webnovel

Chapter 19 (18+) - Rencana Berikutnya

• Lirash P.O.V

Setelah aku mencium bibir Alan. Aku langsung melihat kembali apa yang Dee lakukan.

"Dee, apa yang kamu lakukan?" Aku bicara pelan-pelan.

Dee melihat kearahku dan melambaikan tangannya. Karena aku penasaran, akupun mendekat. Setelah lebih dekat anunya Alan terlihat besar juga.

"Genggam batangnya." Ucap Dee. Dan aku hanya bisa melihat kearah Dee dengan wajah tidak percaya.

"Jangan malu, kemarin kamu belum menikmati semuanya bukan? Jangan bohong, aku ini iblis. Aku tahu kalau kamu pengen."

"Argg." Aku mau bicara tidak, tapi, aku tidak mungkin bisa membohongi iblis sekuat Dee. Bukan karena Dee bisa membaca pikiran. Tapi karena Iblis peka terhadap emosi seseorang. Dan Dee sepertinya iblis yang berhubungan dengan nafsu. Jadi, dia pasti tahu betul apa yang aku rasakan sekarang.

Karena tidak bisa menolak. Aku menuruti apa yang Dee katakan. Dan langaung menggenggam batang anunya Alan.

"Jangan genggam terlalu keras. Genggam dengan lembut. Anggap saja itu pisang, lembut agar dia tidak hancur." Dee menjelaskan sesuatu kepadaku.

"Pisang? Ini keras sekali seperti baja. Pisang dari mananya?"

"Hanya perumpamaan. Kalau kamu memegangnya dengan lembut. Alan bakalan merasa nyaman." Dee tersenyum

"Oh... begitu? Terus gimana?"

"Gerakkan tanganmu naik turun. Tapi pelan-pelan dulu saja."

Aku menuruti instruksi dari Dee.

"Terus, pelan-pelan. Setelah itu remas testikelnya. Pelan-pelan juga, dengan lembut."

Tidak lama, cairan keluar dari anunya alan, tapi sedikit.

"Eh... Alan kencing?" Ucap ku.

"Itu bukan air kencing. Itu namanya precum. Itu rasanya enak lho. Kalau ndak percaya, jilat aja."

Aku seketika berhenti dan melihat kearah Dee dengan wajah aneh. Tapi aku penasaran.

Karena rasa penasaranku. Aku akhirnya menjilat apa yang keluar dari anunya Alan. Aku menjilat sedikit. Tapi aku tidak merasakan apapun. Kemudian aku menjilat lebih banyak. Aku mulai sedikit merasakan sesuatu. Dan anunya alan mengeluarkan cairan lebih banyak setiap aku menjilat anunya.

Karena penasaran. Aku memasukkan kepala anunya Alan kedalam mulutku agar aku bisa merasakannya lebih banyak.

Setelah didalam mulutku, aku menjilat di bagian dimana cairan itu keluar.

'oh... Keluar lebih banyak, rasanya agak aneh. Tapi tidak buruk.'

"Jilat kepala dan badannya. Sembari gerakkan tangan mu keatas bawah dan remasi dengan lembut testikelnya."

Aku menuruti instruksi dari Dee. Karena aku ingin merasakan cairan tadi lagi. Aku mulai sedikit lebih cepat, dan lebih cepat, hingga akhirnya anunya Alan mengeluarkan cairan yang berbeda.

'arrgghhh'

'Terlalu banyak, mulutku tidak muat.'

Aku memutuskan menelan apa yang sudah ada di mulutku. Aku tidak tahu ini apa, tapi rasanya tidak buruk. Jadi aku tidak menolak kalau anunya Alan mengeluarkan lebih banyak lagi.

Tapi setelah beberapa saat. Anunya alan tidak mengeluarkan apapun lagi. Meski aku menjilat, meraba, mengelus semua bagian anunya Alan. Cairan tadi tidak keluar lagi. Akhirnya aku memutuskan untuk menghisap anunya Alan. Dengan harapan ada yang keluar lagi. Tapi sayangnya tidak ada yang keluar lagi.

Ketika aku merasa sedikit kecewa. Aku merasa ada tepukan dikepalaku, jadi aku melihat kearah dimana tepukan itu berasal. Dan aku melihat Alan tersenyum.

'ehhhhh...'

Aku terkejut karena Alan sudah bangun. Apa Alan akan marah. Aku harus menjelaskan bagaimana? Aku melihat kesamping, dan Dee sudah hilang, dan aku melihat dia berdiri dipojok kamar. Dengan senyuman.

'awas kau Dee...'

"Lirash, kamu sedang apa?" Tanya Alan.

Aku sedikit bingung untuk menjawab. Tapi, mungkin aku harus jujur saja.

