"Mi,Erra pengen sarapan nasi goreng." rengek Erra di pagi hari,Ayra yang mendengar rengekan gadis bersanggul itu mengulas senyum.
"Ya udah, tolong iris bawang merah sam tomatnya ya."
"Gak usah pake bawang merah umi,Erra gak suka. Bawang bikin mata Erra perih."
"Aduh,udah gadis kok masih gak suka bawang. Nanti kalau sudah menikah bagaimana nasib masakannya?"
"Erra suka masak gak pake bawang,mami sama mas Rama gak komentar kok.."ujar Erra dengan manjanya, Ayra lagi-lagi mengulas senyum. Lantas wanita setengah baya itu mengusak surai gadis yang tengah duduk bersidekap di meja makan.
"Hm.. Sementara umi bikin nasgor, Erra siap-siap sekolah gih!"
"Siap."
Dengan sigap gadis itu beranjak dari duduknya, ia mengambil langkah dan melangkahkan kakinya menuju kamar yang semalam ditempatinya.
"Umi lagi masak apa?" tanya Rama yang baru saja mendudukan bokongnya.
"Umi mau bikin nasgor."
"Oh.. Erra belum bangun, mi?"
"Sudah,tadi umi suruh Erra siap-siap. Erra udah ngebantuin umi masak dari subuh mula,tapi dia malah request minta dibikinin nasi goreng." jelas Ayra, Rama yang mendengarnya hanya mengangguk-anggukan kepalanya. Ia kemudian beranjak dari duduknya hendak membuat kopi.
"Kamu mau ngapain,Dam?"
"Mau bikin kopi."
"Duduk aja,nanti biar umi yang buatin."
"Tapi,umi.."
"Udah gak apa-apa,semalam juga kamu umi suapin." ujar Ayra, Rama tersenyum malu lalu mengangguk dan duduk kembali.
"Makasih ya,umi.."
"Iya,putraku."
Ayra memindahkan nasi gorengnya ke piring porselen yang sudah disiapkan Erra. Piring berwarna putih berpolet biru yang Erra bilang sudah menjadi hak miliknya.
"Umi bikin nasi goreng buat Erra doang?" tanya Rama saat mendapati nasi goreng yang muat di satu piring saja.
"Mas Rama mau juga?" ucap Erra bersuara, gadis yang sudah memakai seragam sekolahnya itu duduk di kursi samping Rama. "Kalau mas mau,aku akan membaginya." tambah Erra, Rama menggeleng.
"Saya mau minum kopi saja." ucap Rama sembari memperlihatkan kopi yang disodorkan Ayra.
"Oh.. Ya udah aku makan dulu,ya.."
Erra pun mulai memakan nasi goreng yang dibuat Ayra,ia tampak lahap menikmatinya. Ayra yang melihatnya pun tak henti-hentinya mengulas senyum.
"Makannya pelan-pelan." ujar Rama yang diam-diam ikut memperhatikan. Erra mengangguk semangat. Lalu ia menyendokkan nasi goreng tersebut dan mengarahkannya ke Rama.
"Aaa.. Mas.. Jangan malu-malu!"
"Saya enggak ma-!"
Satu suapan masuk ke mulut Rama. Erra berseringai.
"Enak ya? Mau lagi?"
"Enggak ah,udah kamu aja yang makan!" ucap Rama sembari beranjak dari duduknya dengan mulut yang dipenuhi nasi goreng.
Erra dan Ayra terkekeh.
Rama menutup pintu kamarnya, ia melangkah ke arah jendela kamarnya yang menghadap langsung ke sebuah kamar di rumah Erra. Ia menyibak gorden berwarna hitam itu.
'Aku maklumi sikap Erra pada mas,tapi tetap saja hatiku tidak bisa berbohong kalau aku cemburu akan kedekatan mas Adam dengannya.'
'Hati manusia itu bisa kapan saja berubah,mas. Sekarang bisa saja mas Adam mencintaiku. Tapi,kita tidak tahu besok atau lusa pada siapa lagi cintamu itu berlabuh.'
Rama mengembuskan nafasnya, matanya terpejam mengingat ucapan-ucapan Nayara yang mengganggu pikirannya.
"Benar,perasaanku bisa kapan saja berubah." gumam Rama sembari membuka matanya, ia kemudian berbalik dan meraih handphonenya di nakas berniat menelepon Nayara.
Panggilan tersambung.
"Assalamualaikum, mas.."
"Wa'alaikumsalam warahmatullah. Nay,ada yang ingin aku katakan."
"Hm?"
"Saya sudah memikirkannya. Sebelum perasaanku memudar dan membuat kamu terluka,saya akan meminangmu. Setelah tangan kanan saya sembuh,saya akan menghadap orangtuamu."
"Tapi, kenapa harus menunggu sampai tangan mas Adam sembuh?"
