webnovel

Gentar Almaliki

作者: Gumilar79
奇幻
已完結 · 322.8K 流覽
  • 60 章
    內容
  • 5.0
    38 評分
  • NO.200+
    鼎力相助
摘要

Gentar merupakan seorang pemuda yatim piatu, berkelana ke pulau Juku untuk menuntut ilmu agama dan belajar ilmu bela diri. Hal tersebut, semata-mata untuk menghindari orang-orang yang selama ini selalu menghina dan meremehkannya. Akan tetapi, Gentar tidak mempunyai dendam terhadap mereka. Ia bertolak dari pulau Kaliwana menyebrangi lautan menuju ke pulau Juku atas petunjuk dari seorang pengurus Masjid yang berada di desa tempat tinggalnya, dan juga sudah menjadi tekad yang kuat dalam dirinya untuk mengasingkan diri dari keramaian. Hingga pada akhirnya, Gentar tiba di sebuah hutan yang ada di pulau Juku, dan di tempat tersebut ia bertemu dengan seorang pria berusia senja yakni–Ki Ageng Raksanagara yang sudah berdiam diri dan menyepi di bawah kaki gunung Kalingking selama bertahun-tahun lamanya. Kemudian, Gentar pun mengajukan diri kepada Ki Ageng Raksanagara untuk menjadi muridnya. Dengan senang hati, Ki Ageng menerima Gentar sebagai muridnya. Banyak hal yang Gentar dapatkan selama tinggal bersama Ki Ageng, Gentar tumbuh menjadi seorang pemuda berakhlak baik dan bijaksana, serta mempunyai kesaktian tinggi dalam ilmu kanuragan.

標籤
3 標籤
Chapter 1Sebuah Perjuangan

Di waktu hujan seperti itu, mungkin orang akan merasa segan untuk melakukan perjalanan tanpa menggunakan pelindung diri agar tidak mengalami kebasahan. Bahkan, mereka akan takut jika dalam hujan tersebut, tercipta banyaknya sambaran petir.

Namun, hal itu tidak berlaku untuk seorang pemuda dengan paras wajah kusam dan berpakaian penuh sobekan yang tampak bolong-bolong di beberapa titik baju yang melekat di tubuhnya.

Pemuda itu berjalan dengan jatuh bangun setengah merangkak. Namun, ia paksakan diri menempuh perjalanan tersebut, meskipun malam itu hujan teramat lebat dengan disertai petir yang tak henti-hentinya.

"Aku harus segera tiba," desis pemuda itu, terus memaksakan diri walaupun sudah mulai kehabisan tenaga.

Tampak kondisi tubuhnya sangat letih serta wajahnya yang kusam tampak pucat menggigil kedinginan. Sudah dapat diduga bahwa pemuda itu telah melakukan perjalanan cukup jauh.

"Ya, Allah! Berikan kekuatan untukku," ucap pemuda itu menahan rasa dingin dan rasa lelah yang sudah mendera.

Tatap dua bola matanya terus terarah ke depan jalan yang tampak sunyi dan gelap tak berujung. Terdengar ia menghela napas panjang, lalu meraih botol air yang ia bawa dalam saku tas berukuran sedang itu.

Pemuda itu tampak haus bukan main, akan tetapi air di dalam botol tersebut tidak dapat meredakan rasa hausnya. Lalu, pemuda itu membuka mulut lebar-lebar dan menengadahkan wajah untuk mendapatkan air yang cukup dari hujan yang mengguyur deras itu.

Setelah hilang rasa hausnya, ia pun kembali melanjutkan perjalanan menuju ke arah yang dirinya sendiri tidak tahu arah manakah yang sedang ia tuju. Bagaikan seorang narapidana yang sudah divonis hukuman mati yang hanya menunggu saat yang tepat untuk dilaksanakannya hukuman tersebut.

Berjalan tertatih-tatih, wajahnya memancarkan kedukaan, tampak jelas di paras wajahnya itu. Lalu, ia terjatuh dan mengakibatkan dengkulnya terluka dan mengeluarkan sedikit darah segar, pemuda itu meringis merasakan pedih akibat luka yang ia dapatkan kala itu.

Dalam kesengsaraannya, mulutnya tak pernah berhenti mengucapkan takbir, "Allahu Akbar! Allahu Akbar...!"

