webnovel

My Slave, My Servant, My Daughter

kisah tentang Pak Sumi, seorang intel kepolisian yang berhasil membuka kedok rumah Bordil dan menemukan hal yang lebih buruk daripada PSK (Pekerja Seks Komersial) yaitu menemukan seseorang yang akan merubah hidupnya untuk selamanya. kisah tentang keluarga, masa lalu, dan ambisi seorang anak. Kisah tentang suatu keluarga kecil yang berperan besar dalam beberapa kasus skala nasional, masa lalu yang penuh dengan intrik, persahabatan, juga kengerian dan kekejian, serta ambisi seorang anak untuk mendapatkan kepercayaan, cinta dan kasih sayang... ah dan juga tubuh. Cerita akan berkutat pada Marie dan Pak Sumi, lalu orang-orang yang terdekat seperti Bu Rati (Istri Pak Sumi), Tiga anggota daun Semanggi (Clover), dan tokoh antagonis. Apakah Marie bisa mendapatkan apa yang diinginkannya? berakhir bahagia atau tidak, itu semua pilihan anda, pembaca. *Penulis sangat tidak menyarankan untuk dibaca oleh anak-anak tanpa pengawasan Orang tua. Isi konten dan konflik cerita sangat mungkin TIDAK SESUAI untuk anak-anak (atau mungkin sebagian remaja baru). dimohon kedewasaan pembaca. **pict source: https://www.trekearth.com/gallery/Africa/photo1403560.htm

Cloud_Rain_0396 · Horror
Not enough ratings
102 Chs

Kematian

Pagi hari ini tampak cerah. Tak ada awan yang menurunkan hujan di langit, walaupun ada Awan sekarang di lahan pertanian. Awan dan kedua istrinya kini menjadi petani. Himpitan ekonomi serta bayang-bayang kemelaratan setelah ditinggal oleh Sunandar membuat Awan terpaksa harus menghitamkan kulitnya untuk makan. Orang itu tak mau menjadi peminta-minta dan gelandangan. Martabat yang menghalanginya berbuat demikian.

Bayi-bayi yang biasa dicetak lalu dijual, kini tak lagi bisa dilakukan. Terakhir kali mereka menjualnya adalah beberapa bulan lalu. Itu pun harus dengan harga yang sangat murah (bahkan ada yang gratis) dan butuh waktu yang lama. Nasib baik dialami oleh bayi Tari, dikarenakan tidak ada yang mau membeli, akhirnya bayi itu dibuang di panti asuhan.

Tidak ada tangisan bayi lagi di rumah ini, seperti beberapa tahun yang lalu. Jika dulu Awan disibukkan dengan bagaimana cara meredam tangisan bayi, kini Awan sibuk mencari nafkah. Baru kali ini orang itu bersusah payah mencari uang, karena sebelumnya Dia selalu berada diatas angin jika harus berhubungan dengan uang. Memanfaatkan orang lain dengan kepintarannya saat berada di luar negeri, berjualan bayi, semua memberinya uang yang mudah untuk didapat.

Terik panas matahari cukup membuat ketiga orang itu kepanasan. Tak seperti dua orang yang lain yang masih duduk manis di ruang bawah tanah. Awan melarang mereka untuk menjadi petani seperti Tari dan Ratu. Bukannya senang tidak harus bekerja berpanas-panasan, Kedua orang yang ada di rumah malah merasa bosan. Kebosanan ini lantas berujung pada rasa bersalah.

Beberapa bulan ini, Awan, Tari dan Ratu yang setiap hari berada di sawah. Ratu selalu pulang lebih awal karena masih harus menyiapkan makan siang bagi semuanya. Seperti hari ini, Ratu pulang saat panjang bayang-bayang dirinya sama tinggi dengan tingginya. Wanita itu pulang ke rumah dan segera menyiapkan segala sesuatunya.

