantong-kantong itu setiap 3 hari sekali. Jika Dia tidak melakukan itu, maka Marie akan pingsan.
Tinja dan air kencing berserakan di sekitar tubuh Marie. Bau yang sangat tidak enak itu akhirnya membuat indra penciuman Marie menyerah dan mati. Belatung dan hewan dekomposer (2) banyak mendekati Marie karena hal itu.
Hiruk pikuk keadaan di luar nalar, tak membuat Marie lupa wejangan apa yang telah diberikan Ibunya,
"jangan Menangis, jangan sakit, jangan lapar, jangan mati. Tetaplah tersenyum dan jadi anak baik."
Marie mungkin lupa, mungkin tubuhnya ingat. Bahkan jika itu berarti otaknya menganggap hal itu sebagai ingatan yang menimbulkan impuls otomatis tubuhnya untuk tetap hidup.
Otak butuh glukosa sebagai energinya, sedangkan kondisi Marie yang sekarang tak mungkin memerolehnya. Keton sebagai sumber energi dari lemak pun hampir habis digunakan seluruhnya – hingga tubuh Marie tinggal tulang dan Kulit – , maka otak Marie hampir tidak bekerja dan menggunakan energi yang sedikit yang diperoleh dari luar untuk organ tubuh yang membutuhkan, seperti jantung, paru-paru, otot pembuluh darah, usus. Sedangkan otaknya sendiri dan otot dan jaringan sekitar kemaluan hanya menggunakan energi yang sedikit. Itu sebabnya Marie tak bisa mengontrol keinginan buang air kecil maupun besar dan tak bisa berpikir seperti biasanya.
Satu-satunya tangan yang menopang tubuhnya hampir melekat menyatu pada besi borgol karena postur tubuh yang menggantung. Jika bukan karena satu kaki kurus kering yang masih membantu menopang, maka tangan Marie akan putus lalu tubuhnya roboh meninggalkan pergelangan tangannya yang masih melekat diatas.
Semua bagian tubuh paham apa yang harus dilakukan untuk tetap terus mempertahankan kehidupannya. Namun, saat ada rangsang berupa suara datang dari arah depan, Marie menggunakan energi yang lebih dari biasanya. Tubuh Marie tak sadar menggunakan ke otot wajah untuk menampilkan wajah Marie tersenyum. Otot 'Zygomaticus Major' sebagai otot pembentuk senyum, mengangkat sudut mulut sedemikian rupa hingga membentuk sebuah senyuman, kerutan di sudut lateral mata, mengangkat pipi, menurunkan alis mata dan mempersempit celah mata akibat kelopak mata yang tertarik bersamaan (3).
Sumsum tulang tak henti memproduksi sel darah putih dan Keping darah, lalu mengorbankan produksi sel darah merah untuk menghalau semua bakteri yang masuk. Tubuhnya tahu jika darah merah akan muncul sendiri dari pipa silinder perak yang kadang masuk. Kemudian untuk fungsi tubuh yang tidak perlu, tubuh Marie matikan.
Tersenyum.
Marie berbicara. Marie tanpa sadar juga menggerakkan paru-parunya untuk menghasilkan aliran udara dan tekanan udara yang cukup untuk menggetarkan pita suara. Lalu Pita suara memotong aliran udara dari paru-paru menjadi pulsa suara yang membentuk sumber suara laring. Otot laring menyesuaikan panjang dan ketegangan pita suara untuk melunakkan tuning dan nada. Baru kemudian mulut mengatur untuk suara yang diinginkan.
Sunandar seperti biasa tak banyak berbicara pada Marie, dan langsung mengganti darah agar bonekanya itu tidak mati.
"Terima kasih Tuan!" Kata Marie.
Marie merasakan kehangatan transfusi darah. Sunandar juga memberi makan Marie, berupa campuran tepung terigu 'lencana merah' – dari semua tepung yang ada di pasaran, merek tepung ini yang paling murah – dan air. Setidaknya itu bisa membuat Marie tetap hidup. Kemudian Sunandar 'bermain' dengan remaja itu.
...
Beberapa Bulan setelah hal itu, tak seperti biasanya pasokan darah bagi Marie tersendat. Sunandar tidak lagi bermain dengan Marie. Orang itu terlalu sibuk menyembunyikan rumah bordilnya dari endusan hidung polisi. Sunandar telah menduga hal ini dari beberapa bulan yang lalu, namun tak menyangka jika akan secepat ini. Sunandar tidak pernah memikirkan mempunyai usaha lain selain dari rumah bordil. Lantas bagaimana dengan bisnis pakaian yang selama ini berdiri? itu hanya kedok belaka. Sebuah kenyataan jika bisnis pakaiannya selama ini terus mengalami kerugian. Sunandar memperoleh untung yang banyak dari rumah bordilnya dan penjualan anak (pada masa lalu).
Semenjak Vigor hengkang, Sunandar kehilangan mata pencahariannya untuk bisnis penjualan anak. Selain itu karena Dia juga sudah memutus hubungan dengan Awan, dirinya tidak punya lagi anak yang bisa dijual. Oleh karena itu, Sunandar semakin mengejar keuntungan dengan bisnis pakaian, sebagai bisnis terakhir, yang sekarang dimiliki sembari tetap dengan bisnis rumah bordilnya yang tetap beroperasi dengan bantuan salah satu dari orang pemerintah.
