webnovel

Bagian 8

Akhir pekan,Erra udah bermain-main di samping rumah. Ceritanya dia lagi ngelakonin hobby berkebunnya, menanam tomat sama cabe. Lumayan kan,bisa dipanen.

Lagi sibuk-sibuknya mindahin tanah ke pot,suara Rama sudah mengalihkan dunia kecilnya.

Rama lagi nyanyi lagu religi. Mana suaranya merdu banget.

Erra langsung memutar arah pandangnya, matanya langsung tertuju pada Rama yang sedang ngemandiin mobilnya.

Erra gak tahu Rama lagi nyanyi lagu apa,tapi yang pasti hatinya berdebar-debar. Meletup-letup.

"Obat hati,ada lima perkaranya... Yang pertama baca quran dan maknanya."

"Mas.. Aku bantuin ya."

Rama menengok sambil tersenyum manis,tangannya sudah melambai memberi instruksi kemari. Erra mendekat ke arahnya.

"Hidupku lebih berwarna kalo dekat-dekat sama mas. Bahagia banget bisa sama-sama terus bareng mas Rama."

"Kita bakalan bahagia dunia akhirat. Karena bisa bersama kamu juga,itu sudah termasuk kebahagiaan bagi saya."

"Ah.. Mas Rama."

Erra tersenyum sumringah saat mendengar kata rayuan yang keluar dari mulut Rama.

"Kamu kekasih hati saya, bidadari yang Allah ciptakan sebagai pelengkap hidup saya."

"Aku,sangat-sangat bersyukur."

"Saya lebih lebih bersyukur."

Rama menarik Erra ke arahnya, sampai-sampai gadis itu membentur dada bidangnya. Memeluknya dengan erat sembari merapalkan syukur.

Erra mengerjap.

Kemudian ia menampar pipinya beberapa kali. Ia sadar.

Ini cuma khayalannya.

Gak nyata.

Imajinasinya terlalu tinggi.

Buktinya Rama masih anteng nyiramin mobilnya,.

Huft.

Gini banget ya?

Erra melanjutkan acara menanam cabenya, sekarang energinya melemah gegara ngekhayalin mas Rama. Ia jadi lesu. Gak mood lagi.

Jadi dia memutuskan untuk beranjak. Mau sarapan. Kan ngekhayal juga butuh tenaga. Apalagi cairan sama nutrisi itu kebutuhan.

Tapi,bukan Erra kalo langsung kalah gitu aja. Dia tanpa ba-bi-bu melangkahkan kakinya ke arah Rama. Riang banget jalannya.

"Maaaaas.." panggil Erra pas sudah sampai di samping Rama. Dia mengambil duduk di teras, sedangkan Rama sibuk menyirami mobilnya.

"Mas udah sarapan?"

"Kebetulan belum."

"Emang umi Ayra kemana?"

"Umi lagi pulang dulu."

"Tangan mas masih sakit,kenapa malah digerakin buat ngemandiin mobil?"

"Kasian mobil saya sudah seminggu belum mandi."

"Segitunya sama mobil. Mas,aku ke dapur ya,buatin mas Rama sarapan."

"Emang bisa?" tanya Rama sambil menghentikan kegiatannya, ia menoleh ke arah Erra sebentar untuk memastikan.

"Bisa. Bisa memastikan kalau dapur mas acak-acakan hehe.. Tapi,buat mas apa sih yang enggak?" ucap Erra sembari menaik turunkan kedua alisnya. Rama terkekeh. Membuat Erra tersenyum haru,baru pertama kalinya ia melihat pria dingin ini terkekeh.

Rama sangat tampan.

"Ya udah terserah kamu aja. Dapur saya acak-acakan nanti beresin lagi. Kalau enggak,jan harap bisa datang ke rumah saya lagi."

"Siaaaaap kapten!"

Dengan semangat Erra melangkah ke dalam rumahnya Rama. Melesat ke dapur buat bereksperimen.

Erra membuka lemari es. Ia mengambil sayuran hijau,wortel,dan juga sosis. Lalu menyimpannya di atas meja.

Erra memotong sayuran hijau seukuran buku jarinya, sedangkan wortel dipotong kecil-kecil dengan sosis yang dipotong membulat seperti lingkaran.

Setelah itu, ia menyiapkan wajan. Mengatur apinya sedang,lalu ia menuangkan minyak ke dalamnya.

Yang dilakukan Erra terlebih dahulu adalah memasukkan sayur ke wajan, diikuti wortel dan sosis. Tak lama dari itu,barulah ia memasukkan nasi.

Goreng-goreng.

"Maaaaas... Mas Rama suka pake kecap gak nasi gorengnya?" teriak Erra dari dalam dapur.

"Saya lebih suka sama orangnya ketimbang makanannya." ujar Rama tepat di belakang Erra. Erra yang lagi fokus pun sampe nengok.

Etdah. Ini mah mas Ramanya deket banget. Apalagi ini di belakang sambil senyum manis lagi.

