Arsha, kalau saya bilang, 'saya suka kamu', percaya nggak?" Pertanyaan itu terus terngiang dikepala Arsha.
Sejak Arka menanyakan atau bisa dibilang menyatakan perasaannya, Arsha memilih untuk menjaga jarak dengan lelaki itu.
Ia cukup tau diri, bahwa ia tidak cocok menjadi pasangan apapun untuk laki-laki itu. Bukannya Arsha munafik, dengan mengatakan kalau ia tidak merasa tertarik dengan Arka. Semua orang pasti tidak akan menolak jika disodorkan lelaki tampan nan gagah seperti Arka. Dengan menampilkan wajah dingin saja pria itu sudah sangat tampan apa lagi jika ia tersenyum.
Saat Arsha ingin memasuki pintu dapur, ia segera berbalik badan ingin pergi dari sana saat ia melihat penampakan sosok Arka yang sedang berdiri didepan kulkas.
Tak ingin bertatap muka dengannya, Arsha memilih untuk menjauhi area dapur, belum sempat niatnya terlaksana, Arka sudah lebih dulu mencegatnya.
"Jangan menghindari saya Arsha."
Arsha menoleh kebelakang melihat wajah Arka yang ternyata sudah berdiri tepat dibelakang tubuhnya.
"Sa...saya lagi tidak menghindar dari siapapun pak."
"Tapi sikap kamu sudah membuktikan kalau kamu lagi menjaga jarak dari saya."
"Em," Arsha menggaruk belakang telinga menyalurkan rasa gugupnya, sebab Arka memandanginya dengan tajam.
"Bapak sedang apa disini?" Ucap Arsha mengalihkan pembicaraan.
"Saya lapar," baiklah, Arka akan mengikuti alur yang gadis itu buat.
"Sepertinya tadi bapak makan banyak," ujar Arsha memandangi perut datar Arka.
Arka mengikuti arah pandang Arsha.
"Apa kamu pikir perut saya akan membuncit jika saya makan dengan porsi banyak."
"Hah, maaf pak, saya tidak ber..."
"Atau kamu mau lihat bentuk badan saya."
"Eh, bukan pak," jawab Arsha cepat.
Arka yang melihat kepanikan, serta wajah Arsha yang memerah pun terkekeh.
"Kamu lucu kalau panik."
Arsha mengalihkan pandangannya, demi apapun Arka terlihat berkali-kali lebih tampan saat ia tertawa seperti itu. Dan Arsha tidak kuat untuk melihatnya terlalu lama, karna itu sungguh tidak baik untuk kesehatan jantungnya.
"Em, bapak masih lapar, mau saya buatkan mie kuah campur telur setengah mateng," tawar Arsha.
"Mau, kalau kamu tidak keberatan."
"Yaudah saya buatin dulu pak."
"Kalau gitu, saya nunggu di meja makan ya."
Arsha dengan cekatan membuat makan yang sebenarnya itu merupakan makanan kesukaannya. Sederhana memang tapi kalau mengenyangkan itu sudah lebih dari sederhana menurut Arsha.
Tak lama, Arsha selesai dengan masakannya. Ia membawa mie dengan kepulan asap yang masih terlihat menandakan bahwa mie itu baru matang. Tak lupa ia tambahkan suiran ayam sebagai pelengkap.
Ia menaruh mangkuk tersebut didepan Arka yang tengah fokus menatap ponsel ditangannya dengan kening berkerut.
"Hm," Arsha berdehem, membuat Arka mengangkat wajahnya dari ponsel kearah mangkuk yang Arsha bawa.
"Hum, kayaknya enak, boleh langsung saya makan?"
"Silahkan pak, kalau gitu saya kebelakang ya pak."
Arka yang mendengar itu, langsung mencekal tangan Arsha. "Sini aja, temenin saya."
"Tapi.."
"Kenapa."
"Nggak papa pak," jawab Arsha cepat.
Keduanya pun bungkam, Arka yang sangat menikmati makanannya. Dan Arsha yang menikmati wajah Arka yang terlihat manis saat berkeringat.
"Enak," ucap Arka tiba-tiba membuat Arsha langsung mengalihkan pandangannya. Takut ketahuan menikmati wajah pria disampingnya itu.
"Lain kali buatin saya kayak gini lagi ya," pinta Arka.
"Baik pak."
"Kamu udah ngantuk ya?"
Tanya Arka melihat wajah lelah gadis disampingnya, nampak sekali guratan kelelahan yang terpancar dari wajah itu.
"Tidak terlalu pak."
"Kalau gitu saya mau cuci piringnya dulu pak," lanjut Arsha.
"Besok aja."
"Em."
"Ck, besok aja kamu nyucinya. Sekarang udah malam, jadi kamu tidur aja saya tau kamu capek," ucap Arka panjang lebar.
"Dan saya nggak suka dibantah," lanjutnya lagi.
"Iya pak," balas Arsha pelan.
Setelah Arka berlalu dari sana, Arsha pun mengikutinya dari belakang untuk menuju ke kamarnya yang ada disebelah dapur itu.
"Good night," ujar Arka tiba-tiba sambil menatap wajah Arsha yang sudah siap masuk kedalam kamar, tapi ia urungkan saat mendengar ucapan selamat malam dari majikannya itu.
"G..good night," balas Arsha yang langsung menutup pintu kamarnya karna gugup, sungguh demi apapun ia sangat malu saat ini.
**********
"Pagi neng Arsha, makin hari neng Arsha makin cantik aja bapak liat," sapa pak Yudi, saat ia memasuki dapur dan mendapati Arsha yang tengah sibuk meracik bumbu masakan.
"Eh, pak Yud. Pagi juga, mau Arsha bikinin kopi," tawar Arsha yang dibalas anggukan dari satpam tersebut.
"Iyaudah, bapak tunggu didepan aja. Nanti Arsha anter kesana."
"Siap neng," balas pak Yudi semangat.
Arsha yang melihatnya jadi terkekeh sendiri.
Setelah pak Yudi berlalu dari dapur, Arsha kembali melanjutkan pekerjaannya yang tadi terhenti saat kedatangan pak Yudi.
Saat sedang menuangkan minyak kedalam wajan, ia mendengar pintu utama rumah itu diketuk membuat ia menaruh kembali wadah minyak goreng ke tempat semula.
Dengan tergesa-gesa Arsha menuju pintu utama, namun langkahnya terhenti saat ia mendapati Arka yang berdiri disana sambil berbicara dengan seseorang yang berdiri didepannya.
Dari nada suaranya, Arsha dapat menebak bahwa Arka sedang marah dengan lawan bicaranya.
Tak ingin mengetahui urusan pria itu, Arsha memilih berbalik namun suara Arka menahan langkahnya.
"Kamu lihat gadis itu dia yang sebentar lagi akan menjadi istriku," ucap Arka sambil melihat kearah Arsha diikuti oleh wanita disampingnya.
Ucapan Arka sukses membuat Arsha membatu ditempatnya.
Apa maksudnya tadi, tolong jelaskan pada Arsha.
"Dan satu bulan lagi kami akan menikah, jadi jangan pernah datang lagi kesini lagi."
**********