webnovel

Mengejar bahagia (completed)

Arsha gadis desa yang mengadu nasib ke Kota. meninggalkan sang adik bersama neneknya untuk menuju masa depan yang lebih baik. Arka, pilot ganteng yang selalu di kejar oleh cinta masa lalu. Bagaimana mereka bertemu? yang penasaran silahkan baca dan tambahkan ke perpustakaan kalian ya.

kaima · 历史言情
分數不夠
31 Chs

12

Dan satu bulan lagi kami akan menikah, jadi jangan pernah datang lagi kesini lagi."

Arsha masih mematung ditempatnya. Arka mengalihkan pandangannya dari Arnia kearah Arsha. Dari tempatnya berdiri ia bisa melihat tatapan tidak percaya yang Arsha tunjukkan untuknya.

"Kamu pikir aku percaya!" Ujar Arnia tak percaya.

"Aku nggak peduli kamu mau percaya atau enggak, itu urusan kamu sama perasaan kamu. Hubungan kita udah  lama berakhir sejak kamu memutuskan memilih dia dan meninggalkan aku," balas Arka menekankan kata 'dia' agar Arnia tau bahwa mereka sudah lama mengakhiri hubungan mereka.

"Aku tau aku salah Arka, aku minta maaf sama kamu," ucap Arnia sambil menangkupkan tangannya didepan dada.

"Kalau seandainya maaf bisa mengobati rasa sakit, aku udah maafin kamu dari dulu. Tapi sayangnya maaf mu tak dapat mengobati sakit ku bahkan hanya untuk sekedar menghilangkan luka."

Setelah mengucapkan itu, Arka berlalu dari hadapan wanita dari masa lalunya. Ia berhenti tepat didepan wajah Arsha, tidak ada yang membuka suara, hanya mata mereka yang berbicara.

Arsha ingin menuntut penjelasan dari perkataan Arka barusan, tapi melihat tatapan penuh luka yang Arka perlihatkan. Membuat Arsha sedikit merasa iba kepada pria itu.

Arka berjalan mendekati Arsha, ia memajukan sedikit wajahnya dan berhenti disamping telinga Arsha, "saya benar-benar akan menikahi kamu Arsha. Saya sudah mengetahui masa lalu kamu dan saya menerimanya," bisik Arka, setelahnya ia menjauh dari sana menuju kamarnya dilantai atas, Meninggalkan Arsha yang mematung.

Bagai mana pak Arka bisa tau masa lalunya, apa ia hanya mengada-ngada?

Arsha memandang kosong pintu depan, tempat ia melihat Arka dan Arnia yang ternyata wanita masa lalu Arka, berdiri tadi.

*******

Setelah perkataan Arka tadi pagi, kini disinilah Arsha duduk di bangku taman belakang rumah Arka.

"Apa yang kamu pikirkan, hm?"

Arsha tersentak kaget, ia mengelus dadanya sambil menoleh kesamping.

"Kamu kaget ya, sorry aku nggak maksud buat ngagetin kamu," ucap Arka saat melihat raut terkejut dari wajah Arsha.

Masih tak ada jawaban dari Arsha membuat Arka menoleh kearahnya.

"Aku tau kamu pasti bingung dengan ucapan aku tadi pagi," ucap Arka.

Arsha menoleh kesamping memandangi wajah Arka, apa ia salah dengar tadi?, Arka memakai 'aku' tidak lagi 'saya'. Apa Arka sudah lupa bahwa status mereka hanya atasan dan bawahan. Jadi menurutnya kata 'aku' lebih cocok digunakan untuk dua orang yang saling akrab.

Arsha menghela nafas pelan.

"Saya nggak ngerti maksud perkataan bapak tadi," akunya jujur.

