"Hai, Ai. Kenapa kamu terlihat lesu?" sahabatku, Vira bertanya kepadaku.
"Nggak apa-apa, kok. Cuma ngantuk" jawabku lemas.
Pagi ini begitu sejuk. Tetesan embun pagi yang terlihat di sebuah tanaman dekat kelasku. Lapangan sekolah terlihat masih menyisakan sisa-sisa air hujan semalam.
Aku teringat kejadian semalam tentang buku itu. Sebuah pemikiran terlintas di benakku. Apa mungkin buku itu yang bicara semalam, dan apa maksud kata itu?
Pemikiran ku pecah saat deringan bel sekolah mengajak semua siswa masuk ke kelas. Sekarang adalah pelajaran seni, jadi kegiatan belajar dialihkan ke ruang aula. Aku teringat pesan Bu Siska minggu lalu yang menyuruh semua murid membawa suling hari ini, dan sulingku kini masih tertahan dalam laci meja belajarku di rumah. bodohnya aku...
"Ai, ayo cepat ke aula. Bu Siska udah nunggu disana" kata Vira.
Vira begitu perhatian padaku. Aku masih mengambil alat bantu berjalanku. Namun ia dengan sabar masih menungguku.
"Dimana sulingmu, Ai? Nggak bawa?" kata Vira
Aku hanya mengangguk dengan sedikit ragu. Tetesan air keringat membasahi wajahku yang pucat. Badanku gemetaran. Perasaan takut dan tegang menyatu saat langkah demi langkah kulewati di lorong kelas.
"Bagaimana jika aku ketahuan tidak membawa suling? Apakah Bu Siska akan memarahiku, atau menghukumku di depan aula?" pikirku. Saat sampai di aula, kulihat sekelilingku. Tidak ada Bu Siska. Teman-teman yang sudah duduk bersila di lantai aula sibuk mengerjakan tugas.
"Ran.. ada tugas apa?" tanyaku kepada Rani yang sedang mengerjakan tugas
"Iya, Ai. Disuruh salin lagu yang di papan tulis"
Aku menoleh ke papan tulis melihat sebuah tulisan lagu yang sedikit kurang rapi.
"Memangnya Bu Siska nggak ada?" tanyaku
"Ada kok.. lagi rapat" kata Vira menjawab pertanyaanku.
Syukurlah tidak jadi aku dimarahi. Aku bergegas mengerjakan tugas tersebut dan mencoba menyelesaikannya dengan cepat. Beberapa menit berlalu. Aku berhasil menyelesaikannya. Tiba-tiba alam memanggilku dan segera kupenuhinya.
Aku berjalan menuju toilet dengan tongkat berjalanku. Toiletnya ada di ujung lorong persis di sebelah ruang guru. Jarak yang cukup jauh bagiku yang berjalan dengan tongkat ini. Tiba-tiba Bu Ria memanggilku dari depan ruang guru.
"Ai, jam pelajaran ke tiga ibu ada di kelas kamu kan?" Tanya Bu Ria
"Iya, Bu.. Ada apa, Bu?"
"Jadi, pagi ini ada rapat penting untuk semua guru. Kira-kira sampai istirahat. Ibu titip tugas merangkum buku IPS Bab 3, ya. Tolong dikasih tau yang lain. Oh iya, sekalian bilang Bu Siska juga ikut rapat, jadi ada tugas di papan tulis ruang musik ya"
"Ok, Bu" jawabku.
Aku lalu bergegas menuju toilet. Setelah selesai, aku mencuci tangan sambil memandang cermin. Aku masih tak bisa mengerti apa yang terjadi tadi malam. Apa mungkin hanya halusinasi.
Tunggu dulu, ada sesuatu yang berkilau di sudut toilet. Aku mencoba mendekatinya. Benda itu semakin bersinar. Benda itu menyerupai sebuah kristal berwarna hijau yang bersinar terang.
Saat kuambil benda tersebut, sinar dari benda tersebut mengalir melewati kedua lenganku. Tiba-tiba aku merasa pusing hingga mataku hampir tidak dapat membuka.
Tiba-tiba aku membuka mata, aku sayup-sayup melihat beberapa orang seperti sedang terbang kesana kemari. Kelihatannya seperti sedang mengerjakan sesuatu.
Aku seperti sedang berada di dalam sebuah laboratorium. Namun aku merasa ada yang aneh dengan tubuhku. Oh iya, aku teringat tongkat berjalanku tidak ada.
Ditengah kebingungan ini, aku terkejut. Aku rupanya bisa menggerakkan kakiku! Aku menggosok mata memastikan bahwa aku tidak salah lihat. Tiba-tiba aku pun merasa lelah dan mulai menutup mata. Aku merasa sedang dipasangkan sesuatu di tubuhku.