webnovel

Bagian 18

Erra menggelar sejadah, gadis itu lantas memakai mukenanya lalu memulai sholatnya.

Suasana di kamarnya tampak lumayan gelap, hanya lampu temaram yang menyinari kamarnya. Bahkan seberkas cahaya pun menerobos masuk lewat ventilasi jendela. Angin sepoi-sepoi berhembus.

"Assalamualaikum warahmatullah.. Assalamualaikum warahmatullah.." Erra mengucap salam, mengakhiri shalat tahajud-cerita-nya. Ia menengadahkan kedua tangannya, dengan mulut yang mengucapkan untaian kata yang menjadi harap dan doanya..

"Ya Allah.."

"Lagi sholat apa,Kamu?"

Erra yang baru saja memulai doanya sontak menengok, di belakangnya sudah ada Maia yang tengah duduk santai di ranjang miliknya.

"Mamih.." ucap Erra, gadis itu lantas bangkit dan menghadap ke arah Maia.

"Kamu lagi sholat apa? Sholat dhuha?" tanya Maia yang langsung membuat Erra mengerutkan kening.

"Ya kali sholat dhuha,Erra baru aja sholat tahajud mamih.. Mamih juga tumbenan bangun jam segini. Haha.."

Erra lantas membuka mukenanya. Sedangkan Maia hanya bisa mengembuskan nafasnya pasrah. Anak semata wayangnya ini memang harus diajarin urusan agama.

"Ceritanya pengen nikung Rama di sepertiga malam,sepertiga malam apanya? Sekarang udah jam setengah tujuh,Rara.." ujar Maia tak habis pikir dengan tingkah putri semata wayangnya.

"Setengah tujuh?" lantas Erra beringsut membuka gorden jendela kamarnya, matanya terbelalak, lututnya melemas.

"Sok-sok an mau nikung di sepertiga malam,bangun subuh aja masih sering kelewatan. Dasar gue." gumam Erra sembari memukul-mukul kepalanya.

"Makanya benerin niat dulu,pahami ilmu agama. Biar enggak salah waktu kek gini.." ujar Maia menasihati, Erra menghela nafas. Lalu ia menepuk jidatnya.

"Mih,hari ini aku sekolah."

"Kenapa enggak siap-siap? Buruan mandi,entar dihukum pak Rohim lagi." ujar Maia,Erra melangkah. Bukan melangkah ke kamar mandi, tapi ia malah melangkah ke arah Maia. Ia menjatuhkan tubuhnya ke ranjang. "Lah.. Malah rebahan."

"Mih,mas Rama itu udah punya tunangan lho." ujar Erra sembari menatap langit-langit kamarnya, Maia yang mendengarnya menatap putrinya sedikit iba.

"Lalu rencanamu apa?"

"Aku pengen ngejauhin mas Rama, tapi aku gak bisa. Aku udah coba, tapi akhirnya aku gagal dan kembali lagi menemuinya. Aku gak tahu gimana kelanjutan kisah cintaku pada mas Rama."

"Lebay deh! Udah buruan mandi!"

Erra mengerucutkan bibirnya,ia menatap mamihnya. Maia terkekeh lalu ia mengusak surai putrinya. Sekedar memberi pereda untuk putrinya.

"Anaknya lagi curhat,bukannya dikasih jalan ini malah disuruh mandi" ujar Erra,gadis itu lantas bangkit dari tidurnya. Ia menatap Maia,namun perlahan-lahan tatapannya berubah sendu..

Air mata jatuh dari kelopak matanya. Satu persatu. Dan berubah menjadi puluha,ratusan. Erra menangis.

Maia merangkul putrinya, wanita setengah baya itu membawa Erra ke dalam pelukannya. Mengusap punggungnya sayang.

"Mamih tau kamu rapuh,kamu bingung dengan langkah kamu. Tapi,ikuti saja kata hatimu. Karena itu adalah langkah akhir dari keputusanmu." ujar Maia,matanya tak lepas dari air yang menggenang di pelupuk matanya.

"Erra memang suka sama mas Rama,mungkin sayang atau malah cinta. Tapi,Erra gak mau sampai ngerusak pertunangannya dengan Nayara. Erra gak tahu harus gimana mih,Erra gak mau kehilangan mas Rama. Tapi,Erra.. Erra hiks.. Erra juga.. "

"Sshht.. Kamu yang tegar ya,mamih yakin kamu punya keputusan sendiri."

"Erra udah terlanjur cinta sama mas Rama. Erra pengen jadi pendamping hidup mas Rama. Tapi,kenapa harus ada Nayara yang lebih dulu memiliki mas Rama? Hiks.. Kenapa?!"ujar Erra dengan histerisnya, tangannya meremas spraynya dengan kuat.

