webnovel

Mengejar bahagia (completed)

Arsha gadis desa yang mengadu nasib ke Kota. meninggalkan sang adik bersama neneknya untuk menuju masa depan yang lebih baik. Arka, pilot ganteng yang selalu di kejar oleh cinta masa lalu. Bagaimana mereka bertemu? yang penasaran silahkan baca dan tambahkan ke perpustakaan kalian ya.

kaima · 历史言情
分數不夠
31 Chs

16

Arsha sedang membereskan bekas peralatan masak. Hari ini rasanya badan Arsha lemas sekali, mungkin karna jatah bulanannya tengah datang bertamu. Membuat Arsha tidak nyaman.

"Neng Arsha kenapa? mukanya pucat, neng sakit?''

Arsha menoleh kesamping dimana pak Yudi tengah memandangi wajahnya dengan raut khawatir yang sangat kentara, membuat Arsha meringis melihatnya.

"Arsha nggak papa kok pak?"

"Tapi mukanya pucet banget loh, mending neng Arsha istirahat aja dikamar. Jangan maksain diri kaya gini."

"Pak Yudi nggak usah khawatir, Arsha udah biasa kaya gini. Paling juga entar sakitnya hilang," ujar Arsha menenangkan.

"Apa perlu bapak panggilin dokter?"

"Nggak usah pak. Ini cuma sakit karna ada tamu bulanan pak."

Pak Yudi mengerutkan dahinya bingung. Pasalnya ia tidak ngerti dengan penyakit gadis dihadapannya.

"Udah, pak Yudi nggak usah khawatir. Arsha cuma butuh air hangat aja kok."

Pak Yudi memilih mengangguk kepalanya. Dapat ia lihat ringisan yang keluar dari bibir pucat milik Arsha.

"Neng Arsha istirahat aja dikamar, biar bapak yang nyiapin air hangat untuk neng Arsha."

Arsha mengalah, ia tersenyum sebagai ucapan terimakasih. Sakit yang berusaha ia tahan, kini semakin menjadi membuat badannya lemah karna menahan rasa sakit yang mendera.

Dengan menahan ringisan, ia beranjak menuju kamar untuk membaringkan tubuhnya disana.

Suara ketukan pintu diiringi pak Yudi yang melangkah menuju sisi ranjang untuk meletakkan air hangat yang Arsha minta, membuat gadis itu bangkit dari pembaringannya.

"Taruh meja aja pak, makasih ya udah mau direpotin sama Arsha," ujar gadis itu lemah.

"Sama-sama neng. Bapak malah nggak merasa direpotin, soal nya neng Arsha udah bapak anggap anak."

"Emang neng Arsha sering sakit kayak gini ya?" Tanya pria paruh baya itu kala melihat mata sayu dan ringisan yang sedari tadi yang Arsha keluarkan dari mulutnya.

"Iya pak, Arsha tiduran lagi nggak papakan pak?" Tanya gadis itu saat meletakkan gelas air hangat yang sudah ia minum isinya.

"Eh, iya tiduran aja biar sakitnya berkurang. Kalau gitu bapak keluar dulu ya, kamu istirahat aja dikamar biar cepat sembuh."

Anggukan lemah dari Arsha membuat pria paruh baya itu, keluar dari kamar menuju halaman depan untuk melanjutkan tugasnya.

Sedangkan Arsha memilih untuk memejamkan matanya, sesekali ringisan keluar dari bibir pucat miliknya.

*******

Arsha terbangun dari tidurnya saat matahari sudah meninggalkan langit menyisakan bulan yang akan melanjutkan tugasnya untuk menerangi bumi.

Ia merasakan ranjang yang ia tiduri basah. Membuat ia dengan cepat bangkit dari sana, dilihatnya seprei yang tadi ia tiduri sudah terdapat bercak darah.

Arsha dengan cepat menuju kamar mandi yang berada diluar kamar tepatnya didapur sebelah kiri.

"Baju kamu kenapa Arsha?" Pertanyaan itu membuat Arsha yang tengah menutup pintu langsung membalikkan badannya.

Arsha melotot, didepannya Arka tengah berdiri sambil memandanginya dari bawah hingga atas dengan alis yang terangkat.

"Kamu kenapa?" Pertanyaan yang kembali Arka lontarkan, menyadarkan Arsha dari keterkejutannya  dan dengan cepat gadis itu berlari kekamar mandi. Meninggalkan Arka dengan kebingungan yang terpantau jelas diraut datar miliknya.

Saat sampai dikamar mandi Arsha dengan cepat menutup pintu hingga bunyi berbunyi dentuman. Ia menyandarkan dirinya dibelakang pintu sambil mengusap dadanya.

Arsha menghela nafas lega, ia segera membersihkan dirinya.

Arsha melewati Arka yang tengah berdiri didepan kulkas begitu saja. Tanpa memperdulikan sopan santun antara bawahan dan atasan, Arsha mengabaikan kehadiran pria itu disana. Gadis dengan rambut basah itu masuk kedalam kamar disusul suara pintu yang ditutup dengan sedikit keras membuat Arka menegakkan tubuhnya.

Didalam kamar Arsha langsung mendudukkan tubuhnya ditepi ranjang, ia mengusap kasar wajahnya. Arsha sangat malu jika harus bertemu dengan Arka.

Arsha sangat malu harus bertatap muka atau satu ruangan dengan pria itu. Tapi tidak mungkin juga kalau Arsha menghindar, ia kerja dengan pria itu. Otomatis ia akan bertatap muka dengannya.

Ia bangkit dari duduknya, melepas seprei dan sarung bantal untuk dicuci. Setelah selesai, ia membuka gorden. Sinar matahari langsung masuk melalui jendela membuat kamar itu lebih hidup.

Arsha membuka pintu kamar, melihat kearah dapur. Memastikan apakah Arka masih disana, setelah memastikan Arka tidak ada disana. Ia beranjak keluar menuju mesin cuci untuk mencuci seprei  dan sarung bantal yang ia bawa.

Arsha beranjak dari mesin cuci ke kulkas, mencari bahan yang akan ia olah untuk sarapan.

"Nggak usah bikin sarapan Arsha. Saya udah beli didepan."

Arsha menoleh kebelakang, ia melihat Arka yang menenteng plastik yang berisi sterofom. Ia menunduk saat Arka menatap tepat dimata nya.

"Kata pak Yudi kamu lagi sakit, kenapa malah nyuci?" Lanjut Arka saat melihat mesin itu berputar.

"Eh, itu pak. Saya udah sembuh kok."

"Oh, kalau gitu ambil piring dua. Saya tunggu dimeja makan," ucap Arka lalu berlalu dari sana.

******

Batam, 5 Oktober 2019.