Gentar merasa bingung, Kyai Jalaluddin sudah tewas. Lantas, ke mana lagi ia harus mencari tahu tentang keberadaan orang tuanya? Sehingga, Gentar pun tampak gusar dan bersedih.
"Aku akan membalaskan dendam terhadap orang yang sudah membinasakan Kyai Jalaluddin," desis Gentar penuh amarah. Kedua telapak tangannya mengepal kuat, giginya pun menggeretak menahan amarah dalam jiwa dan pikirannya.
Tidak terasa waktu sudah semakin malam. Gentar pun akhirnya singgah barang sebentar di sebuah Masjid yang ada di pinggiran kota tersebut, karena dirinya belum melaksanakan Salat Isya.
"Assalamualaikum," ucap Gentar mengarah kepada salah seorang pria yang tengah membersihkan Masjid tersebut.
"Waalikum salam," jawab pria itu dengan sikap ramahnya.
"Mohon maaf, Saudaraku. Izinkan aku untuk melaksanakan ibadah di Masjid ini," ujar Gentar dengan sikap rendahnya.
在webnovel.com支援您喜歡的作者與譯者