"Ahuh hedah henjoba hemjbuhat hanuhu heluhain hairan hahi." Aku tersenyum.

"Lebih baik keluarkan dulu penisku dari mulutmu sebelum kamu bicara." Alan sedikit tertawa.

Aku melirik kebawah dan melihat anunya alan masih ada didalam mulutku. Aku seketika mengeluarkannya. Tapi aku melihat air liurku menetes di anunya Alan, jadi aku memutuskan untuk menjilat bersih anunya Alan.

Hmm...

Aku mendengar Alan menahan sesuatu.

"Alan kamu tidak apa-apa?" Aku bingung.

• Alan P.O.V

Aku membuka mata dengan rasa nyaman di penisku. Aku berpikir kalau ini adalah Asmodeus. Tapi aku bisa melihat Asmodeus berdiri di pojok kamar dengan senyuman puas dimukanya.

Aku langsung membuka selimut yang aku gunakan dan melihat Lirash menelan penisku dengan kuat.

Akupun langsung menepuk kepala Lirash. Dan dia seketika berhenti dan melihat kearah ku. Setelah dia melihatku, aku bisa melihat kalau Lirash sedikit terkejut.

"Lirash, kamu sedang apa?" Aku bertanya.

Lirash terlihat bingung. Tapi tidak lama dia terlihat bertekat untuk melakukan sesuatu. Dan diapun akhirnya bicara.

"Ahuh hedah henjoba hemjbuhat hanuhu heluhain hairan hahi." Aku tersenyum dan menahan tawa melihat Lirash mencoba berbicara dengan penisku memenuhi mulutnya.

"Lebih baik keluarkan dulu penisku dari mulutmu sebelum kamu bicara."

Lirash terlihat menyadari sesuatu. Fan langsung mengeluarkan penisku dari mulutnya. Tapi karena air liur Lirash menetes fan mengalir di penisku, Lirash kemudian menjilati penisku hingga bersih. Dan setelah selesai, Lirash terlihat malu. Tapi aku membelai kepalanya.

"Lirash. Kalau kamu mau apa yang keluar tadi, nanti lagi ya. Sekarang sudah habis, nanti bakalan bisa keliar lagi." Ucapku.

Lirash terlihat sedikit lega.

"Jadi nanti bisa keluar lagi? Baiklah, aku tunggu saja." Ucap Lirash dengan senyum dan tangan yang masih bergerak naik turun di penisku.

"Lebih baik kita mandi dulu, dan kemudian membuka toko."

Kita bertiga akhirnya mandi bersama. Dan entah kenapa Lirash tidak mau jauh dariku.

"Lirash, apa kamu bisa menggunakan sihir agar kamu bisa terlihat seperti hume?"

"Kenapa bertanya masalah itu?" Lirash bingung.

"Kamu terlalu terkenal. Kalau kamu keluar semua akan langsung tahu."

"Bisa." Seketika, telinga Lirash berubah. Tidak hanya itu, rambutnya berubah warna menjadi hitam.

"Kalau begitu, mungkin tidak akan banyak yang bisa mengenalimu."

"Memangnya untuk apa? Toh aku tidak perlu keluar."

"Aku berencana pergi ke dungeon baru untuk melihat keadaan yang ada disana."

Lirash terlihat sangat kecewa.

"Aku tidak ikut dulu. Aku masih perlu belajar bagaimana membuat mie. Mungkin aku perlu mengajari Shebi juga."

"Apa kita beli budak saja untuk membantumu?"

"Tidak. Aku bisa meminta ibu-ibu dekat sini untuk membantuku." Lirash tersenyum.

Melihat senyuman Lirash membuatku terangsang dan aku langsung menciumnya. Lirash tidak menolak, bahkan membalas ciumanku.

Setelah kita selesai mandi. Kita ganti pakaian dan menyiapkan toko untuk hari ini. Tidak lama setelah aku dan Asmodeus menyiapkan toko. Shebi datang dengan wajah tak percaya. Dan dia juga berkata hal yang tidak masuk akal. "Apa aku dipecat?".

Lirash hanya terdiam. Aku dan Asmodeus tertawa terbahak-bahak mendengar ucapannya.

"Hahahaha... Kenapa kamu berpikir seperti itu?"

"Kalian menyiapkan tokonya. Itu pekerjaanku."

"Hahahaha... Setelah ini aku dan Dee mau pergi ke dungeon. Karena semalam aku tidak pulang, aku memutuskan untuk membantu sebelum pergi keluar." Jawabku.

Wajah Shebi tidak berubah sama sekali dan hanya menganggukkan kepalanya.

'Dia senang.'

'Bagaimana kamu tahu?'

'Aku tidak sehebat Levi kalau masalah menebak perasaan seseorang. Tapi aku sedikit tahu karena aku mengerti soal nasfu.'