"Apa bapak nggak mikir dampak dari perkataan bapak tadi, bapak nggak mikirin perasaan saya? Perasaan wanita tadi? Bapak nggak mikir kalau omongan bapak bisa jadi bumerang buat saya, buat bapak atau buat siapapun. Dan bapak juga udah sangat lancang dengan mencari tau kehidupan saya. Kalau bapak mau bersandiwara saya bukan pemain yang hebat untuk diajak kerja sama. Jangan mentang-mentang saya bekerja disini saya diperlakukan semau bapak. Dan apa tadi bapak bilang, satu bulan lagi kita akan menikah? Satu bulan bukan waktu yang panjang, itu hanya tentang Minggu yang harus dijalani pak," ucap Arsha panjang lebar

Entah mengapa ia ingin mengungkapkan semuanya, ia kesal dengan pria disampingnya ini. Ia tau Arka hanya asal ceplos saja tadi, Tampa memikirkan akibatnya bat dari perkataannya.

Arka mengakui bahwa ia bersalah disini, gadis itu pantas untuk marah.

Ia menerima apapun yang Arsha ungkapkan untuknya, ia bingung ingin membalas omongan Arsha.

"Aku minta maaf Arsha, aku tau kamu nggak terima dengan ucapan aku tadi. Tapi kamu juga harus tau kalau aku benar-benar ingin menikahi kamu meskipun wanita tadi tidak datang kesini."

"Bapak pikir menikah itu gampang?" Arsha benar-benar tidak habis pikir dengan jalan pikiran Arka. Apa semua laki-laki itu sama. Hanya mengatakan apa yang pikiran mereka suarakan tanpa tau bahwa perkataan mereka menyakiti orang lain.

"Jadi aku harus bagaimana Arsha."

"Saya tidak tau itu urusan bapak," balas Arka lalu berdiri, Tanpa melihat kearah Arka lagi, Arsha berjalan menuju pintu samping untuk menuju kedalam.

Arka menatap kepergian Arsha dengan sendu. Sungguh ia tak menyangka reaksi gadis itu akan seperti ini.

Arka termenung menatapi tanaman yang ada di taman belakang rumahnya. Ia harus mencari cara agar Arsha dapat memaafkannya.

Pusing dengan pikirannya sendiri Arka memutuskan masuk kedalam. Lebih baik ia mandi untuk menjernihkan pikirannya.

Saat ia sampai didalam ia tak melihat tanda-tanda kehadiran Arsha, membuat ia menghela nafas berat. Sepertinya ini akan sulit dari perkiraannya.

Arka memutuskan untuk mengecek kehalaman depan, namun saat ia sampai disana, mata tajamnya tak menemukan apa yang ia cari.

Dengan berat hati Arka melangkahkan kakinya kekamar.

Mungkin saat pikiran  dan Arsha sudah tenang ia bisa membicarakannya kembali, pikir Arka.

******

Arka keluar kamar saat jam sudah menunjukkan pukul delapan.

Ia melangkahkan kakinya kemeja makan guna mengisi perutnya yang sudah mulai berbunyi minta diisi.

Saat ia sampai kemeja makan, ia mendapati meja makan sudah penuh dengan berbagai makanan, lalu ia menoleh kearah dapur menunggu seseorang yang memasak makanan itu keluar dari sana.

Hingga menit ke dua puluh, Arsha belum juga keluar dari dapur, membuat Arka menghela nafas.

Sepertinya gadis itu menghindarinya, dengan berat hati Arka mengisi piringnya dengan masakan yang sudah Arsha taruh diatas meja.

Dalam sepi ia menikmati masakan yang Arsha buat. Tak perlu diragukan lagi, Arsha sangat juara dalam meracik menu-menu makanan,

membuat Arka yang memakannya puas dan kenyang.

Colek

Suara pintu yang dibuka, membuat Arka manglihkan pandangannya kearah kamar Arsha yang berada disebelah dapur.

Saat Arsha membalik badannya, tak sengaja mereka bertemu. Arka mengunci pandangan mereka membuat Arsha tak dapat mengalihkan pandangannya dari retina tajam pria itu.

***********

Batam, 14 September 2019