webnovel

Bagian 17

"Mas,haus nih." ujar Erra disela-sela mengerjakan tugasnya. Tadi,jam setengah delapan dia dengan mental baja ngetuk pintu rumahnya Rama. Itupun karena alasan PR matematikanya. Padahal ya,Rama itu guru bahasa Indonesia. Tapi,apalah daya siapa tahu aja Rama tuh pinter Mtk dan mau ngebantuin Erra buat ngerjain PRnya.

"Ya,ambil aja kali."

"Di kulkas mas?"

"Iya,sekalian bawain saya juga. Saya haus pengen minum jus."

Erra mencebik,dengan malas ia beranjak dari duduknya. Di dapur,niatnya pengen ambil minum. Tapi,pas liat isi kulkas Rama ada berbagai macam makanan ringan,hawa makannya pun meningkat.

Seringaian licik terlukis di wajahnya.

Lantas, Erra mengambil 3 buah ciki berukuran besar,sebuah apel,2 buah donut,dan sebotol jus. Erra tersenyum kemenangan. Salah siapa nganggurin makanan(?) daripada mubadzir,yee kannn..

"Mas,aku ngambil ini ya.." ujar Erra saat sampai di ruang tamu,Rama yang sedang fokus memeriksa buku-buku murid pun menoleh. Slow motion awalnya,setelah sadar ia terbelalak.

"Ya Nabiii.."

"Mubadzir mas,daripada didiemin di kulkas. Mending aku makan,iya kaaaannn.. Iya kaaaannn??" ujar Erra sambil menaik turunkan kedua alisnya.

Rama tertohok. Ia kemudian menghela nafas akhirnya.

"Kamu niat kesini itu buat ngerjain PR,atau ngabisin waktu dan makanan saya?"

"Ceritanya mas gak ikhlas..."

Erra menyimpan makanan yang berada di pelukannya ke meja,ia mendengus lalu ia mendudukan bokongnya. Erra menopang dagu, menatap Rama dengan tatapan yang minta dikasihani.

"Ok. Terserah.."

"Gitu dong mas,ya udah aku makan dulu yaa."

"E..E..E... Kerjain dulu PR nya,habis itu baru makan."

"Sambil makan yaaa,ngerjain tugasnya."

"Gak boleh. Ngerjain tugas dulu,baru makan."

"Massss.."

"Enggak!"

"Mas Rama.."

"Tugas dulu baru makan."

"Massss.."

"Masa bodo!" ujar Rama akhirnya,ia lantas bangkit dari duduknya. Erra mendongak.

"Mau kemana mas?"

"Kepo!"

Rama melenggang pergi, ia menaiki tangga entah mau apa. Sedangkan Erra hanya mengendikan bahunya acuh. Yang penting ia bisa makan.

Lagi pula ia kesini untuk mengerjakan tugas, bukan untuk mendekati ataupun menjalin hubungan lagi dengan Rama.

"Gue gak peduli."gumam Erra. Ia pun membuka satu persatu ciki yang dibawanya, menghabiskannya tanpa sisa. Yang penting perutnya terisi. Lagi pula Rama tidak akan miskin dan kelaparan hanya karena Erra menghabiskan isi kulkasnya.

Rama kembali ke ruang tamu. Ia menggelengkan kepalanya tatkala melihat Erra yang tengah tertidur pulas.

Rama mengulas senyum.

Erra Oh Erra, tak ingatkah kamu tempo hari lalu? Saat dimana kamu meluapkan kekesalanmu? Mengatakan jika kamu sedang belajar mengikhlaskan Rama. Ternyata itu hanya omong kosong. Buktinya kamu kembali hanya karena tingkah manis Rama tadi sore.

Yang dikatakan Rama memang benar, kalau cewek itu munafik. Lain dimulut lain di hati.

Rama mengambil duduk. Ia lantas mengeluarkan handphone dari saku trainingnya lalu mengambil gambar gadis yang tertidur pulas itu.

Rama tersenyum dengan hasil fotonya. Erra sangat manis jika sedang tertidur. Rama jadi gemas melihatnya. Astaghfirullah.

Rama menggelengkan kepalanya,ia lantas membereskan buku-buku milik Erra. Sebenarnya, tangan kanan Rama sudah sembuh. Sudah baik-baik saja. Hanya saja ia berpura-pura mengatakan bahwa tangannya sakit kembali agar Erra tak lagi marah dan bisa bersikap seperti biasanya.

Maafkan kebohongan Rama ya Allah..

