Lirash menagis dipelukanku.
"Ada apa?"
"Kamu tahu tentang perang yang melibatkan manusia, iblis, dan tuhan melalui dungeon bukan?"
"Aku tahu. Dan iblis sepertinya kalah. Itu kenapa Dee baru bangun setelah 10 ribu tahun lebih."
"Benar. Menurut cerita dari kakek ku. Peperangan itu memang tidak merusak dunia ini. Tapi banyak manusia yang menjadi korban. Tapi walau seperti itu, ada beberapa ras manusia yang tidak ikut berperang."
"Maksudmu ada yang berkhianat?" Aku bertanya.
"Bukan, tapi mereka memang tidak ikut dalam peperangan. Mereka tidak ada di medan perang."
"Kenapa tidak ikut?"
"Ras ini dari awal memang tidak begitu suka peperangan. Kalau semua bisa di bicarakan. Mereka lebih memilih untuk membicarakannya."
"Terus apa yang terjadi dengan ras ini setelah peperangan selesai?"
"Mereka dikucilkan oleh ras lain. Dan dihina sebagai pengecut." Lirash menundukkan kepalanya.
"Sebetulnya menurutku tidak salah juga kalau tidak ikut perang. Takut itu hal yang normal. Terutama kalau melawan makhluk yang lebih kuat. Tapi, apa ras ini sangat kuat? Sehingga mereka dibiarkan saja hingga sekarang."
"Kenapa kamu berpikir kalau ras ini masih ada?" Lirash, sedikit penasaran.
"Dari apa yang kamu katakan. Kamu hanya bilang kalau mereka dikucilkan dan dihina. Bukan di musnahkan. Dengan kata lain. Ras manusia yang lain tidak mampu melawan ketiga ras ini. Atau mereka tidak bisa melawan. Atau mungkin ada ras manusia lain yang membuat ras lain tidak berani."
"Ah..."
Asmodeus sepertinya mengingat sesuatu.
"Kenapa?" Aku bertanya.
"Aku ingat. Waktu perang dulu. Komunitas Fairy tidak ada yang muncul."
Asmodeus terlihat bangga. Sedangkan Lirash terlihat menyesali sesuatu.
"Apa komunitas dan ras berbeda?" Aku bingung.
"Ras itu manusia yang memiliki ciri-ciri hampir sama, atau memiliki keturunan darah yang sama. Dalam hal ini contohnya adalah hume, beast-people, elf. Kalau komunitas, adalah perkumpulan ras yang memang berkumpul karena memiliki keinginan atau ideologi yang sama. Dalam hal ini, aku hanya ingat 4 komunitas. 1, Hume. Mereka berdiri sendiri karena jumlah mereka yang sangat banyak. 2, Beast Fang. Semua ras beast-people, mulai dari cat-people, bunny, goat, sheep, deer, bear, lion, tiger, dan hampir semua jenis beast-people. 3, Nature-people. Yang ini sedikit sulit dijelaskan. Karena mereka menerima semua yang ingin bergabung. Jadi anggota mereka adalah semua ras manusia. Tapi yang paling bayak adalah dwarf, sea-people, dragon, dan harpy. Dan komunitas terakhir adalah fairy. Mereka sangat tertutup, dan anggotanya hanya ada 3, Pixie, spirit, dan elf." Asmodeus menjelaskan sesuai dengan ingatannya.
"Oh.... Jadi kamu mendengar cerita dari kakekmu mengenai apa yang elf lakukan di waktu perang dan kamu tidak terima dengan apa yang mereka lakukan. Dan akhirnya kamu pergi dari kerajaan elf dan akhirnya sampai disini?" Aku mencoba mengambil kesimpulan.
Lirash menganggukkan kepalanya dengan wajah sedih.
"Tapi bukannya yang kalah iblis. Kenapa kamu bicara seolah-olah manusia juga kalah?"
"Master, dalam perang hanya ada 1 pemenang. Jadi, manusia juga kalah."
"Kalaupun kalah, apa ruginya? Aku tidak melihat ada sesuatu yang janggal dengan manusia."
"Berbeda dengan iblis yang akhirnya musnah, manusia juga rugi besar. Karena 2/3 dunia ini menjadi kekuasaan para Tuhan dan bawahannya."
Aku sebetulnya bingung. Peperangan antara Tuhan, Iblis, dan manusia. Sebetulnya kalau di lihat dari namanya. Tuhan biasanya hidup di surga, Iblis, hidup di neraka, dan manusia di Bumi, dalam hal ini Ludus. Tapi, dari apa yang aku dengar dari Asmodeus dan Lirash. Manusia, iblis, dan tuhan, semua hidup di permukaan Ludus. Jadi, apakah Tuhan dan Iblis hanya sebuah ras disini?