"Hei.. Hei.. Sadar,Ra,sadar,sayang."

"Kenapa Allah harus mempertemukan aku dengan mas Rama jika akhirnya Ia memiliki kehendak lain? Hiks.. Allah,aku tidak tahu alur cerita yang Kau buat untukku."

"Sstt.. Udah jangan nangis lagi. Ada bingkisan di ruang tengah dari mantan mantu." Ucap Maia sembari bangkit dari duduknya,wanita setengah baya utu melenggang pergi. Erra berjengit,cepat-cepat menghapus air matanya.

"Bingkisan dari mantan mantu? Mih,siapa?" Erra beranjak,dengan semangat ia mengejar Maia. Penasaran. "Dari siapa,mih."

"Liat aja sana isinya apa. Mana mamih dibawain juga lagi. Ah.. Nyesel kamu,Ra."

Sesampainya di ruang tengah Erra beringsut melihat bingkisan yang tergeletak di meja. Paper bag besar berwarna pink. Keningnya berkerut.

"Ini.."

"Iya,semalam Kai datang ke rumah. Cukup lama nungguin kamu keluar dari rumah Rama,sampe dia mutusin pulang gara-gara setengah jam nunggu." Maia menyendarkan punggungnya ke sofa,dengan santai menyeruput jusnya.

"Kok,kok bisa?"

"Ya gak tahulah,mungkin dia masih cinta sama kamu."

"Tapi,dia udah nyelingkuhin aku mih."

"Ya itu tergantung kamu,mau pilih Rama apa Kaisar."

Erra mendengus. Ia bangkit dari duduknya.

"Aku mau mandi."

"Yang wangi,biar guru ganteng ke sem-sem."

"Aish.."

-

Terlambat.

Erra mengusap peluhnya, 8 kali sudah ia mengelilingi lapangan. Lelah ternyata. Baju seragamnya sudah dipenuhi peluhnya, sampai menampakkan tank top warna hitamnya.

Erra meringis. Bisa mati ditelanjangi kalau begini caranya. Lantas ia memilih berteduh di bawah pohon dekat perkiran.

"Halah.. Gue balik aja kali ya?" gumam Erra sembari memperhatikan bajunya yang kian melekat dengan tubuhnya.sexy.

Meskipun tubuhnya rata gak keliatan bentuknya,ya tetep aja pandangan lelaki mah emang mata keranjang. Mau rata apa enggak juga bakalan kena goda. Apalagi dengan kondisi Erra saat ini,subhanallah maka mereka akan berkata dan melemparkan godaan yang membisingkan telinga.

Erra melihat jam di pergelangan tangannya.

08.55 WIB

"Aish.. Allah suka banget nguji gue mulu." ujar Erra, lantas ia memutuskan untuk mengambil langkah.

Erra berjalan sambil memeluk tasnya -gadis itu ternyata memiliki rasa malu juga:v takut-takut ada yang ngeliat bagian depannya kkkk.. Erra juga masih punya rasa malu. Ya meskipun kebanyakannya malu-maluin.

"Pagi-pagi,udah bikin mata orang kelayapan aja neng.." ujar seseorang, Erra yang mendengarnya menoleh namun matanya lebih dulu melihat pada sesuatu yang sekarang menutupi tubuhnya. Sebuah mantel berwarna cream kini tersampir rapi. Erra menoleh, lalu ia mendongak.

"Mas Adnan.."

"Jaga tubuh kamu baik-baik ya." ujar Adnan, laki-laki berbadan jangkung yang menenteng paper bag itu melangkah mendahului Erra. Punggung kokohnya membuat Erra tertegun. Sosok itu,selalu saja membuat hatinya bergetar.

Erra mendengus,sembari melekatkan mantelnya ke tubuh rampingnya.

"Berasa main drama korea."gumam gadis itu,lantas ia melanjutkan langkahnya, tatapannya tak lepas dari pria tampan yang kini tengah melangkah beberapa meter darinya. Ayolah,gadis mana yang tidak baper kalau diperlakukan manis seperti ini?

"Aaaaaaaaaa.. Gebetan gue nambah lagi!" jerit Erra berbunga-bunga,lantas ia mengambil langkah seribu. Bergegas menuju kelasnya.

Di kejauhan, Adnan menengokan kepalanya. Ia mengulas senyum melihat Erra dengan tingkah pecicilannya.

Pria tinggi itu melanjutkan langkahnya dengan membawa paer bag kosong.

'Bu Kay,kadonya saya pinjem dulu. Insyaa Allah sore ini saya ganti.' Batin Adnan,ia mengelus senyum paksa dan akhirnya sampai di ruangannya.