'nafsu juga bagian dari emosi dan perasaan.'

Akhirnya, Shebi juga membantu dan swmua selesai lebih cepat.

"Kalau begitu aku pergi dulu." Ucapku sembari menepuk kepala Lirash.

Setelah keluar dari tempat Lirash. Kita segera pergi ke gedung serikat eksplorer. Disana kita melaporkan kalau mie kemarin sudah siap di toko Lirash dan aku akan pergi ke dungeon.

Di perjalanan menuju kedungeon, aku bisa melihat beberapa orang yang menggunakan choker berwarna hitam.

'Mungkin mereka budak.'

"Apa kamu ingin memiliki budak? Tadi kamu juga membicarakannya dengan Lirash.'

'Sebetulnya tidak juga. Kalau memang butuh, lebih baik aku panggil iblis dari dungeon. Mereka tidak akan berkhianat.'

Setelah itu kita menghentikan pembicaraan.

Setelah dekat dengan gunung Daltane, aku tidak pergi ke dungeon goblin, melainkan ke dungeon core.

Setelah masuk, Yomi dan Sakura langsung memelukku.

"Master!" X2

["Selamat datang, master"] X2

"Core, berapa point kita sekarang?"

[Total kita memiliki 49,592 poin]

"Core apa aku bisa memperluas wilayah kita? Misalkan keseantero gunung Daltane."

[Bisa.]

"Apa kamu mau membuat seluruh area di gunung Daltane sebagai dungeon? Agar eksplorer dan semua warga di kampung sekitar gunung bisa memberimu poin." Ucap Asmodeus.

"Betul. Kamu paham rencanaku."

"Dulu master Solomon juga melakukan hal uayng sama. Tapi kalau dia, seantero kerajaan."

"Pengennya juga begitu, tapi poin kita kurang. Core segera lakukan."

[Baiklah master. Perluasan area dungeon selebar aeluruh gunung Daltane. Point yang dibutuhkan 47.970. Apa anda yakin master?]

"Iya, lakukan."

Tidak lama setelah itu. Sebuah gempa kecil terjadi aelama lima detik.

[Pembelian selesai. Sisa poin adalah 1622 poin. Tapi, dengan menjadikan semua daerah di gunung Daltane sebagai area dungeon. Kita mendapat 4280 poin/jam.]

"Ohhh...." X5

"Master. Itu poin banyak sekali!" Aka bersemangat.

"Iya master. Kita bisa buat kamar dengan itu." Yami berkata.

"Benar. Dengan kamar, nanti aku bisa menikmati pangkuan master dengan lebih hikmat." Sakura menambahkan.

"Kita bisa buat kamar mandi yang besar. Mungkin onsen juga bisa. Jadi kita bisa mandi dan berendam bersama." Asmodeus berkata.

"Setuju" x3

[Master, tolong belikan doppelganger untukku. Aku juga pengen berendam di onsen]

"Okay, tapi lain kali. bukan sekarang."

Setelah itu aku berdiri. Dan berjalan mendekati penjara. Aku melihat beberapa tempat yang sedikit tidak nyaman untuk dilihat dan bau tidak enak.

Aku kemudian membeli sebuah sihir yang disebut clean dari dungeon shop. Dan poin ku berkurang lagi.

"Kita buat kamar dan fasilitas lainnya nanti saja. Sekarang kita perlu mereka untuk hidup lebih lama. Mereka memberi hampir 500 poin per jam. Jadi mereka berhak hidup sedikit layak." Ucapku.

"Baik master. Kita aku fokus ke kehidupan mereka terlebih dahulu." Aka terlihat serius.

"Mungkin kita perlu membuat WC dan kamar mandi untuk mereka. Karena jumlah mereka ada 140. Mungkin 10 WC dan 10 kamar mandi cukup. Untuk tempat tidur. Kita akan buat tembok untuk memisahkan mereka dengan Wc dan Kamar mandi. Untuk lantai, kita bisa buat dari jerami dan ditutupi kain."

"Okay, ide yang bagus. Tapi buat itu setelah kita punya kamar tidur, dan kamar mandi disini. Mungkin hanya perlu dua jam."

"Kalau hanya kamar tidur dan kamar mandi biasa. Seribu poin cukup master. Tentu saja itu rumah."

"Kalau begitu beli itu dulu. Setelah itu fokus kepads meraka. Dan setelah itu, baru kita kembangkan dungeon ini."

"Baik master." X3

"Kita akan keluar lagi, aku mau memeriksa dungeon goblin. Sepertinya aku harus menambah 1 lingkaran sihir lagi."