Mbak Timan dan Santi tidak bisa membantu dengan pekerjaan dapur kecuali jika hanya untuk menyiapkan bahan makanan, seperti memotong sayur, daging atau menguliti ayam, Jadi Ratu tinggal memasaknya di dapur. Sama seperti saat ini, Ratu turun ke ruang bawah tanah untuk mengambil bahan makanan yang sudah diolah. Memang ratu setiap awal hari menyiapkan bahan makanan untuk nanti menjelang makan siang bisa diambil dalam keadaan sudah diolah.

Kenyataannya Awan tidak membuat dapur di ruang bawah tanah karena api. Ruang bawah tanah diatur untuk selalu terjaga sanitasi untuk proses pembuatan bayi. Api akan membuat asap dan membuat kotor ventilasi udara yang dibuat. Selain itu, Awan takut jika terjadi kebakaran dan terlalu malas jika harus membopong gas LPG (1) ke ruang bawah tanah.

Namun hari ini semuanya berbeda. Saat Ratu masuk ke dalam rumah, wanita itu merasakan ada hawa yang berbeda. Bau anyir yang tercium cukup pekat dari dalam rumah. Ratu berjalan seperti biasa masuk ke dalam rumah. Tidak tampak seperti orang biasa yang kaget ada bau darah dari dalam rumahnya, Ratu berjalan seperti biasa dan membuka pintu ruang bawah tanah. Benar saja, bau darah itu semakin pekat.

Ratu tidak masuk ke dalam, namun menutup kembali pintu dan menyumpal samping-samping pintu agar bau tidak keluar. Selain itu Wanita itu juga menutup lubang keluar ventilasi udara yang ada di atas ruang makan. Kemudian Ratu kembali ke Sawah dan memberitahu Awan dan Tari tentang hal ini. Kemudian mereka bertiga mengakhiri hari dan kembali pulang ke rumah.

Perjalanan ditemani awan yang menggunung, membuat cahaya matahari gagal meradiasi kulit coklat Awan. Sepi, tak ada banyak orang yang berada di sekitar rumah Awan, seperti biasa. Awan membuka pintu, mereka masuk dan mengunci pintunya. Lampu dinyalakan.

"Jadi, mereka akhirnya bunuh diri juga?" Kata Awan.

"Ya. Sama seperti kata bapak." Jawab Ratu.

.....

Tempo hari, Awan memberi tahu Tari dan Ratu jika kemungkinan besar Mbak Timan dan Santi mungkin akan bernasib sama dengan kedua ternak yang lain. Kaget. Keduanya kaget, Lalu di saat itu juga Tari dan Ratu saling berpandangan satu sama lain. Kemudian mereka sepakat untuk menceritakan hal yang diketahui oleh Santi, tentang Awan.

Mereka bertanya apa yang membuat Awan tampak senang pada hari itu, pada setelah dia mengalami demam tinggi. Diluar dugaan mereka berdua, Awan menceritakan semuanya.

"Jadi Santi tahu dan menceritakan kepada kalian berdua?" Kata Awan.

"Ya." Jawab Tari singkat.

"Kalau begitu, mungkin beberapa hari ini mereka akan mati." kata Awan

Tari dan Ratu saling berpandangan tanpa tahu apa maksud dari Awan. Lalu Ratu bertanya apa maksudnya. Awan menjawabnya. Awan menjelaskan dengan detil apa maksud dari ucapannya itu. Argumen berdasarkan pengalaman dan fakta dilontarkan.

"Inti dari omonganku tadi adalah Marie. Kalian masih ingat anak itu? meski sudah hampir 9 tahun kita membuang anak itu, tapi bayangannya masih menghantui kita. Kalian mungkin menganggapku gila, tapi hal buruk mulai terjadi saat ada anak itu disini." Kata Awan.

"Maaf pak, kami masih tidak tahu maksudnya. Tapi, jika karena Marie, kenapa prediksi bapak hanya mereka berdua yang mati, lalu kami tidak?" Kata Tari.