"Bagaimana bisa saya mengikrarkan khitbahku,sementara saya harus memasangkan cincin di jari manismu?"
"Tidak perlu cincin di jari manis, mas. Khitbah yang kamu teguhkan atasku saja itu sudah cukup. Jika mas Adam memang bersungguh-sungguh ingin meminangku, segeralah datang dan temui abi dan umiku."
Rama terdiam sesaat. Benar,dia tidak perlu cincin untuk menjadikan Nayara sebagai miliknya. Namun tetap saja, sebagai seorang calon suami yang mencintai istrinya,Rama harus membelikannya cincin sebagai awal kebahagiaannya.
"Saya tetap ingin memasangkan cincin di jari manismu,Nay. Maka dari itu doakanlah kesembuhan atasku."
"Mas.."
"Nay,aku tutup dulu teleponnya. Titip salam buat abi, umimu. Assalamualaikum."
"Hm.. Wa'alaikumussalam warahmatullah."
Rama menutup teleponnya, ia kemudian memasukkan handphonenya ke dalam saku celananya dan melangkah ke arah pintu.
Cklek.
"Erra." panggil Rama saat Erra berdiri di depannya dengan nampan berisi segelas kopi. Gadis itu termenung, mematung.
"Mas mau melamar Nayara?" ucap Erra dengan dinginnya,wajahnya tanpa ekspresi.
"Hm.. Kenapa? Kamu mau dilamar juga?"
"Aku mau dilamar,tapi dilamar mas Rama." jawab Erra sembari melangkah masuk ke kamar Rama. "Sayangnya mas Rama lebih memilih untuk melamar Nayara. Benar,Nayara lebih baik daripada aku. Benarkan, mas?"
Erra menyimpan kopi yang dulu bawanya di atas meja kerja Rama,gadis itu berjalan ke arah jendela.
"Aku cuma embun yang akan hilang saat mentari datang. Aku cuma membuat pagimu dingin,sedangkan mentari mampu membuat harimu hangat." ucap Erra sembari memainkan embun di jendela Rama, gadis itu membentuk sebuah hati lalu kemudian ia mencoretnya dengan tanda silang.
"Hei! Ditanya malah ngelamun." ucap Rama kemudian, Erra tersadar dari lamunannya. Gadis itu kemudian menyodorkan kopi yang di bawanya.
"Ini kopinya belum di minum,mas." jawab Erra,Rama mengambil kopi tersebut. Erra tersenyum lalu ia menunduk dan berbalik, melangkah menuruni tangga.
Khayalan membutakan dunianya.
'Mas Rama akan melamar Nayara.'
Erra menghentikan langkahnya, ia terdiam sesaat.
'Jika benar hal itu terjadi, bagaimana dengan nasibku nanti? Aku rasa,aku memang belum mencintai mas Rama. Tapi, kenapa lamunanku meminta mas Rama untuk meminangku?'
"Erra apa yang sedang kamu lakukan,nak? Segeralah ke sekolah,ini sudah jam 06.45."
Erra tersadar saat mendengar suara Ayra di ruang tamu,lantas gadis itu melangkahkan kakinya kembali meski pikirannya kosong.
'Jika mas Rama benar-benar meminang Nayara,bagaimana dengan nasibku?'
"Erra,kamu kenapa nak?" tanya Ayra saat Erra sudah sampai di depannya. Erra termenung.
"Umi,apa Nayara itu calon istrinya mas Rama?" tanya Erra begitu saja, Ayra terdiam sejenak.
"Seandainya aku mengenal mas Rama lebih dulu sebelum Nayara, mungkin nantinya aku yang akan bersanding dengannya. Umi, aku berangkat sekolah dulu. Assalamualaikum."
Erra melangkahkan kakinya keluar rumah setelah mencium tangan Ayra dengan hormat, ia tidak berbalik untuk sekedar melambai ceria. Pikiran Ayra melambung,memikirkan apa yang dikatakan Erra barusan. Sungguh Ayra tidak menyangka jika akhirnya gadis tak berkerudung itu jatuh cinta pada anak sulungnya.
____
Selama jam pelajaran berlangsung,Erra hanya terdiam. Tak selera memperhatikan pelajaran. Bagaimana bisa ia fokus belajar,sementara pikirannya penuh dengan Rama. Rama. Rama.
"Ra!" Panggil Kathrine membuat Erra menoleh lesu.
"Apa?"
"Gue denger bakalan ada murid baru ke kelas kita,cowok,apa jangan-jangan murid baru kita itu si Kaisar mantan elo?" Ucap Kathrine yang langsung membuat Erra terdiam kembali.
'Gak mungkin!'
