webnovel

Bagian 19

Selama jam pelajaran,siswi berkuncir kuda itu tidak henti-hentinya untuk tersenyum. Dia bahkan menyangga dagunya dengan pikiran melambung membayangkan pria yang beberapa saat lalu memasangkan mantel padanya.

Karena malu,ia membenamkan wajah meronanya pada lipatan tangannya. Rasanya seperti banyak kupu-kupu berterbangan di perutnya,menggelitiknya sampai ia ingin berteriak kesenangan.

"Erra Nevada,bisakah kamu menjelaskan ulang materi yang baru saja saya sampaikan?"

Karena mendengar namanya dipanggil,sontak ia mengangkat kepalanya. Erra,tanpa tahu malu menampilkan deretan gigi rapinya.

"Maaf bu,saya belum paham." Ujar Erra,guru matematika berambut sebahu itu membuang nafasnya. Lalu beralih ke mejanya.

"Angkat kaki dari kelas saya!"

"Tapi,bu."

"Tiga..."

"Sa-saya akan keluar,bu."

Erra bergegas dari kursinya,lalu dengan nafas kasar ia pun keluar dari kelas. Sungguh hari yang menyebalkan.

Erra menjejakkan kakinya tak tentu arah. Mana udah capek kesiangan,ini ditambah lagi dikeluarin dari kelas. Ia lantas berhenti melangkah dengan poutan bibirnya.

Berjongkok di koridor. Nafasnya pelan,raut wajahnya berubah.

"Ah.. Hariku.." Ucapnya pelan,ia lantas menundukkan kepalanya,menjambak rambutnya frustasi. "Aku malas sekali,hiks."

Tak terasa air matanya jatuh juga. Erra berdiri,lalu melangkah dengan lunglai. Entahlah.. Rasanya,rasanya.. ada yang aneh. Erra tidak tahu.

Lagi-lagi,air matanya jatuh.

Tapi,Erra tidak tahu kenapa.

Kakinya melangkah rapuh,kepalanya tertunduk. Bahkan pandangannya pun serasa memburam. Tepat saat kakinya berpijak hendak menuruni tangga,seketika semuanya menjadi gelap.

"Erra!"

Tubuh lemasnya tergelincir.

"Erra!"

"Erra,sadarlah."

"Uks,pak. Uks!"

Siswa-siswi berkerumun. Sampai sesaat kemudian dia dibopong.

-

Erra mengerjap,matanya masih terlihat sayu. Lantas ia mengedarkan pandangannya. Netranya menangkap seseorang yang tengah tertidur di sofa.

Ruangan ini serba putih.

"Aku dimana?" Gumam Erra akhirnya,ia menggerakkan tangan kanannya. Lalu mendapati sebuah infusan terpasang di tangannya. Erra mengembuskan nafas lemah.

Erra melirik kembali ke sosok yang sedang terlelap itu. Ia terlihat begitu damai. Sosok yang tengah tertidur di sofa itu bergerak,lantas cepat-cepat Erra memejamkan kembali matanya.

Lama tak ada suara,Erra pun membuka matanya sedikit. Pria yang tengah duduk di sofa itu ternyata sedang sibuk dengan smartphonenya

Erra kembali memejamkan matanya,ia tak berniat membuka mata. Jika pun ia mau,ia masih bingung dengan kalimat apa yang harus diucapkannya. Dan mungkin pura-pura tertidur untuk beberapa saat adalah jalan satu-satunya.

"Mau sampai kapan kamu pura-pura tidur?"

Deg.

Rama,sosok yang tengah duduk di sofa itu bangkit. Ia melangkah ke arah Erra yang terbaring di bed.

"Hei."

Rama mengguncangkan tubuh Erra menggunakan smartphonenya. Karena tak tahan,Erra pun membuka matanya. Tersenyum,menampilkan deretan gigi rapinya ke arah Rama.

Tuk!

"Awh.. Sakit,mas." Ringis Erra tatkala keningnya digetok menggunakan smartphone milik pria itu. Rama kembali duduk dengan tenang,tanpa menyimpan dendam.

