Derry dan Ifa pertama kali bertemu saat kelas tiga SMP. Ketika Ifa pindah dari SMP Pondok Wijen ke SMP Lembah Ayodya atas rekomendasi dan beasiswa tim basket. Sejak awal, mereka langsung saling cocok.
Postur dan bakat mereka berbeda bagaikan bumi dan langit, tetapi mereka saling menghargai dan mengagumi sifat masing-masing. Meskipun awalnya tampak sangar, Ifa memiliki sifat yang sangat jujur, polos, spontan, dan sangat menghargai martabat dan harga diri hingga terkadang sangat keras kepala. Sebaliknya, Derry hanya memiliki kemampuan fisik rata-rata, kurang berbakat dalam olahraga, bersifat moderat, luwes, cerdik, dan rendah hati. Singkatnya, Ifa itu tipe Ksatria, sedangkan Derry itu tipe Penasihat.
Mereka disatukan dalam tiga hal: basket, sepak bola, dan memancing. Tak terhitung pekan yang mereka habiskan ketika mengail ikan di laut, danau, atau sekadar menonton video-video lama koleksi Derry. Video yang merekam seluruh pertandingan NBA, komplit berikut disertai komentar sang Dr. NBA—Derry.
Persahabatan sejati di antara mereka pun punya warna yang unik, karena perbedaan latar belakang mereka yang sangat mencolok. Di satu sisi, Derry sebagai putra seorang multi-milyuner merasa bebas dan suka memberikan apa saja yang ingin dibagikannya. Hal ini bertentangan dengan prinsip sahabat karibnya itu. Tak ada dalam kamus Ifa istilah pemberian secara cuma-cuma. Untuk yang satu ini, Ifa bisa sangat, sangat keras kepala. Baginya, pemberian itu layak ia terima jika ia memang telah melakukan pekerjaan terlebih dahulu. Tak peduli seberapa kecil atau besarkan pemberian atau perkerjaan itu. Ya memang, Ifa sangat menjunjung tinggi yang namanya martabat dan harga diri. Tak heran jika mereka selalu ribut ketika mempersoalkan masalah seperti ini.
Di lain pihak, Ifa tak pernah merasa malu atau kecil hati dibandingkan Derry. Ia pun tak pernah menunjukkan sifat ingin menikmati kemewahan atau keinginan untuk memiliki barang-barang mahal. Singkat kata, bersahabat dengan Ifa hanya mempan dengan menunjukkan kesetiakawanan. Derry sendiri, terkadang bisa begitu kesal melihat kesederhanaan Ifa. Tapi apa boleh buat, justru keunikan Ifa inilah yang membuat Derry menyadari kalau ia telah mendapatkan seorang sahabat yang tulus dan mulia, di tengah arus dunia yang mulai adiktif pada kesenangan, pada materialisme.
Setelah setahun duduk di bangku SMU yang sangat menyenangkan, Derry tidak menyangka akan ada perubahan besar dalam hidup Ifa.... Tepatnya dimulai sejak pertandingan itu...
Sebagai sahabat yang sangat memerhatikan Ifa, tentu saja Derry berniat akan membantunya, sedikit-sedikit. Niat inilah yang ia tetapkan semenjak ia sadar betul ada yang berubah dalam diri Ifa. Derry pun tersenyum-senyum sendiri saat memikirkan apa yang baru ia lakukan demi sang Ksatria.
* * * *
Tanpa terasa bel tiga jam pelajaran telah berbunyi. Saat Pak Jahar selesai menerangkan, ia berkata, "Jam makan siang nanti, saya mau kamu berdua: Derry dan Ifa, menghadap saya di kantor. Nah, kalau kamu, Indy, ke Bu Susy saja. Saya sudah muak menasihati kamu."
Seisi kelas kontan menarik nafas tertahan.
Indy menjawab dengan nada riang dan cerdas, "Terima kasih Pak."
Semua penumpang kelas 2A tertawa.
Pak Jahar hanya tersenyum mengejek.
Derry menjabat tangan Ifa yang bengong, "Selamat. Pertama kali kena setrap. Welcome to Lunchers Club." Ini, tentu saja adalah plesetan Diners Club, karena semua murid yang kena hukuman ini harus menghadap guru saat jam makan siang.