"Hei.. Hei.. Hei.. Mohon perhatiannya gengs,Pak Maman mau kemari bawa anak baru penghuni kelas kita!" Teriak Zaki membuat seisi kelas mengalihkan fokus padanya. "Jadi,gengs.. Lo tahu gak? Cowok ganteng yang tahun pertama pindah Sekolah? Si Kaisar bangsul uh lala." Lanjut Zaki,Erra dan Kathrine saling berpandangan.
"Si Kaisar yang NGEKHIANATIN si Erra,Zak?" Teriak Lutfi tak kalah keras,Erra menatap tajam ke arahnya dengan nafas turun naik.
"Itu kata khianat bisa gak sih jangan dipertegas?" Ucap Erra dengan kesalnya. Lutfi yang mendengarnya terkekeh.
"Cieee galon lo,Ra?"
"Sorry yah,gue udah move on dari zaman dulu juga." Sungut Erra,ia kemudian membalikkan tubuhnya. Bt.
"Selamat siang." Ucap seseorang,anak kelas 12 IPS 3 seketika menoleh ke ambang pintu.
Pak Maman,guru kurikulum itu melangkah masuk diikuti seorang siswa.
"Ra,itu beneran mantan lo?" Bisik Kathrine yang langsung menerima sikutan dari Erra. "Diem lo!"
"Tapi,Kaisar kok jadi kayak banci gitu ya?"
"Oke,saya minta perhatiannya sebentar. Disini saya akan memberitahu bahwa kelas kalian kedatangan teman baru,namanya Raden Kaisar Karl Arjuna. Mungkin sebelumnya kalian sudah mengetahui ya,karena waktu kelas 10 Kaisar ini pernah sekelas sama kalian. Gak perlu basa-basi,Raka ini kelas kamu,ini teman-teman dulu kamu,kalo kamu mau,kamu bileh memperkenalkan diri lagi." Ucap Pak Maman,suasana kelas 12 IPS 3 masih hening. Tak ada yang bersuara. Mereka masih bertanya-tanya bagaimana bisa cowok ganteng berubah jadi banci?
"Perasaan Kaisar yang aku kenal dulu itu ganteng deh,kok ini malah kayak mirip banci?" Bisik seseorang di bangku belakang.
"Mungkin karena pengaruh dunia luar jadi dia berubah kayak gitu." Saut yang lainnya.
"Gak nyangka gue,mantan si Erra jadi banci kayak gitu." Ucap Zaki dengan santainya,Erra menggeram.
"Kalau begitu,Raka kamu bisa duduk dimana saja. Asal kursinya kosong." Ucap Pak Maman,siswa yang dikenalkan Pak Maman bernama Kaisar itu masih diam di tempatnya. Membuat anak kelas 12 IPS 3 mengernyit heran.
"Apa jangan-jangan,selain banci dia juga budeg kali ya.."
"Maaf,Pak.. Kaisar asli ada disini." Ucap seseorang memecah keheningan,beberapa mata langsung tertuju ke ambang pintu. Dimana seorang siswa berwajah tampan dengan tubuh jangkungnya berdiri dengan kokohnya. Para siswi yang ada disana terpekik.
"Kyaaaaaaa.. Itu Kaisar asli woy." Teriak salah satu siswi di ruangan itu,mata Erra terbelalak. Bagaimana bisa?
"Kalo kamu Kaisar yang asli,ini siapa?" Tanya Pak Maman heran,Kaisar tersenyum ganteng membuat siswi-siswi berteriak histeris.
"Dia Maman,Pak" Ucap Kaisar sambil melangkahkan kakinya ke dekat Pak Maman.
"Maman itu nama saya,jangan macam-macam kamu!"
"Saya serius Pak,namanya Maman. Tadi saya nyuruh dia buat gantiin saya dulu,soalnya saya tadi ada urusan."
"Sok sibuk kamu!"
"Saya emang beneran sibuk kali,Pak.. Saya kan ada tugas suci." Kata Kaisar sambil melirik Erra yang menatapnya sengit.
"Tugas suci lambemu,nak."
"Hehe.. Kejutan,Pak.. Buat mantan pacar saya." Kaisar mengedipkan sebelah matanya ke arah Erra. Erra mendengus sambil memalingkan wajahnya.
"Ya sudah,terserahmu anak muda. Saya sibuk,silakan beradaptasi dengan teman-temanmu. Selamat siang!"
Pak Maman pergi,kericuhan pun terjadi.
"Kaisar,lo kok bisa ganteng banget sih? Sini foto dulu sama gue." Ucap Alika,bendahara di kelas Erra. Erra berdecih mendengarnya.
"Lo beneran gak bakal suka lagi sama si Kaisar?" Bisil Kathrine,Erra mempoutkan bibirnya kesal. "Gak akan!"
Cowok ganteng bernama Kaisar itu melangkah ke arah Erra. Dengan santai ia tersenyum.
"Ra,lo masih sama ya kayak dulu. Cantik. Pantes aja gue gak bisa move on dari lo."