"Jenuh. Yang membedakan kalian dengan mereka (ternak yang lain), adalah justifikasi untuk keluar rumah. Kalian adalah istriku yang diketahui oleh semua orang, bahkan jika itu pemerintah. Tapi mereka tidak. Kasih sayang. Meskipun jika Aku setiap hari mencurahkan semuanya yang kumiliki untuk mereka, maka itu tidak akan cukup. Perbedaan saat pertama kali hingga sekarang terlalu jauh, kalian ingat jika tempat ini pernah menampung 8 orang sekaligus termasuk kalian." Kata Awan.

Tari dan Ratu diam.

"Rasa bersalah. Mereka berpikir jika tidak ada yang bisa mereka lakukan untuk kita. Tidak bisa lagi membuat anak, lalu menjualnya. Hm, Itu pun baru kemungkinan, jika mereka benar-benar cinta terakhir, ingat dengan kematian kedua ternak yang lalu? bukankah kalian melihat sendiri apa yang dilakukan oleh mereka berdua? Mereka menyembunyikan kepalanya ke wastafel bukan? Aku sangat yakin jika mereka juga mau bunuh diri saat itu juga. Mereka berbeda dengan kalian." Lanjut Awan.

....

Sampai di rumah, Awan langsung masuk ke dalam ruang bawah tanah.

"Aku akan masuk ke dalam, Tari, tolong bantu Ratu membuat lubang di belakang rumah, timpa saja sama kuburan yang dulu. Setelah itu bantu Aku menghancurkan tubuh mereka." kata Awan kepada kedua Istrinya.

Aneh. Bahkan Awan sendiri tidak menyangka jika hasilnya akan seperti ini. Darah. Tapi hanya ada mayat pucat Mbak Timan dengan pergelangan tangan yang mengucur darah segar. Kemudian baru ia temukan Santi. Ia menemukannya di kamar mandi. Tubuhnya setengah berdiri, bertumpu pada kedua lutut, dengan kepala yang masuk ke dalam wastafel.

Awan langsung mengerti apa yang terjadi. Yang pasti ingin bunuh diri adalah Mbak Timan. Wanita itu memaksa atau mungkin membantu Santi untuk mengakhiri hidupnya. Dia 'menenggelamkan Santi lalu mengakhiri hidupnya sendiri dengan pisaunya sendiri.

Kemudian mereka bertiga membersihkan tempat itu. Awan juga berkeputusan untuk menutup tempat itu, mengganjal pintu masuk, lalu menutupi pintu masuk dengan semen untuk 'menyegel' selamanya tempat itu.

Mereka bertiga hidup bahagia untuk selamanya? Tidak. Mereka bertiga hanya hidup bahagia untuk beberapa bulan saja, sampai Awan mengambil Mino untuk menjadi istri ke-8nya.

.......

Perkiraan Awan memang tepat. Mereka berdua memang bunuh diri. Namun, apa yang salah adalah urutan kedua orang itu meninggal dan cara mereka meninggal. Mbak Timan bukan orang yang membantu mengakhiri hidup Santi, melainkan santi-lah yang melakukannya. Mereka berdua telah sepakat untuk mati bersama. Namun, Mbak Timan tidak berani bunuh diri, oleh karena itu Santi menyayat tangan Timan. Timan berterima kasih kepada Santi. Dengan tangan yang mengucur darah, di sisa-sisa tenaganya Timan mengambil pisau itu dari tangan Santi dan menyuruh Santi untuk melakukannya. Melakukan hal yang mereka sempat tunda pada saat kedua ternak mati, yaitu mati tenggelam.

(1) Liquefied Petroleum Gas (LPG): dalam konteks di Indonesia, gas LPG merupakan tabung gas yang digunakan untuk bahan bakar untuk memasak. Awan harus menuruni tangga untuk harus sampai ke ruang bawah tanah, jadi akan repot jika satu tangan harus membawa tabung gas 3 kg.

Cloud_Rain_0396creators' thoughts