Erra terkesima.

Erra tak kuasa.

Allah.

Ada apa dengan jantung Erra?

Kenapa jantungnya berdegup sangat kencang?

Apalagi tadi,dia ngegombal. Udah. Erra pengen pingsan.

"Kenapa?" tanya Rama saat mendapati Erra tak bergeming.

"Mas kok lutut aku lemes ya?"

"Lutut kamu mau jadi puding kali.."

"Aduh.. Aduh... Apa jangan-jangan ini khayalan aku lagi?" ujar Erra sambil memegang kepalanya. Sakit juga kepalanya.

Penuh.

Dengan bayangan mas Rama.

Erra mundur perlahan, namun ia malah membentur dada bidangnya Rama. Sampe ia meringis. Rama menghela nafasnya tak sadar.

Hembusan nafas Rama lah yang menyadarkan Erra. Karena dengan cepat si gadis itu berbalik sampe ia berhadap-hadapan dengan Rama.

Erra mendongakkan kepalanya. Matanya menatap Rama yang lagi menatapnya juga.

Hati Erra berdebar.

Jantungnya marathon.

Bahkan sampai tak sadar bibirnya mengulas senyum.

'Mas Rama. Ini beneran mas Rama.'

Lama Erra terdiam.

Rama mencondongkan tubuhnya. Ia lantas mendekatkan wajahnya ke wajah Erra.

Ah.. Erra ingin sekali mendekapnya.

Fyuh!

Rama meniup Erra,sampai gadis itu kelilipan.

"Besok sekalian nikahin ya,biar romantis-romantisannya gak dosa."

"Eh..."

Skak mat! Rama.

"Ra.." panggil Rama pada Nayara,saat ia mendapati tunangannya berada tidak jauh darinya.

Rama mundur,ia berbalik menghadap tunangannya.

"Kenapa?"tanya Nayara dengan judesnya, Rama maju satu langkah.

"Aku kecewa sama kamu. Aku kira,kamu emang bener-bener sholeh,alim. Tapi,setelah apa yang aku lihat hari ini..... Apa?! Kamu bilang kamu gak mau perasaan kamu memudar dan melukai aku. Lalu, apa yang aku lihat barusan itu apa?." ujar Nayara dengan mata yang berkaca-kaca. Nayara melirik Erra dengan tajam.

"Mulai sekarang. Kita gak ada hubungan apa-apa!"

"Maira.. "

"Jangan panggil aku khumairah lagi,kalau ke gadis lain kamu suka ngelontarin kata-kata manis.." ujar Nayara. Dia rapuh dan marah disaat yang bersamaan.

Rama menatap calon tunangannya. Hatinya mencelos seketika. Kenapa....?

"Aku bisa jelasin."

"Gak usah, semuanya udah ngejelasin kalau kamu emang gak baik buat aku. Aku gak perlu pria tukang bohong kayak kamu." ujar Nayara, ia berbalik dan melangkah pergi. Rama menyusul dengan terburu.

"Aku bukan tukang tikung,kan?"

Erra ikut mengejar Rama. Jauh di lubuk hatinya, rasa berdebar-debar itu lenyap ketika melihat sosok berkerudung tadi melontarkan kata yang membuat Erra mengingat kejadian pagi itu. Saat Erra tak sengaja menguping perkataan Rama dan Nayara.

Erra benar-benar merasa bersalah.

Sungguh.

Di luar rumah,Rama menatap kepergian Nayara. Calon tunangannya sudah berlalu dengan mobilnya.

"Mas.. Aku.."

"Saya tidak mau tahu,kamu harus menjelaskan semuanya kepada Nayara."

"Kok aku? Apa yang harus aku jelaskan?"

"Lakuin aja kalo kamu masih pengen keluar masuk rumah saya."

Erra mencebik. Kemudian ia mengangguk pasrah.

-

Erra menghampiri Rama yang sedang terduduk lesu di depan rumah. Sendiri tiada yang menemani.

Setelah setengah jam yang lalu Rama selesai minta maaf sama Nayara bareng Erra. Dengan segala bujuk rayu akhirnya Nayara mau maafin Rama.

Clear semua masalah.

Namun ada yang tertinggal. Rama juga harus menyelesaikan masalahnya dengan Erra sekarang. Agar tidak ada lagi kesalah pahaman.

"Mas sendiri aja,enggak mau aku temenin?" tanya Erra sembari ikut mendudukan bokongnya di samping Rama. Rama hanya menoleh sekilas,itupun dengan wajah juteknya.

"Gak usah, saya sendiri aja." ujar Rama dengan ketusnya, Erra menarik nafas.

"Kalo sendiri aja entar disangka lagi uji nyali mas,aku temenin ya..?" bujuk Erra sambil menaik turunkan alisnya, Rama menghela nafasnya.

"Gak usah! Lebih baik kamu pulang. Saya lagi gak mau diganggu."