[Ide yang bagus master. Dengan begitu mungkin akan ada yang mati]

"Tidak juga, justru jangan sampai ada yang mati. Kalau mereka mati, point akan berhenti bertambah. Aku menambahkan lingkaran baru karena aku mau semakin banyak yang ada disini."

[Kamu berencana menggunakan mereka sampai mereka mati?]

"Betul. Sampai mereka tidak bisa kemari lagi. Dan lebih baik lagi, kalau kita bisa buat mereka menetap di dekat sini."

Aku kemudian mencium Yami dan Sakura sebelum keluar dari dungeon dan melihat keadaan dungeon goblin.

Disana aku bertemu dengan beberapa eksplorer. Bahkan rombongan saudagar. Aku juga melihat apa saja yang mereka jual.

"Potion, makanan, minuman, senjata, armor. Ternyata lengkap."

"Kita, budak juga ada." Salah satu pedagang berkata kepadaku.

"Ini hanya dungeon dengan isi 5 goblin setiap 1 jam. Kenapa menjual budak?" Aku bingung.

"Kami tidak menjual mereka tuan. Kami menyewakan mereka." Jawabnya dengan senyum.

"Pekerja sex? Atau pembawa barang?"

"Yang kedua tuan. Kalau yang pertama, tolong pergi ke tenda yang itu." Jawab pedagang itu sembari menunjuk kesebuah tenda dengan pintu warna merah muda.

"Pembawa barang? Siapa yang mau bawa barang banyak disini?"

"Ada saja. Mereka yang membawa terlalu banyak. Mereka yang mendapat terlalu banyak." Pedagang itu tersenyum.

"Jangan bilang mereka membawa tubuh goblin keluar?"

"Betul. Memang kalau tubuh monster kita biarkan begitu saja, tubuh itu akan menghilang dengan sendirinya. Tapi sebetulnya tubuh monster bisa di ambil organ dan beberapa bagian tubuh lainnya. Kita bisa mengambil menggunakan organ dalam sebagai bahan pembuatan potion, daging dan darah bisa jadi pupuk, gigi dan mata bisa dijadikan amulet. Bahkan kulitnya juga bisa jadi armor."

"Manfaatkan semua yang bisa di ambil. Bagus juga. Cari untung setinggi mungkin, walau hanya dari goblin."

"Hahaha... Betul tuan."

Aku kemudian memberi pedagang itu satu koin perak dan mengambil dua buah yang menyerupai apel. Aku kemudian pergi dan pedagang itu menunduk dengan senyuman lebar.

'Asmodeus. Bagaimana kalau kita membuat desa disini. Kita buat desa yang isinya hanya penginapan, pandai besi, penjahit, restoran, tempat pelacuran, dan gedung serikat eksplorer. Desa eksplore. Pengunjung dan penduduk, semua adalah eksplorer.'

'Ide bagus tuan. Dulu Master Solomon juga membuat hal yang sama.'

'Baiklah. Kita akan bicarakan ini dengan ketua serikat, mungkin kita perlu ijin dari tuan tanah wilayah ini juga.'

'Kalau bicara tentang tuan tanah. Dia masih remaja bukan? Ambil sekalian saja.'

'Sabar, pelan-pelan. Masih ada Rosalia, Nyantan, Misha, dan Ayla. Shebi tidak buruk. Aku hanya perlu melakukannya agar aku dapat Charm poin.'

'Master, tidak semua sex mendapatkan poin. Sex dengan mereka yang tidak tergoda, atau mereka yang terpaksa tidak akan memberikan poin.'

'Jadi aku tidak bisa ambil poin di tempat pelacuran?'

'Sepertinya tidak.'

Aku langsung lemas. Dan Asmodeus menepuk pundakku.

'Apa semakin sulit seorang wanita didapat semakin banyak pula poinnya?'

'Iya, misalnya tuan tanah, bangsawan, putri. Mereka adalah yang paling banyak memberi poin. Wanita yang memiliki lvl tinggi juga memberi poin yang besar. Kalau kamu mau. Perempuan yang masih mempunyai suami atau pasangan. Juga memberi poin yang cukup tinggi."

'Jangan terlalu banyak buat masalah. Tapi, kalau cuman satu atau dua malam. Mungkin boleh.'

Setelah percakapan itu, aku juga selesai memeriksa kondisi didalam dungeon goblin. Walau tadi beberapa eksplorer sedikit cari masalah. Mereka pikir aku akan mencuri mangsa mereka, tapi setelah sediit demonstrasi, yang tidak memakan korban jiwa. Mereka akhirnya diam.

Setelah itu, aku kembali ke Volis dan langsung bertemu dengan Raedlock. Didalam ruangannya, aku melihat ada butler tuan tanah abil.

"Alan, ada apa? Tumben?"

"Cuman ada sedikit ide."

Ketua serikat dan Abil langsung terlihat serius.