webnovel

Mengejar bahagia (completed)

Arsha gadis desa yang mengadu nasib ke Kota. meninggalkan sang adik bersama neneknya untuk menuju masa depan yang lebih baik. Arka, pilot ganteng yang selalu di kejar oleh cinta masa lalu. Bagaimana mereka bertemu? yang penasaran silahkan baca dan tambahkan ke perpustakaan kalian ya.

kaima · 历史言情
分數不夠
31 Chs

9

Seorang wanita cantik dengan gaya yang glamor sedang duduk sambil menatapi setiap sudut ruang tamu rumah bergaya klasik, tidak ada yang berubah, sejak ia meninggalkan sang pemilik tujuh tahun lalu rumah itu tidak mengalami perubahan sama sekali.

Ekor matanya tak sengaja menangkap gadis yang tadi membukakan pintu untuknya, dengan sinis ia memandang gadis yang tengah berjalan menuju dimana ia duduk sambil membawa nampan berisi minuman dan beberapa toples kue.

"Silahkan mbak diminum dulu."

"Nggak usah, saya kesini cuma mau ketemu sama yang punya rumah," ucapan bernada sinis itu meluncur dengan ringannya dari bibir perempuan yang tengah duduk dengan gaya anggun tersebut.

"Apa mbak tidak tahu kal.."

"Tidak tau apa," tanyanya dengan tidak sabar memotong ucapan gadis berpenampilan lusuh didepannya ini.

"Itu mbak, pak Arka belum pulang sejak sebulan lalu," penjelasan amat singkat itu tak membuat perempuan berpenampilan sosialita itu puas.

"Memang kemana dia pergi. "

"Maaf mbak, pak Arka sedang bekerja," Arsha menjawabnya dengan pelan, kalau boleh jujur ia sangat takut dengan wanita yang duduk sambil memandang sinis kearahnya.

"Setau saya Arka tidak pernah bekerja hingga tidak pulang sampai sebulan," ujarnya pada diri sendiri. Tapi masih dapat didengar oleh Arsha.

"Em.. saya juga kurang tau mbak, kenapa tidak mbak hubungi dulu pak Arka nya?" Ucap Arsha memberi solusi.

"Ah..tidak usah mengatur saya kamu," ujarnya sambil menunjuk Arsha.

"Ma..maaf mbak, saya permisih kebelakang dulu ya," ujarnya, lebih baik Arsha undur diri dari pada ia diterkam singa buas yang tengah kelaparan.

"Ck, nanti kalau Arka pulang bilang suruh hubungi nomor ini," ucap wanita itu mencegat tangan Arsha yang ingin pergi, lalu beranjak dari duduknya sambil menyerahkan kartu nama kepada Arsha, setelah itu ia pun berjalan meninggalkan ruang tamu.

"Arnia Akhiyah," Arsha membaca nama yang tertera di kartu nama yang perempuan tadi tinggalkan.

"Sepertinya mbak Arnia ini kerabatnya pak Arka," monolog Arsha pada dirinya sendiri.

Tak ingin ambil pusing, Arsha memilih membereskan nampan yang ia ambil tadi, lalu beranjak dari sana untuk melanjutkan pekerjaannya yang ia tinggal tadi.

******

Arsha tengah membersihkan rumput yang mulai tumbuh liar diarea teras rumah, Dengan bersenandung kecil ia menyiangi rumput tersebut. Jangan ragukan suara yang Arsha miliki, karena kalau Arsha sudah menunjukkan bakatnya pak Yudi pun tak akan berhenti berjoget mendengarnya.

Arsha begitu menikmati pekerjaannya, sampai tak menyadari bahwa ada sepasang mata yang terus memperhatikannya dari tadi.

Lama orang itu memperhatikan Arsha, ia menarik sudut bibirnya hanya sedikit, tolong dicatat 'hanya sedikit', saat ia mendengar alunan lagu yang Arsha nyanyikan.

Saat Arsha hendak bangkit , tak sengaja punggungnya membentur sesuatu, sejak kapan ada tembok dibelakang badanku, pikirnya.

Ketika ia menolehkan kepalanya kebelakang ingin melihat sesuatu yang mengenai punggungnya, bibirnya tak sengaja menyentuh permukaan kulit seseorang, lebih jelasnya pipi Arka. Membuat Arsha terkejut sampai membulatkan matanya, Arka yang menjadi korbanpun diam mematung saat merasakan benda kenyal itu menyentuh ringan  permukaan wajahnya.

Dunia seolah berhenti berputar saat  mata mereka bertemu, Arka yang menatap tepat Dimata Arsha pun  menyelami mata coklat madu milik gadis itu, seolah menemukan sesuatu yang hanya ia sendiri yang tau.

Arsha yang diperhatikan pun menundukkan pandangannya kebawah, asal tidak menatap wajah pria didepannya ini. Arsha malu bukan main saat tadi bibir tipisnya tidak sengaja mencium pipi Arka.

Arka yang tersadarpun langsung mengubah mimik wajahnya menjadi datar, lalu ia berdehem untuk menghalau rasa canggung yang mendera.

"Bukannya saya sudah bilang untuk kamu menyambut saya saat saya pulang Arsha?" Pertanyaan tersebut membuat Arsha mengangkat wajahnya, dan Arka langsung menatap tepat Dimata coklat madu milik gadis didepannya.

Arsha mengerutkan keningnya, ah dia ingat, satu Minggu yang lalu pria ini mengatakan ingin disambut olehnya saat pulang.

"Ma..maaf pak, tapi saya tidak mengerti dengan maksud bapak," Arka mengangkat sebelah alisnya.