"Terus kalo mas gak mau diganggu, yang temenin aku siapa mas?" tanya Erra,tangannya udah mainin kerikil di bawah sepatunya.

"Tuh ketombe,udah pada setia di rambut kamu!"

"Ish.. Mas Rama mah nyebelin."

"Udah,..yang jomblo jangan ngeganggu orang yang mau tunangan." ujar Rama,Erra menghentikan tingkah bodohnya. Ia lalu mengalihkan pandangannya ke arah Rama yang sedang menatap lurus.

Lalu apa kata keluarga kedua di malam itu?

"Kenapa gitu???"

"Bikin pengap aja,. Udah ah,jaga jarak sekarang mah. Kasian calon tunangan saya nanti salah paham lagi." ujar Rama sambil bangkit dari duduknya. Erra mendongakkan kepalanya.

"Terus kalo jaga jarak, nasib aku gimana mas? Aku belum siap buat kehilangan mas Rama." ujar Erra ia tertunduk sedih.

"Ra, harusnya kamu itu sadar. Kalau saya itu udah gak sendiri lagi. Saya gak mau Nayara salah paham gara-gara saya dekat sama kamu. Tolong ngertiin saya ya." ujar Rama dengan pelan memberi pengertian, namun Erra masih belum mengerti dan juga menerima tentang ucapan pria di sampingnya.

Erra mengerutkan keningnya,perlahan-lahan senyum kecut terukir di wajah manisnya.

"Mas nyuruh aku ngejauh?" tanya Erra, Rama terdiam. Dia berkacak pinggang dengan mata yang entah menatap kemana.

Erra menggigit bibir bawahnya saat tak ada respon dari pria di sampingnya.

Lantas dengan cepat ia bangkit dari duduknya dan melangkah pergi. Berlari dan masuk ke rumahnya. Erra membanting pintu.

Rama mengusap wajahnya.

'Ini yang terbaik.' batin Rama. Ia pun dengan lemas masuk ke rumahnya.

Erra?

Dia nyungseb ke ranjang.

Baru aja jatuh cinta udah didepak aja..

"Kenapa takdir aku gini amat sih,ya Allah? Kenapa aku harus patah hati lagiiiiiii? Kenapa hiks??? Kenapa???!"

Erra memukul bantal di pangkuannya. Dengan histeris ia menangis tersedu-sedu.

"Mas Rama jahaaaaat!! Aku benci sama kamu, mas. Aku benci. Aku gak akan suka lagi sama kamu. Aku gak akan peduli, cinta, dan sayang lagi sama kamu,mas hiks..." ujar Erra di tengah tangisnya. Dengan brutal ia mengacak-acak spray dan juga isi bantalnya.

"Aaaaaaaaaa mas Rama.. Aku benci kamu,tapi aku sayang.. Hiks.. "

Drrtt Drrtt Drrtt

Getar handphonenya mengalihkan acara nangis bombay yang tadinya berjalan khidmat,sekarang harus mogok.

"Mas Rama video call? Ngapain sih tuh orang?!"

Erra menghapus sisa-sisa air matanya.

Miris sekali.

"Apa?!" tanya Erra memulai percakapan, terlihat di sebrang sana Rama sedang tersenyum.

"Ngapain senyam-senyum?"

"Lucu aja liat wajah kamu."

Kampret.

Erra mendingan melanjutkan nangisnya lagi kalo gini mah.

'Kenapa bisa-bisanya ada cowok senyebelin mas Rama sih?'

"Apa sih... Gak ada yang lucu tau gak!"

"Ada,buktinya sekarang saya senyum."

"Mas dapet nomor wa aku darimana?"

"Dari kamu.."

"Gak jelas!"

"Maaf ya.. Saya gak bermaksud bikin kamu nangis,"

"Udahlah mas, kalo sekiranya cuma bikin nambah luka. Lebih baik mas gak perlu repot-repot ngehubungin aku. Buang-buang tenaga aja.."

"Ra,enggak kayak gitu maksud saya."

"Terus maksudnya gimana?"

"Kamu gak perlu ngejauh. Kamu cuma perlu jaga jarak aja."

"Tapi,aku gak bisa massss."

"Ya sudah,lupain saya."

"Mas.."

"Saya tidak ingin menambah luka di hati kamu."

"Mas kok gitu? Tadi mas nyuruh aku buat gak ngejauh, tapi sekarang apa? Mas malah nyuruh aku ngelupain mas... Dasar lelaki buaya,kampret.. Aku benci sama kamu."

Prak!!

Erra melempar handphonenya begitu saja, ia dengan nafas yang tersengal melanjutkan nangisnya. Mengenaskan.

Tamat sudah kisah cintanya. Padahal Erra baru saja ingin menumbuhkan cinta yang baru. Tapi,kenapa harus kandas begitu cepat??

"MAS RAMA AKU BENCI KAMU!!!" Teriak Erra dengan menggebu, lantas ia mengobrak-abrik seisi kamarnya seperti orang kerusakan.