"Untuk apa Tuhan memiliki 2/3 wlayah didunia?" Aku akhirnya bertanya.
"Untuk membuat dungeon. Semakin banyak dungeon yang dimiliki semakin kuat pula mereka."
"Tunggu sebentar. Biarkan aku mencerna informasi dulu. Jadi, didunia ini ada tiga Ras besar, Manusia, Iblis, dan Tuhan. Benar kan?"
"Iya master. Manusia dibagi menjadi 4 komunitas tadi dan ras yang memiliki anggota terbanyak. Dan iblis hanya memiliki iblis. Dan Tuhan memiliki, para Tuhan dan pengikutnya. Dan kalau tidak salah. Waktu itu, jumlah ras manusia adalah 2 kali jumlah ras iblis dan ras Tuhan digabungkan"
"Tapi ras Tuhan dan Iblis bisa membuat ras lain menjadi bagian dari ras mereka. Seperti manusia akan menjadi malaikat kalau mereka ascend, dan menjadi iblis kalau mereka fallen. Ras tuhan bisa fallen menjadi iblis tapi tidak bisa menjadi manusia. Sedangkan iblis bisa menjadi blessed dan menjadi malaikat, tapi tidak mungkin bisa menjadi manusia."
"Ah... Jadi Tuhan disini bukan mereka yang menciptakan dunia dan alam semesata?"
"Bukan master. Kalau Mereka yang menciptakan dunia ini, kita menyebut mereka Creator. Sang Pencipta."
"Ohhh... Jadi aku salah paham disini. Terus bagaimana dengan semakin mereka punya banyak dungeon. Semakin kuat mereka."
"Peperangan yang terjadi adalah perang menggunakan dungeon. Kita para ras membuat dungeon yang di jaga oleh monster di wilayah ras lain. Semakain kuat dungeon yang ada disana semakin kuat pula pemilik dungeon itu. Karena dungeon yang memiliki umur panjang bisa mengumpulkan poin yang banyak."
"Ahhh.... Poin tidak hanya digunakan oleh dungeon master?"
"Tidak master. Biasanya ras memiliki banyak dungeon. Tapi iblis hanya memiliki 1 dungeon Hell."
"Jadi begitu. Dalam perang, Manusia, Iblis, dan Tuhan membuat dungeon dan mereka mengirim dungeon ke wilayah ras lain. Setelah itu mereka mengumpulkan poin untuk memperkuat dungeon. Jika dungeon ras hilang di wilayah ras lain. Mereka kalah."
"Seperti itu lah. Tapi perang ini memiliki batas waktu."
"Time attack kalau begitu. Ah..." Aku teringat sesuatu.
"Ada apa master?"
"Bukannya kita membicarakan tentang masa lalu Lirash? Kenapa kita jadi membahas masalah perangnya?"
Lirash tersadar dan menjadi malu.
"Hahahaha... Mungkin ini salahku, aku terlalu fokus dengan masalah perang dan Tuhan, sehingga pembicaraan kita berubah arah. Maaf." Aku menundukan kepalaku.
Lirash terlihat cemberut. Dan kemudian menggunakan pangkuanku sebagai bantul. "Sudahlah, aku jadi tidak mood untuk membicarakan hal itu."
Aku hanya tersenyum dan membelai kepala Lirash. Asmodeus yang melijat itu kemudian duduk disampingku. Dan tidak lama setelah itu, Lirash tertidur pulas.
'Master, apa kamu sudah memprediksikan hasil ini ketika anda menyuruhku untuk menggunakan sihir penguat emosi.'
'Tidak juga. Tapi dengan sifatnya yang begitu fokus dengan Alchemist. Jadi hasil ini tidak begitu sulit untuk diprediksi. Walau penguat emosi juga memperkuat emosi lain seperti marah, jengkel, dan lainnya. Tapi kalau kita menggunakannya di waktu yang tepat, semua menjadi lebih mudah.'
'Oh... Jadi itu kenapa setiap ada uji coba yang hampir berhasil, anda menyuruhku untuk menggunakan sihir ini.'
'Benar, dan sebenarnya pada saat itu, saya bertaruh apa yang akan dia rasakan. Kalau dia senang, itu bagus, kalau dia jengkel atau marah karena percobaannya gagal. That's just my luck.'