"Apa perkataan saya kurang jelas untuk kamu pahami."

"Maaf pak."

"Saya tidak butuh maaf kamu Arsha. Huh sudahlah, saya lelah tolong siapkan saya air hangat."

"Baik pak," saat Arsha ingin melewati Arka, pria tersebut menahan pundak Arsha.

"Nanti malam saya ingin mengajak kamu pergi," ucapan Arka membuat Arsha bingung, belum sempat ia mengkonfirmasi pertanyaan Arka, lelaki itu sudah lebih dulu masuk kedalam rumah.

"Aish, maksudnya apa sih."

Gerutunya sambil melanjutkan langkah yang sempat terhenti, saat sampai didalam ia segera menjalankan perintah dari Arka.

Kini Arsha tengah menyiapkan makan siang, hanya ayam kecap, telur puyuh balado dan sup buntut. Hanya ini yang bisa ia buat, mengingat ia lupa untuk berbelanja kebutuhan.

Decitan kursi yang ditarik, membuat Arsha dengan cepat mengambilkan nasi dan lauk yang telah tersedia untuk Arka.

"Kamu tidak makan."

"Saya nanti saja pak,"

"Kenapa tidak makan sekarang dengan saya."

"Em, saya makan dibelakang saja pak."

Arka yang mendengar jawaban dari Arsha  beranjak dari duduknya, lalu menarik kursi didepannya menimbulkan bunyi decitan yang menggema diruang makan.

"Duduk." Titahnya, seolah tidak menerima penolakan.

Dengan enggan Arsha duduk dikursi yang sudah ditarik Arka tadi. Lalu ia juga mengisi piring untuk dirinya sendiri.

Arka yang melihat porsi makan Arsha pun kembali buka suara," kenapa kamu makan sedikit sekali? Apa beras sudah mau habis?" tanya Arka.

Arsha yang mendapati pertanyaan yang dilayangkan arka pun, mengangkat kepalanya yang sedari tadi menunduk karna tak berani untuk menatap wajah dingin yang pria itu miliki.

"Porsi makan saya memang segini pak," jawab Arsha sedikit takut saat melihat tatapan Arka padanya.

Arka berdecak," pantas saja badanmu kurus."

Dengan kesal ia menambah nasi serta lauk kedalam piring Arsha,"mulai sekarang kamu harus makan yang banyak, supaya saat kamu menikah dengan saya nanti baju pengantinnya tidak kelonggaran," ucap Arka lugas.

Arsha yang mendengar ucapan Arka terbatuk hingga mengeluarkan air mata.  Sedangkan Arka dengan cekatan menepuk pundak Arsha sambil menyodorkan segelas air putih.

"Makanya kalau makan hati-hati bisa nggak," ucap Arka kesal, pasalnya ia sangat tidak suka dibuat khawatir.

"Maaf pak," ucapnya dengan nada menyesal, Arka yang mendengarnya pun tak kuasa untuk mencium puncak kepala gadis dihadapannya itu.

"Eh," Arsha terkejut, bagaimana tidak Arka tiba-tiba mencium puncak kepalanya membuat dada Arsha berdesir aneh.

"Maaf." Harusnya kata itu diucapkan dengan nada menyesal bukan dengan nada santai yang Arka gunakan.

*****

Setelah insiden dimeja makan siang tadi, kini disinilah dua orang remaja tanggung tersebut. Didalam mobil yang akan mengantarkan mereka ke suatu tempat yang akan mereka tuju.

Jangan sangka Arsha mau dibawa oleh Arka dengan pasrah, mimpi saja, ia bahkan sudah menolak dengan berbagai alasan tapi Arka selalu menjawab setiap alasan yang Arsha berikan, membuat gadis itu mati kutu.

Belum lagi Arka yang memaksanya memakai gaun malam ini, jangankan gaun, dress saja Arsha tidak punya. Tapi yang namanya Arka selalu bisa mendapatkan apa yang ia mau dengan uang yang pria itu miliki, Arka memanggil desainer terkenal kota ini hanya untuk mengubah Arsha yang sudah cantik menjadi lebih cantik.

Dengan gaun berwarna maron yang menjuntai hingga ketanah itu, membuat Arsha sangat menawan dan jangan lupakan betapa cantiknya gadis itu malam ini dengan polesan make up yang natural membuat aura gadis itu benar-benar memancar, membuat Arka pangling dibuatnya.

Sedangkan Arka sendiri mengenakan kemeja yang dibalut dengan jas dan dilengkapi dasi kupu-kupu, penampilannya sangat memukau siapa saja yang melihatnya begitu juga dengan Arsha.

"Pak, sebenarnya kita mau kemana," tanya Arsha sedikit takut sambil menoleh kearah Arka yang memasang wajah dinginnya. Sedari tadi ia hanya duduk diam dan tidak tau kemana sebenarnya tujuan mereka.

Tak ada jawaban dari pria disebelahnya membuat Arsha menghela nafas pelan lalu menyandarkan kepalanya kejendela mobil, jujur ia sangat canggung duduk berdua saja dengan Arka.

Akhirnya mobil BMW yang dikendarai Arka pun berhenti, ia langsung turun dan berlari kepintu sebelahnya lalu membukanya dan mempersilahkan Arsha ke luar.

Saat kakinya yang dibaluti heels tinggi menapaki tanah, Arsha benar benar takjub dengan pemandangan yang sangat memanjakan mata tersaji didepannya, membuat ia mengucapkan masya Allah berulang kali karna menunjukan rasa syukur atas ciptaan Allah yang benar benar luar biasa.

Seakan tersadar Arsha melihat keseliing saat menyadari bahwa Arka tidak ada disampingnya.

*********