Hm.. Lagi pula, Rama sudah menganggap Erra sebagai adiknya sendiri.

Ya, adik yang perlu Rama lindungi.

Rama menggoyangkan bahu Erra pelan.

"Ra, bangun." ucap Rama dengan suara lembutnya, Erra masih saja memejamkan matanya. Rama kembali menggoyangkan bahu Erra.

Erra membuka mata. Ia menatap sayu Rama.

"Aku sayang mas Rama." ucap Erra, matanya terpejam kembali. Mungkin Erra hanya menggumam.

Rama terdiam, pandangannya memicing.

'aku sayang mas Rama.'

"Astaghfirullah.."

Rama lantas menggoyangkan kembali bahu Erra.

"Ra, bangun! Kamu harus pulang!"

"Aku ngantuk, pulangnya nanti aja." gumam Erra, matanya masih terpejam. Rama mengusap wajahnya. Harus bagaimana lagi ia membangunkan anak tetangganya ini?

"Ra, bangun. Kamu harus pulang."

"Aku sayang mas Rama."

__

Tepat pukul 10 malam,Rama memarkirkan mobilnya. Ia baru saja pulang dari acara reuni SMA nya. Aduhai,. Yang tinggal wacana bagaimana?

Rama membuka knop pintu rumahnya, ia mengerutkan keningnya. Lampu rumahnya nyala,padahal tadikan..

"Astaghfirullah Erra." Rama bergegas mencari batang hidung anak tetangganya,dimanakah gerangan berada?

Di ruang tamu,tak ada.

Di ruang tv,tak ada.

Di toilet, tak ada.

Lantas Rama menaiki tangga untuk memeriksanya di lantai dua.

Tak ada juga.

Jadi,dimanakah Erra berada?

Rama membuka setiap bilik pintu kamarnya.

Semuanya masih rapi.

Tak ada Erra.

Apa mungkin,..

Erra pulang lewat jendela?

"Huh.. Mungkin dia pulang lewat jendela." ujar Rama sembari mengusap dadanya. Jika memang begitu adanya,ia tak perlu khawatir memikirkannya. Toh,Erra memang gadis yang tak disangka-sangka kedatangan dan kepergiannya.

Rama kembali menuruni tangga rumahnya. Ia ingin memastikan sesuatu. Kakinya melangkah ke ruang tengah. Setelahnya Rama mengerutkan keningnya saat ada buku milik Erra yang masih berada di atas meja lengkap dengan kotak pensil,

Dan..

Handphone berwarna silver miliknya.

Erra masih berada di rumahnya.

Tetapi,dimana ia?

Apa Erra ada di gudang?

Tapi,sedang apa?

Jangan-jangan..

Erra berada di atas genting,karena ia sedang membenarkan genting yang bocor.

Etdah.. Mana mungkin! Apalagi sekarang sudah malam kan?

Sungguh mustahil.

Rama tampak berfikir keras. Apa ia datang saja ke rumahnya untuk memastikan?

Tapi,..

Entar kalo Erra nya di rumah,ia bisa-bisa kegeeran lagi karena Rama datang ke rumahnya malem-malem.

Daripada pusing memikirkan keberadaan gadis itu,Rama memilih untuk mengambil air minum. Mungkin sedikit teh bisa menjernihkan pikirannya.

Tap Tap Tap

"Mas Rama udah pulang?"

Rama berhenti melangkah. Ia berbalik, dan mendapati seorang gadis dengan rambut terikat asal. Apalagi..

Tunggu!

Rama seperti mengenal kaos yang dipakai gadis itu.

"Mas maaf lancang. Aku pinjem baju sama kamar mandi mas." ujar Erra sambil menundukan kepalanya,suaranya pelan membuat Rama yang tadinya ingin marah menjadi enggan.

"Kenapa?"

"Anu mas."

"Anu apa?"

"Maaf."

"Ya. . Ya.. Tadinya saya ingin marah,tapi setelah mendengar nada bicaramu saya jadi enggan." ucap Rama,Erra mendongak. Seketika wajahnya mengulas senyum.

"Mas.."

"Jadi,boleh kamu ceritakan bagaimana bisa kamu memakai baju saya?" tanya Rama, ia bersidekap membuat Erra menciut.

"Aku mimisan."

"Terus..?"

"Terus kena baju aku."

Rama membuang nafas, ia mengurut pelipisnya. Kenapa ia bisa kenal dengan gadis yang sopan santunnya kurang?

Ayolah, Rama bukan laki-laki yang ada didrama yang dengan baik hatinya meminjamkan seorang gadis sebuah pakaian.