'Iya, terkadang dia malah marah-marah karena hasilnya tidak sesuai perkiraannya. Tapi, semua itu terbayar, bukan?'
'Iya, Lirash tidak lagi waspada denganku. Dan informasi kalau Lirash adalah Alchemist ternama, itu bonus. Aku sebetulnya pengen punya kenalan Alchemist. Tidak tahunya malah bertemu Alchemist se level Lirash. Itu hal paling beruntung ketika kita sampai disini'
'Lalu, kapan kamu berhubungan sex dengan Lirash?'
'Jangan terburu-buru. Sebetulnya kalau pembicaraan kita tadi tidak terhenti karena arahnya salah. Kita mungkin sudah berhubungan sex sekarang.'
'Tadi anda terlalu fokus dengan hal lain. Sudah dibilang fokus untuk mengusai Lirash dulu. Jadi hilangkan kesempatan.'
'Maaf, maaf, jangan marah.'
Aku kemudian mencium Asmodeus.
Setelah beberapa jam, Lirash terbangun. Dan karena hari sudah sedikit gelap, aku berencana untuk kembali kepenginapan. Tapi Lirash menarik tanganku.
"Ada apa?" Aku bertanya.
Walau aku sebetulnya sudah tahu apa yang terjadi dari melihat wajah Liras dan telinganya yang memerah. Tapi masih bertanya.
"Tidak apa-apa. Hanya, sudah malam, kenapa tidak tidur disini saja?" Lirash bicara dengan malu-malu.
"Kenapa? Biasanya aku kembali ke penginapan lebih malam dari ini."
Aku tersenyum melihat Lirash yang kebingungan.
"Eh... Ah... Lebih baik kamu tidur disini saja. Biar besok kamu tidak kesiangan kemarinya." Lirash teelihat lega.
"Bukannya percobaannya sudah selesai?"
Lirash kembali panik dan membuatku hampir tidak bisa menahan tawa.
"Ah... Bu... Bukan percobaan. Tapi membuka toko. Besok kan pasti ramai. Kamu tanggung jawab! Dan membuat mie tidak mudah. Jadi tanggung jawab. Tinggal disini saja. Biar kamu bisa bantu aku buat mie tiap hari." Lirash tersenyum.
"Jarak disini ke penginapan tidak jauh. Jadi aku tidak perlu tinggal disini bukan?"
"Eh... Ndak... Kamu tidak boleh pergi dari sini." Lirash terlihat marah dan menggenggam tanganku lebih kuat.
"Kalau aku tidak boleh pergi. Aku harus bagaimana?"
"Tinggal disini bersamaku. Memangnya bagaimana lagi?" Lirash terlihat bangga.
"Setelah aku tinggal disini? Apa yang harus aku lakukan?"
"Bangun pagi bantu buka toko, terus disore hari bantu bikin mie. Terus... Itu saja" Muka Lirash teelihat memerah.
"Apa lagi? Malamnya aku harus ngapain?"
Lirash terkejut, "Malam. Kalau malam. Kamu haru..." Lirash kebingungan untuk menjawab.
Aku mendekati Lirash yang sedang kebingungan.
"Malam hari aku harus ngapain?" Aku bertanya dengan lbut.
"Istirahan dan kemudian tidur kan? Hm...hmm... Itu... Kamu harus istirahat dan tidur."
"Istirahat karena apa dan tidur sengan siapa?" Aku berbisik kepada Lirash.
"Istirahat.... Istirahat... Istirahat dari pekerjaan kita seharian. Terus tidurnya... Kamu tidur... Dengan... Dengan... Dengan ku. Iya... Iya... Betul... Kamu tidur denganku. Kamu juga boleh tidur dengan Dee. Mungkin kita bisa tidur bersama." Lirash menjawab dengan bangga.
Setelah menjawab, dia terlihat senang dan bangga. Tapi dia sangat terkejut ketika aku berdiri didepannya.
"Jadi, aku harus tidur denganmu? Kalau begitu, kita harus tidur sekarang. Karane aku sudah mengantuk dan ingin tidur." Dan setelah mengucapkan itu. Aku mencium Lirash.
Lirash sedikit terkejut. Lirash berusaha menolah dan melepaskan ciumanku.
"Apa yang kamu lakukan?" Lirash bingung.
"Katanya aku harus tidur bersamamu? Jadi aku memberikan ciuman selamat malam kepadamu." Aku hanya tersenyum.
"Ciuman selamat malam? Jadi kita akan melakukan itu setiap malam?"
"Iya, kamu bilang aku harus tidur denganmu?