Lantas, ia pun kembali bangkit memanfaatkan tenaga yang masih tersisa dan mengabaikan luka di dengkulnya. Seketika, hujan pun mulai mereda dan petir pun sudah tidak terdengar lagi.

Baru beberapa langkah saja, pemuda itu melihat penampakkan sebuah desa kecil di ujung padang rumput perbukitan yang sedang ia lalui itu.

Lantas ia mengerutkan kening dan berkata dalam hati, "Alhamdulillah, aku sudah hampir tiba di sebuah desa."

Melihat pemandangan seperti itu, menjadikan dirinya bersemangat dalam melanjutkan perjalanan.

"Ya, Allah! Semoga aku segera tiba di desa itu, agar aku bisa segera menjalankan kewajibanku sebagai hamba-Mu."

Lalu, ia mengerahkan tenaga untuk terus berjalan, meskipun tubuhnya sudah terasa lelah dan sudah tak kuasa lagi untuk melangkahkan kakinya. Akan tetapi pemuda itu tak lantas menyerah dengan keadaannya.

Beberapa saat kemudian, ia pun tiba di ujung desa yang hendak memasuki pemukiman penduduk.

"Ya, Allah! Siapakah mereka?" Pemuda itu bertanya-tanya sendiri setelah melihat sekelompok orang yang keluar dari sebuah kebun pisang berjalan hendak menghampirinya.

Seketika pemuda itu merasa cemas akan kedatangan orang-orang tersebut. Namun, keanehan pun muncul. Dalam sekejap mata, orang-orang tersebut hilang dari pandangan matanya, dan di tempat itu pun tak terlihat lagi pemukiman penduduk yang sebelumnya ia lihat ada banyak rumah di tempat tersebut.

Pemuda itu baru sadar, ternyata ia sudah berada di sebuah hutan yang rimbun dengan pepohonan. Tidak terlihat lagi rumah-rumah penduduk, yang ada hanya belantara hutan yang ditumbuhi banyak pepohonan.

Walaupun demikian, sinar rembulan masih mampu menerobos dedaunan lebat dari pohon-pohon yang tumbuh di dalam hutan tersebut.

"Aku rasa, mereka tadi adalah jin. Semoga mereka tidak menggangguku," bisiknya mengusap wajah dengan telapak tangan kosong.

Di hutan yang sepi dan sunyi seperti itu, manusia biasa tidak mungkin berani berlama-lama, karena tempat itu merupakan sebuah hutan yang sangat menyeramkan.

Dengan keadaan seperti itu, pemuda tersebut jadi putus asa karena ia berpikir sudah tidak ada harapan lagi untuknya.

Tiba-tiba, terdengar suara gonggongan anjing hutan menggema dan membuat si pemuda itu sedikit waspada akan hal buruk yang akan menimpanya. Ia berpikir buntu, setelah mendengar anjing menggonggong di hutan itu.

"Semoga aku bisa selamat hingga esok hari. Ya, Allah! Aku mohon ampun, malam ini aku tidak dapat melaksanakan kewajibanku dalam kondisi seperti ini," ucap pemuda itu dengan raut wajah semakin pucat dan mulai berkeringat meski keadaannya basah kuyup akibat guyuran hujan beberapa waktu lalu.

Pada saat itu, pikirannya mulai kacau, hatinya pun menjerit meratapi kemalangan yang ia alami. Kondisinya sangat mengkhawatirkan, ia terduduk lemah di antara kesunyian hutan.

Pemuda itu merupakan seorang musafir namanya Gentar, ia datang dari sebrang lautan untuk mencari seorang guru yang linuwih yang bisa mengajarkannya ilmu kanuragan dan juga ilmu keagamaan.

***

Flashback ...

Gentar merupakan seorang pemuda yang sudah yatim piatu, ibunya sudah meninggal semenjak ia berusia delapan tahun akibat terkena wabah penyakit yang melanda negrinya pada masa itu. Ayahnya merupakan seorang Demang, akan tetapi tidak diketahui keberadaannya setelah peristiwa perang melanda negri tempat tinggalnya. Ayahnya pergi meninggalkan dirinya dan ibunya kala itu, hingga tidak diketahui rimbanya.