"Ahh.. Lebih baik sekarang mas ke dapur. Aku sudah membuatkan mas makan malam lho." ujar Erra mengalihkan pembicaraan,lantas ia melangkahkan kakinya ke dapur. Tentunya diikuti Rama.

Di meja makan, sudah tersedia semangkuk soup, perkedel, dan juga nasi. Menu makan malam sederhana, tapi cukup membuat Rama tersenyum bangga.

Apalagi,semua ini???

Rama melirik Erra yang tengah menarik kursi untuknya.

Beginikah rasanya jika ia memiliki seorang istri?

Astagfirullah.. Rama. Sadar,Rama,sadar!

Rama mengerjap. Dalam hati ia beristighfar. Hampir saja..

"Kamu yang masak semua ini?" tanya Rama, Erra mengangguk.

"Duduk mas. Aku ambilin nasinya ya."

"Biar saya saja. Omong-omong, terimakasih."

"Iya,mas.. Sama-sama."

"Kamu gak pulang?" tanya Rama disela-sela mengalihkan nasi ke piringnya. Erra nyengir kuda.

"Enggak, aku pulangnya besok aja."

"Ra..."

"Hehe.. Iya, iya. Tadinya pengen nemenin mas sampai habis makannya. Tapi,karena mas ngusir aku,ku pamit pulang aja ya.."

"Bukan ngusir,tapi gak enak sama tetangga. Kamu kan perempuan, masa keluar dari rumah laki-laki sampe sebegini malamnya.."

"Hehe.. Iya mas,entar kalo udah makan. Jangan lupa cuci piringnya." ujar Erra,Rama menghentikan acara makannya. Laki-laki itu menoleh,ia menyandarkan punggungnya ke punggung kursi sembari matanya menatap Erra.

"Saya bingung dengan sikap kamu. Pagi... Sukanya marah-marah,siang... hobbynya manja-manja,eh malem-malem begini jadi kek istri aja. Berasa jadi suami kalo gini caranya. Bisa gak sih kamu tuh dalam satu karakter saja,jangan bikin saya bingung begini?!"

"Hehe.. Daripada tambah bingung,aku pulang aja ya mas.. Assalamualaikum."

"Hm.. Wa'alaikumussalam."

Erra melangkahkan kakinya meninggalkan Rama. Meski lelah,ia tetap bahagia. Karena mas Ramanya mau memakan masakannya. Apalagi saat melihat reaksi dan tutur katanya.

Ya Allah.. Syahdu banget liatnya. Erra jadi gak sabar dinikahi mas Ramanya.

Gini ya rasanya nyiapin makan malem buat orang yang disayang?

Kedatangannya ditungu-tunggu. Asyeeek..

Apalagi nih ya,liat wajah Rama yang adem ayem nikmatin masakan Erra. Adudududu.. Berasa mau terbang.

'Nayara.'

Namun lagi-lagi kenyataan harus menyadarkannya.

Ayolahhh... Rama sudah mau bertunangan. Sebentar lagi ia akan menikah dengan seseorang yang dia sayang. Yang dia cintai sampai mati,mungkin.

Erra tertunduk. Ia sadar,yang ia lakukan itu salah. Berharap Rama melihatnya itu salah. Ia tak akan mampu. Apalagi sampai berfikiran merebut Rama dari Nayara..

Pastinya sungguh Erra tidak tahu malu.

Tapi,ia menikmati setiap saat bersama Rama. Rasanya Erra ingin sedih.

"Seharusnya aku menjauh,bukannya malah mendekat seperti ini. Kenapa cintaku bisa mengalahkan egoku sendiri?"

Erra menghentak-hentakkan kakinya beberapa kali saat ia sudah sampai di depan pintu rumahnya. Ayolah, ia menyesali kebodohannya. Memikirkannya saja membuat kepalanya nyut-nyutan.

Tapiiiiiiii...!!

"Fix,aku harus nikung mas Rama kalo gini jadinya." ujar Erra dengan sungguh-sungguh saat membuka pintu rumahnya. Ya, ia harus tikung Rama bagaimana pun caranya. Tak ada cara lain!

"Nikung di sepertiga malam. Bener! Aku harus bangun dini hari buat sholat tahajud." ucap Erra dengan penuh tekad. "

"Mas Rama boleh aja tunangan sama Nayara, tapi keduanya kan belum tentu jodoh. Siapa tahu yang akhirnya bersanding dengan mas Rama itu aku.. Ahahahahah... Astaghfirullah. Gue nyeremin banget."