webnovel

8

Kenapa lama ngangkatnya?" Pertanyaan yang terlontar dari sebrang telpon membuat Arsha menahan nafas sejenak.

Ia bingung harus menjawab apa kepada sang penelpon. Karena ini pertama kalinya pria yang tak lain adalah Arka menelponnya.

"Arsha?" Suara disebrabg kembali terdengar membuat Arsha gelagapan.

"E..iy..iya pak,"

"Are you okay, em maksud saya apa kamu baik-baik saja."

"Em, saya baik pak. Ada apa bapak menghubungi saya malam-malam begini."

"Jadi saya tidak boleh menghubungi kamu? Begitu?" Pertanyaan dari Arka membuat Arsha mati kutu. Bukannya tidak boleh hanya saja ia canggung kalau harus berbicara kepada lelaki tersebut meskipun lewat ponsel.

"Bu..bukan begitu pak maksud saya, hanya saja ini kan sudah malam. Apa bapak tidak istirahat," pertanyaan dari Arsha membuat Arka yang berada disebrang sana tersenyum kecil. Ia yakin pasti gadis itu sedang gugup sekarang.

"Jadi, kamu menghawatirkan saya?"

Aish kenapa pria itu malah menggodanya sih.

"Bukan itu maksud saya pak, bapak membutuhkan sesuatu? " Arsha memilih jalan aman, dengan mengalihkan pembicaraan. Karena

kalau dibahas akan membuatnya salah tingkah sendiri.

"Tidak, hanya ingin menghubungi kamu saja. Saya juga ingin memberitahu bahwa Minggu depan saya akan pulang," Entah mengapa Arsha merasa ia bukan seseorang yang wajib pria itu hubungi hanya untuk memberi tahu kepulangannya.

"Baik pak, apa bapak menginginkan sesuatu saat bapak kembali nanti?"

"Saya ingin kamu menyambut saya."

******

Malam semakin larut, tapi itu tidak membuat Arsha merasakan ngantuk. Padahal badannya sudah sangat lelah, ia bahkan sudah menguap berulang kali, tapi kantuk belum juga mengunjungi, membuat ia menghela nafas dalam lalu membuangnya dengan kasar.

Ia menatap langit langit kamarnya dengan perasaan gamang, Arsha bingung dengan semua yang terjadi di kehidupannya.

'Apa maksud perkataan Arka tadi', itu yang disuarakan oleh pikiran dan hatinya. Apa Arka sedang bermimpi saat mengatakannya.

Huh

Memilih mencoba memejamkan mata walaupun belum ngantuk, sepertinya itu pilihan yang baik untuk saat ini.

Tak lama dengkuran halus terdengar dari gadis itu. Menandakan alam mimpi telah menjemputnya.

Pukul empat subuh Arsha terbangun, ia mengerjapkan mata untuk menyesuaikan retinanya dengan cahaya dikamar.

Setelahnya Arsha bangkit menuju kamar mandi yang berada diujung dapur, karena hanya kamar utama dan kamar tamu saja yang memiliki kamar mandi didalamnya.

Arsha menuju belakang pintu untuk mengambil handuk, ia berniat mandi pagi ini, sambil menunggu sholat subuh.

Setelah mandi dan sholat subuh ia mengambil Al-Qur'an yang berada di atas lemari dekat tempat tidur. Lemari dikamar Arsha ini tidak tinggi hanya sebatas bahu, jadi memudahkannya untuk menaruh barang-barangnya disana.

Selepas menunaikan sholat subuh, Arsha membaca Al-Qur'an mulai dari Al-fatihah dilanjutkan dengan membaca surat an-nisa untuk melanjutkan tadarusnya yang kemarin.

Selesai dengan ibadah paginya, Arsha melanjutkan pekerjaannya menyiapkan sarapan pagi untuk dia dan pak Yudi mengingat sang tuan rumah belum pulang.

Saat memasuki dapur ia melihat pak Yudi sedang menyeduh segelas kopi."pagi pak," sapa Arsha sambil tersenyum saat melewati pria tua itu.

"Pagi neng Arsha, sarapan apa pagi ini neng," tanya pak Yudi basa-basi.

"Pak Yudi mau apa?"

"Kalau bapak mah, terserah neng Arsha aja, kan neng Arsha yang masak."

"Yaudah saya buatin nasi goreng udang ya pak."

"Wah, enak tu neng buat yang banyak kalau bisa."

"Siap pak Yud," ujar Arsha sambil menunjukkan jempolnya tanda ia setuju.

Dengan cekatan ia menyiapkan segala bahan yang diperlukan, lalu mencuci udang, daun bawang dan daun seledri. Setelah mencuci dilanjutkan dengan mengiris bahan-bahan tersebut.

Dengan lihainya ia memainkan spatula diatas wajan menimbulkan suara gesekan kedua benda itu, harum masakan yang ia masak sudah tercium di hidung mungilnya menandakan masakan tersebut siap dihidangkan.

Arsha menyiapkan dua piring nasi goreng yang telah ia masak diatas meja, selepas itu ia memanggil pak Yudi untuk bergabung dimeja makan.

"Hm, dari wanginya udah buat liur bapak netes neng, gimana rasanya, pasti buat bapak kenyang," kelakar pak Yudi memuji masakan Arsha yang memang tidak pernah mengecewakan Indra perasa pria tua itu.

"Ih, bapak mujinya berlebihan, masakan Arsha belum ada apa-apanya kali sama masakan istri bapak dirumah," ujar Arsha merendah.

"Kamu nggak percayaan orangnya Sha. Nih, bapak kasi tau, kalau kamu buka rumah makan, em pasti laku keras." Ucap pak Yudi sambil menerima piring yang udah Arsha isi dengan nasi goreng.

"Iya deh pak, kalau Arsha udah punya uang Arsha bakal buka bisnis rumah makan," ucap Arsha yang mendapat 'amin' dari pak Yudi.

Setelah itu mereka makan dengan diiringi candaan yang Arsha buat.

Tok tok tok

Ketukan dipintu membuat pak Yudi dan Arsha saling pandang, pasalnya siapa yang bertamu pagi-pagi seperti ini.

"Biar Arsha aja yang buka, pak Yudi lanjutin aja makannya,'' ucap Arsha, yang diangguki oleh pak Yudi.

Saat sampai didepan pintu Arsha langsung membukanya, menampakkan seseorang yang berdiri dengan senyum cerah yang langsung luntur saat mendapati Arsha yang membuka, bukan sang pemilik rumah.

********