Sepandai-pandai tupai melompat pasti akan jatuh juga. Tanggal 06 November 2038, Sunandar berhasil dibekuk. Pihak kepolisian telah menggeledah Tempat bisnis pakaian milik Sunandar. Sunandar serta semua pegawainya dibekuk dan dimasukkan ke dalam jeruji besi.
Pun tak lupa dengan semua wanita (termasuk Mino) yang menjadi budak seks yang berada di bilik rahasia. Pihak polisi tidak serta merta menganggap mereka sebagai tersangka namun semua wanita yang terkena razia itu akan dibina di bina karya wanita di kediri dan bina laras Pasuruan. Terlebih dahulu mereka semua dibawa ke rumah sakit untuk pemulihan kesehatan.
Sedangkan Marie, tubuhnya sedang kritis sekarang. tanpa ada pasokan darah, ataupun makanan yang cukup untuknya, Marie bisa tumbang kapan saja. Namun, takdir berkata lain. Di tengah suara dengungan telinga yang parah, Marie mendengar suara. Secara otomatis tubuh Marie melakukan hal yang sama, sama halnya saat Sunandar masuk ke dalam ruangan.
Aneh.
Tidak seperti biasanya, Tubuh Marie yang menunggu rangsangan darah dan makanan yang masuk setelah ada orang yang datang dari luar, tidak kunjung mendapatkan apa yang dia mau. Hal ini akan memaksa Otak mengirimkan impuls ke paru-paru untuk menarik udara lebih.
"Kalau tuan mencari cambuk, itu ada di kotak merah itu." Kata Marie.
Marie mengulang kata-kata ini saat Sunandar tidak kunjung memberinya makanan dan darah baru. Marie selalu berhasil mendapatkan tepungnya jika ia berbicara seperti ini (meskipun harus dicambuk terlebih dahulu). Namun Telinga Marie malah menangkap hal lain.
"Aku sedang mencari kunci borgol kakimu itu, kau akan kubebaskan, dan satu hal lagi, aku bukan tuanmu." Kata suara itu.
Otak Marie tiba-tiba tergerak lagi. Tidak ada lagi gerak otomatis, Semuanya sesuai dengan kehendak Marie. Mata Marie kembali mencoba meneruskan impuls cahaya yang masuk ke dalam otak. Walaupun samar, Marie melihat ada kesempatan jika orang itu bukan Sunandar. Namun, sebuah kenyataan jika anak itu belum mendapatkan makanannya. Oleh karena itu Marie hanya bisa berujar sesuatu yang sangat diinginkannya.
"(Tolong Miya yang ada) di bawah bantal, (tolong bawa Dia ke luar) Tuan." Marie berujar.
Marie telah berkata selantang yang Ia bisa, namun suara yang muncul kecil, bahkan kata-katanya hampir tidak bisa terdengar. Marie terus memerhatikan orang itu. Meski matanya hampir buta, Marie masih bisa melihat cahaya dan bayangan buram – hal ini juga dikarenakan cahaya ruangan yang redup – sayup-sayup bisa dilihat oleh lensa mata yang tertutup katarak.
Angan Marie jika orang itu bukan Sunandar hancur saat melihat bayangan pria itu bergerak menuju ke kotak merah. Sebuah kotak yang terletak tepat di depan Marie, di seberang sisi ruangan. Kotak itu berisi alat-alat yang biasa digunakan oleh Sunandar jika akan menghukum Marie. 'Dia adalah Tuan', begitu pikir Marie. Marie ketakutan.
"Tuan, Marie tersenyum, Marie tidak menangis." Kata Marie.
Bayangan pria itu tak kunjung menyingkir dari kotak merah itu.
"Tuan, Marie tersenyum, Marie tidak menangis." Kata Marie Sekali lagi.
Bayangan itu membawa sebuah benda serta mendekat ke Marie.
"Tuan, Marie tersenyum, Marie tidak menangis." Kata Marie sekali, dan sekali lagi.
Saat Benda dingin itu mulai menyentuh kaki Marie, Marie tak bisa berkata apa-apa. pikirannya sudah terlalu kacau untuk berkata apa pun. Hormon adrenalin yang biasanya diam karena kehendak otomatis otak yang mengirimkan sinyal untuk diam – agar menghemat energi – kini melonjak dengan cepat karena Marie dapat mengendalikan tubuhnya lagi.
Namun, rasa dingin Marie berganti dengan rasa hangat dan nyeri di bagian tubuh bagian atasnya karena anak itu sekarang sedang dipeluk oleh Pak Sumi.
(1) gabus sintetis terbuat dari polistirena, tahan panas, tidak mudah bocor, ringan, dan berwarna putih. (wiki)
(2) Dekomposer atau pengurai adalah organisme yang memakan organisme mati dan produk-produk limbah dari organisme lain. Pengurai membantu siklus nutrisi kembali ke ekosistem lainnya. (wiki)
(3) Sumber: (Buku) Anatomi Senyum Kajian Kinesiologi (2018) karya Abdurachman, penerbit Airlangga University Press, Surabaya.