Setelah kedua orang tuanya tidak ada di sisinya lagi, Gentar dirawat oleh seorang abdi dalem kerajaan, akan tetapi ayah angkatnya pun meninggal karena mendapatkan hukuman mati dari raja, karena sudah melakukan persekongkolan dengan para petinggi istana lainnya untuk melakukan pemberontakan terhadap raja.

Tinggallah Gentar hidup dalam kesendirian, dalam kesehariannya ia hanya berjualan kayu bakar di sebuah pasar yang tak jauh dari tempat tinggalnya, untuk sekedar menyambung nasib dan mencari nafkah demi sesuap nasi.

Pada suatu hari, Gentar dicemooh banyak orang. Tetangga, kawan-kawan sejawatnya, dan seluruh penduduk yang biasa berjualan di pasar. Mereka tampak jijik melihat Gentar, dan terus melakukan tindakan tidak terpuji terhadap Gentar si pemuda malang itu.

"Anak haram tak layak kau berada di tempat ini!" kata seorang pria muda sejawat dengannya, tampak jumawa dan bersikap kasar terhadap Gentar.

Gentar tertunduk dan tidak mengindahkan ucapan pemuda itu, ia tetap sabar dan ikhlas. Bukannya tidak ada keberanian dalam dirinya saat itu. Akan tetapi, ia lebih memilih diam karena jika dirinya melawan sudah barang tentu hal tersebut tidak mengandung faedah baginya.

Lalu, ia bangkit berusaha untuk menghindari pemuda itu. Namun, baru beberapa langkah saja, tomat busuk hinggap di kepalanya yang dilempar keras oleh pemuda tersebut.

"Astaghfirullahal'adzim," ucap Gentar menyeka keningnya yang sudah berlumuran oleh tomat busuk yang dilontarkan pemuda tersebut.

Menolehlah ia ke arah pemuda itu. Lantas berkata, "Pahamilah wahai sahabatku! Hinaanmu tidak akan mengusikku. Akan tetapi, jika itu sudah terhitung sebuah dosa. Maka perbuatanmu akan menjadi sebuah malapetaka untukmu sendiri!" ucapnya sembari melanjutkan langkah menjauh dari tempat tersebut.

Gentar bukan hanya dihina dan dicaci oleh teman-temannya saja, para tetangganya pun sangat memandang rendah dirinya. Semenjak itu, Gentar hampir tidak mempunyai keberanian untuk memandang sesamanya, ia merasa bahwa dirinya sudah diasingkan dari pergaulan oleh masyarakat di desa tempat tinggalnya.

Di desa itu, kenyamanan sudah tidak ia dapatkan lagi. Maka dari itu, ia memutuskan untuk berkelana dengan menantang maut mengarungi lautan untuk pergi ke pulau Juku, hendak mendatangi sebuah gunung yang menurut kabar di bawah gunung tersebut terdapat sebuah pondok pesantren sekaligus perguruan silat.

Ada seorang pria tua yang baik kepada Gentar, ia merupakan pengurus sebuah Masjid yang ada di desa itu. Namanya Usman, ia memberi tahu tentang alamat pondok tersebut kepada Gentar.

"Pergilah kau ke pulau Juku! Temui orang yang pandai dalam ilmu agama dan ilmu beladiri di sana!" kata Usman berkata lirih di hadapan Gentar.

"Di manakah tempat tersebut, Ki?" bertanya Gentar penuh rasa penasaran.

"Di bawah kaki gunung Kalingking, di sana ada sebuah pondok pesantren. Kau bisa mempelajari ilmu agama sekaligus belajar ilmu kanuragan!" jawab Usman menjelaskan.

Dengan demikian, Gentar pun memutuskan untuk segera berangkat mengarungi lautan, ia hanya berbekal keyakinan dan kepercayaan diri. Gentar menyebrangi lautan dengan cara ikut menumpang bersama seorang nelayan yang dermawan dan memberikannya tumpangan tanpa imbalan.

Dalam menempuh perjalanan jauh itu, Gentar mengadu nasib hendak mencari guru sakti untuk menimba ilmu agama sekaligus belajar ilmu kanuragan sesuai petunjuk dari Usman, agar dapat menjadi bekal dirinya dalam mengarungi kehidupan.