Erra menoleh.

"Mas,kenapa aku bisa ada di sini?"

"Kamu kehabisan obat,jadi dibawa ke sini."

"Mas,aku serius."

"Kamu masih Sekolah,belum cukup umur untuk saya seriusin."

"Ih.. Siapa juga yang minta diseriusin!"

"Nah loh.."

"Ih.. Mas Ramaa."

"Apa?"

Erra terdiam sesaat,ia mengerutkan keningnya.

"Mas." Ucap Erra sembari mengubah posisi tidurnya menjadi duduk,ia menatap lekat pria yang sedang sibuk dengan smartphonenya.

"Mas Rama." Panggil Erra kemudian,Rama bergeming. Lalu memandang Erra tanda tanya.

"Yang nangkap aku saat jatuh di tangga itu siapa?"

Rama terdiam. Lalu memalingkan wajahnya ke samping.

"Mas Ramaaa." Panggil Erra kembali,Rama berdehem. Ia kemudian menatap Erra sembaru beranjak dari duduknya.

"Adnan."

"Oh.. Kirain mas Rama. Hm.. Lalu sekarang mas Adnan nya mana?"

"Di Sekolah. Lebih baik kamu istirahat."

"Aku baru aja bangun,kenapa disuruh istirahat lagi?"

"Kamu berisik." Ucap Rama sembari melangkah ke arah pintu. Melihat hal itu,Erra pun kembali bersuara.

"Mas mau,kemana?"

"Nyari makan." Ucap Rama sembari keluar. Erra merengut. Ia takut jika harus ditinggalkan sendirian. Lantas Erra kembali bersuara. Namun kali ini,dengan meninggikan volume suaranya.

"Mas Ramaaa.. Hweee." Erra menangis dengan kencangnya,Rama yang baru beberapa langkah berjalan pun buru-buru kembali ke ruangan Erra.

"Kamu kenapa lagi?" Tanya Rama gusar. Erra mengusap air matanya sembari terisak. Rama yang melihatnya pun,seketika menghembuskan nafasnya. "Kenapa?" Imbuhnya lagi,suaranya berubah lembut.

Erra mendongak.

"Jangan pergi." Ucapnya memohon,Rama memijat pangkal hidungnya. Tak mengerti dengan sikap gadis ini.

"Saya mau cari makan,Ra. Laper."

"Aku ikut!"

"Kamu lagi sakit. Mending rebahan aja,sementara itu saya pergi ke kantin." Ucap Rama,Erra menggeleng keras. Gadis itu lantas memegang lengan Rama dengan kuat.

"Jangan tinggalin aku,mas. Aku takut."

Ucap Erra,matanya berkaca-kaca. "Aku takut sendirian,aku takut hiks.."

"Ya sudah.. Saya tidak akan pergi. Jadi,tolong lepaskan tanganmu dari lengan saya!"

"Ta-tapi.."

"Saya tidak akan lari,Erra."

Erra pun menarik kedua tangannya,ia memperhatikan Rama yang hendak duduk kembali.

"Mas.."

"Hm.."

"Aku mau pulang."

"Kata dokter,kamu harus dirawat. Jadi,tunggu aja sampai dokter ngebolehin kamu pulang."

Erra merengut.

"Aku gak betah tinggal di sini. Aku mau pulang aja."

"Kamu belum sembuh total,Ra."

"Huft.. Mas,mas Rama udah ngabarin mamih?" Tanya Erra,kini suaranya terdengar antusias. Rama terdiam sejenak. Melihat hal itu,senyum di wajah Erra pun memudar. Erra seketika faham

"Sudah.. Beliau bilang,ia tidak bisa datang saat ini juga. Ada rapat penting dengan klien,kemungkinan ia akan kesini saat malam tiba."

"Oh.."

Benarkan dugaannya.

Erra mengangguk lemas,lalu membaringkan tubuhnya kembali.

Air matanya kembali jatuh.

'Erra takut,mih.'