"Tapi kalau begitu, kita harus tidur sekarang." Lirash sedikit cemas.
"Iya, karena aku sudah ngantuk, aku pengen tidur. Itu kenapa aku mencium mu." Aku kemudian mencium Asmodeus.
Lirash terkejut melihat aku mencium Asmodeus, dia juga terkejut karena aku dan Asmodeus menggunakan lidah kami. Lirash terlihat sangat fokus dengan ciuman yang aku lakukan. Dan dia mungkin tidak sadar kalau wajahnya sangat merah dan dia terlihat sangat terangsang dan dia berjalan mendekatiku yang sedang ciuman dengan Asmodeus.
Melihat Lirash yang sudah ada didekatku. Aku melepas Asmodeus dan langsung mencium Lirash. Kali ini dia tidak menolak dan menikmati apa yang aku lakukan kepadanya. Setelah itu, aku mulai menggunakan lidahku yang membuat diamerasa sangat terangsang dannlangsung memelukku.
Aku yang dipeluk oleh Lirash langsung membelai kepala, kemudian punggung, serta pantatnya. Asmodeus yang tidak melakukan apapun langsung melepas pakaianku, serta kemudian membantuku melepas pakaian Lirash.
Lirash seperrinya tidak bisa berpikir jernih karena birahi yang dia rasakan sekrang. Doa bahkan tidak melakukan apaoun ketika Asmodeus menelanjanginya. Dia hanya fokus dengan mulut dan lidahku.
Tidak lama, Asmodeus meremas payudara dan mencubit puting Lirash, sedangkan aku mulai membelai klitorisnya dan memasukkan jariku kedalam vaginanya.
Merasakan stimulasi yang pertama kali untuknya, Lirash langsung mendesah.
Ahhh....
"Alan... Perasaan apa ini? Aku merasa aneh... Selangkanganku merasa nikmat ketika kamu membelainya..."
Mungkin karena ini pertama kalinya untuk Lirash. Dia terlihat sedikit kekanak-kanakan.
Ah....
Lirash kembali menciumku. Aku dan Asmodeus mulai bermain dengan tubuh Lirash.
Setelah puas dengan payudara Lirash, Asmodeus kemudian mengangkat dan merenggangkan kaki Lirash.
"Eh..." Liras sedikit bingung.
Aku kemudian menyedot putingnya.
Ah...
"Alan..."
Dan aku mulai sedikit memasukkan penisku kedalam vaginanya.
"Ah... Alan..."
Asmodeus memberi sedikit stimulasi dengan mencium dan menjilat leher Lirash. Serta membelai klitorisnya dengan ekornya.
Lirash kemudian mendesah dan merintih.
Ah...
Arg...
Nnmm...
"Alan... Tubuhku rasanya aneh... Sakit.. tapi aku mau terus... Ah... Lebih dalam..."
Aku memasukkan penisku lebih dalam lagi. Dan secara perlahan, lebih dalam, dan lebih dalam lagi.
Ahh...
Ahhh....
Hingga akhirnya aku menyentuh rahin Lirash dan dia ejakulasi.
Ahhhhhhhh.....
Huhf...huhf...huhf...huhf...
Dan Lirash pingsan setelah itu.
[Selamat sudah mendapatkan keperawanan elf. Charm+20]
Karena Lirash pingsan. Akhirnya aku berhubungan sex dengan Asmodeus hingga kita berdua puas. Dan kita bertiga tidur dengan badan telanjang.
• Lirash P.O.V
Aku terbangun setelah pingsan karena apa yang aku lakukan kemarin malam bersama Alan.
'ahhh.... Kenapa aku harus pingsan kemarin!!!'
'Alan pasti kembali ke penginapan setelah itu. Dan dia mungkin tidak mau melakukannya lagi denganku karena apa yang terjadi semalam.'
'Tapi, kenapa tubihku rasanya geli?'
Aku kemudian membuka selimut yang aku gunakan dan melihat sesuatu yang mengejutkan.
Aku terkejut melihat aku tertidur dengan tubuh telanjang. Aku benar-benar terkejut. Tapi ada yang lebih mengejutkan. Aku melihat Dee menjilat anunya seseorang.
'Aku sebetulnya tahu itu anunya siapa. Tapi, untuk memastikan.' Aku kemudian menoleh kearah kiri dan melihat wajah Alan didepan mukaku.
'eh... Heh... Alan? Dia tidak pulang? Dan wajahnya dekat sekali!!! Aku bisa merasakan nafasnya...'
Entah apa yang aku pikirnya. Aku sedikit mencium bibir Alan.