Perjalanannya itu sangatlah penting, meskipun berisiko tinggi akan jiwa dan keselamatannya. Hanya satu yang dapat menguatkan Gentar kala itu–sebuah harapan.

Cita-citanya teramat mulia, ingin mendapatkan kecerdasan dalam ilmu agama dan kelinuhungan dalam ilmu silat. Agar kelak ia dapat mengamalkannya dalam kebajikan. Dengan penuh harapan hal tersebut dapat mengangkat namanya, agar orang-orang tidak terus menghinanya dan ia bisa kembali diterima oleh masyarakat.

你也許也喜歡

Princess Yuna

Seandainya aku bisa memilih takdirku aku tak ingin hal seperti ini menimpaku. Penyesalan selalu datang belakangan. Nenek telah melakukan perjanjian pernikahan antara aku dan cucu calon suaminya bertahun silam. Saat itu ia berjanji akan menikahkan anaknya dengan anak adik calon kakekku saat ia sekarat dalam pangkuannya diantara hujan peluru dan gerimis yang berduka atas pembantaian manusia saat itu. Sayangnya setelah berpuluh tahun berlalu dalam kedua keluarga tak terlahir sepasang manusia. Saat itu kedua keluarga selalu melahirkan anak anak yang berjenis kelamin sama. Era saat ini terlahir sepasang manusia dari dua keluarga dan penantian nenek buyutku itu terbayarkan. Ia menetapkan pertunangan antara aku dan Ahi Sasongko sejak aku berusia lima tahun. Ahi seorang pemuda yang tak pernah kulihat itu seingatku adalah pemuda yang cemerlang dan memiliki kekayaan yang fantastis. Namun sayangnya ia seolah alergi terhadap pemberitaan, namanya sering muncul di media masa namun wajahnya selalu disamarkan. Kehidupanku sejak pertunangan itu menjadi terkekang, aturan ketat diberlakukan bagiku, bagaimana aku bersikap, cara pertemanan, dan yang paling menyebalkan adalah aku tak boleh akrab dengan laki laki. Ingatan itu melayang layang di pikiranku, saat kematian itu menjelang rasa sakit tak lagi menggangguku. Tubuhku menjadi kaku, tubuh yang dikaruniai Allah ini banjir darah karena luka tusukan pisau yang bertubi tubi. Aku tak mengira bila perilakuku yang menolak semua aturan yang telah kutaati sejak kecil akan berakhir dengan tutupnya usia diusia delapan belas tahun. Astagfirullah!!! setan seperti apa yang telah merasuki tubuh sahabat akrabku??? teganya ia menjebakku!. Hanya karena cintanya tak terbalaskan....ambisinya untuk menjadi nyonya Ahi Sasongko ia telah bertahun lamanya mengincarku. Sarwenda, betapa memalukannya dirimu! Seandainya Allah memberkatiku dengan kehidupan kedua aku akan berusaha yang terbaik bagi hidupku. Aku akan menjalani hidup yang diberikan Allah secara bermanfaat. Ya, Robb ku yang Maha Agung, Terkuasa diatas segala kuasa berikanlah restuMu agar aku bisa membenahi kehidupan yang kau berikan. Aku benar benar menyesal Ya Allah. Saat Yuna menyesali akhir hidupnya selarik cahaya menerpanya dan ia merasa tubuhnya menggigil, rasa sakit yang hebat mengiringi suhu dingin,Baa sebuah suara memanggil namanya. "Yuna...! Yuna ... putri Yuna... bangunlah nak". Seorang gadis tergeletak di atas batu hitam dipinggiran sungai. Tubuhnya membiru, ada beberapa luka tusukan belati ditubuhnya. Seorang lelaki duduk bersila disampingnya. Yuna adalah namaku Putri Yuna Nevada, nama pemberian nenek buyut yang begitu bahagia telah mendapat seorang pewaris perempuan yang berbeda jenis kelamin dengan cucu calon adik iparnya bertahun silam. Ia berkata kelahiranku akan menjadi jalannya untuk segera menghadap Yang Kuasa karena hutang janjinya dapat terbayarkan. Aku kadang diolok oleh kawan kawan dengan panggilan Princess Yuna. Menurutku panggilan itu tidak melecehkan jadi kuterima saja mereka memanggilku Princess Yuna. "What is in a name" kalimat itu cukup memotivasi ku untuk tidak tersinggung. " Buka matamu Yuna...kau harus bangun jangan kau turuti keinginan untuk tidur atau sia sia usahaku menolongku, mengangkat tubuhmu yang berat dari arus sungai yang deras dimalam dingin dan pekat seperti ini" suara itu terdengar kembali, Yuna mencoba membuka matanya, kalau ia ingin memperbaiki hidupnya ia harus hidup. Ia membuka matanya perlahan. Seorang lelaki berusia setengah abad menyambutnya dengan senyuman. "Akhirnya ' putri' tercinta ini bangun juga" ia mengelus jenggotnya yang mulai memutih. "Dimana aku?" Yuna memandang sekitarnya, ada hamparan batu hitam, suara riak air dan hembusan angin serta seorang lelaki berpakaian hitam dengan jenggot kelabu. Cahaya bulan menyinari tempat ia berada. " Katakan bapak apakah....aku sudah mati?' tanyanya ragu. Lelaki itu tersenyum. " Ya, kamu sekarang ada di neraka dan aku malaikat yang akan menghukummu ....."