Pak Jahar masih berdiri di muka kelas, wajahnya sudah menekuk hingga alisnya nyaris bertautan, menimbulkan efek sangat menyeramkan!
Ia menggeram, "Argifa, jangan bilang kamu sudah lupa peraturan..., dan ingin memaksa saya tetap ada di sini? Saya sudah kehilangan nafsu mengajar kalian!" Ifa buru-buru bangkit dan membubuhkan cap kelas ke buku absen guru yang dibawa Pak Jahar di antara cekikikan dan kerut kening instan Indy. Tapi dua detik kemudian, Indy sudah asyik tenggelam lagi dalam pesona senyum sang cover majalah.
Mari kita jelaskan sedikit peraturan di SMU Kastil Hastina. Sebelum mulai pelajaran, Dewan Guru disambut seorang murid yang bertugas hari itu. Murid yang telah ditentukan urutannya secara acak untuk satu semester ini disebut sebagai File Leader. Mereka memegang cap dan buku kelas; digunakan untuk mencatat kejadian penting saat mengajar. Nah, para guru tidak memiliki absensi kecuali sewaktu masuk ke kelas dan pulang. Jadi, absensi kelas diisi File Leader dan dicap. Tanpa itu seorang guru tak dapat meninggalkan kelas karena dianggap tidak mengajar. Sistem ini mengajarkan kepemimpinan secara rotasi, lalu untuk membuat pertimbangan objektif mengenai kedekatan guru dan murid serta mencerminkan slogan; 'Konsumen adalah Raja tapi Guru adalah Guru.'
* * * *
Mata pelajaran berikutnya pendidikan kewarganegaraan. Sepanjang pelajaran berlangsung, Ifa merasa bagai berada dalam periuk mendidik di neraka, tersiksa dalam pikiran dan kekalutannya sendiri, sampai saat lonceng istirahat akhirnya berbunyi!
Ifa merenggut bahu Derry dan setengah menyeretnya keluar. Sang sahabat hanya tersenyum sambil mengikuti, meski tak dapat dipungkiri dia agak kaget juga. Mereka menyusuri koridor gedung, menuruni tangga, lalu menyelinap ke tembok belakang gedung.
Wajah Ifa merah padam, saat ia terbata-bata dan sangat tidak enak hati pula, menguraikan kecurigaannya kepada teman terdekatnya ini. Setelah beberapa lama, termasuk dengan dukungan dan pertanyaan arahan dari Derry yang membantu kelancaran berbicaranya, akhirnya sang Ketua Kelas—pangkat sebenarnya Class Rep—2A ini akhirnya bisa melontarkan juga pertanyaan kunci.
"Jadi, elu ya…, yang nyebarin gosip tentang gue jatuh cinta ama Indy?"
Derry menatapnya dengan polos, lalu menjawab lugas, "Iya."
Halilintar laksana menyambar pucuk hidung Ifa! Namun, bara halilintar itu justru nyungsep ke hatinya bagaikan lautan lahar! Ia sampai mencengkram kerah baju Derry. Pipi Ifa menggembung dan tatapan matanya bak bisa mendidihkan ketel.
"Kenapa?!!" Teriaknya dengan kesal!
Derry tahu bahwa dalam keadaan seperti ini, salah kata atau sikap berarti maut. Sahabatnya ini jagoan, sedangkan dia hanya penggemar film silat. Perbedaanya bagai dinosaurus lawan bayi tikus. Bagai arena tarung berduri versus sofa berlengan. Jadi, ia membatalkan keinginan hatinya yang begitu nakal ingin bertingkah menyebalkan—misalnya dengan pura-pura berpikir, mengelus dagu, tersenyum geli, dan tindakan lainnya yang dapat membawanya ke rumah sakit seketika.
Derry memasang tampang serius sekali, "Karena itu mempercepat proses, Fa."
"Proses?" Ulang Ifa dengan tidak percaya.
"Yap. Proses hubungan kamu sama Indy."
Sedetik hening saat ekspresi Ifa memikirkan pernyataan sikap tadi, sebelum Derry terangkat lebih tinggi dan menggerus tembok belakangnya lebih kuat!
"Elu celakain gue!!!" Ifa mengguncang-guncang Derry dengan panik, meski tak ada niat sama sekali untuk menyakiti sahabatnya ini. Ia betul-betul marah, bingung, dan kesal!