1. SEDIKIT WAKTU
Kesunyian sesaat menggantung di antara Arif dan Bik Atun. Wajah perempuan tua itu kian pucat. Tak ada lagi tetesan air mata yang mengalir membasahi pipi. Semua beban yang selama ini menghimpit bahunya terasa lepas perlahan-lahan.
Di depannya Arif tidak tahu harus bersikap bagaimana. Semua yang disampaikan Bik Atun membuat urat syaraf di kepalanya menegang. Baru sesaat yang lalu dia merasa mendapat kebenaran atas dirinya, tapi dalam sekejap, rasa senang di hatinya memudar dalam sekejap. Martinah, tidak pantas menjadi ibuku, bisik hati kecilnya marah.
Deru udara yang keluar masuk dari rongga hidung lelaki itu seolah bagai banteng yang mengamuk. Arif memukul kursi yang ia duduki. Tinjunya menghunjam dinding rumah dengan kuat.
在webnovel.com支援您喜歡的作者與譯者