Yoona_Pramesti · 奇幻
分數不夠
12 Chs

My Strange 2'nd Life

Namaku Choi Hyun Ji, sebentar lagi berusia dua puluh tiga tahun. Aku punya orangtua yang baik dan penyayang, juga seorang kakak perempuan yang selalu melindungi. Aku juga punya banyak teman. Hidupku normal dan sempurna. Aku bahkan tergabung dalam fanclub sebuah idol grup bernama Bangtan Sonyeondan atau lebih sering disebut BTS. Aku memiliki segalanya dan sudah melakukan banyak hal menyenangkan kecuali satu hal, pergi ke fan sign dan bertemu biasku secara langsung. Dan akhirnya hari itu tiba, hadiah ulang tahun yang diberikan kakakku, tiket untuk pergi ke fan sign BTS. Seharusnya hari itu adalah hari paling sempurna dalam dua puluh tiga tahun hidupku, tapi nyatanya tidak. Bus yang kutumpangi malah mengalami kecelakaan parah. Dalam keadaan penuh darah dan hampir mati, aku menyesali kenyataan bahwa aku tidak sempat bertemu biasku secara langsung. Setidaknya bisakah aku mati ketika sudah bertemu Jin Oppa? Padahal aku adalah orang yang baik, anak penurut, juga teman yang menyenangkan. Tapi kenapa harus mati dengan cara seperti ini? Saat semuanya sudah terasa gelap dan kupikir itulah yang namanya kematian, aku kembali membuka mata saat seseorang mengguncang tubuhku dengan keras. Kalimat pertama yang kudengar ketika terbangun adalah 'Nona, kau tidak apa-apa?'. Seorang wanita berseragam pelayan sedang menatapku dengan cemas. Aku hidup kembali dalam dunia yang sama persis dengan novel yang baru kubaca beberapa hari sebelumnya. Entah bagaimana aku terbangun sebagai seorang Puteri Zanitha dari kerajaan Agrafin, seorang tokoh paling antagonis dalam novel. Bagiku, berita mengerikannya bukanlah akhir hidup Puteri Zanitha yang dihukum mati oleh suaminya sendiri, tapi kenyataan bahwa aku akan segera menikah dengan seorang Pangeran dari kerajaan Vadhesa. Yang benar saja! Selama dua puluh tiga tahun hidup, aku belum pernah yang namanya pacaran, lalu sekarang akan dinikahkan dengan laki-laki asing? Lagipula, aku hanya ingin menikah dengan Jin Oppa seorang, tidak dengan yang lain! Begitulah, kehidupanku sebagai istri sang Pangeran dimulai. Usia Puteri Zanitha sekarang tujuh belas tahun dan ia akan dihukum mati pada usia dua puluh. Itu artinya aku hanya akan hidup lagi selama tiga tahun? Menyedihkan! Ayah, Ibu, kalau ini mimpi tolong segera bangunkan aku! Zea Shen

Zea_Shen · 奇幻
分數不夠
3 Chs
目錄
1

評分

  • 全部評分
  • 寫作品質
  • 更新穩定度
  • 故事發展
  • 人物形象設計
  • 世界背景
評論
點贊
最新

鼎力相助