Selamat membaca
°•°•°
Aku langsung mengabari Sean. Beruntung, dia mengatakan kalau masih ada di coffee shop dekat sini bersama Nino. Papa sendiri, sudah membopong Mama. Papa bilang, akan mencari rumah sakit terdekat.
Mengingat kalau akhir-akhir ini, Diya mengatakan Mama sering kali mudah kelelahan. Diya kini tengah berusaha meredam emosinya untuk tidak menyalahkan Papa. Karena setelah Mama tidak sadar, saudariku itu terus marah-marah.
"Nino sama Sean naik mobilnya Sean," kataku memecah kesepian. Mau bagaimana lagi? Para karyawan resto ini sedang sibuk di belakang.
"Kamu maunya, aku nyetir? biar kita berdua naik mobil Nino, gitu?" tanyanya menerka-nerka.
"Nggak juga sih... aku tau kalo kamu masih emosi."
"Aku juga nggak bakal mau kalo kamu yang nyetir," katanya sebelum bangkit. "Tunggu mereka di bangku depan," usulan Diya yang terdengar bagai suruhan.
在webnovel.com支援您喜歡的作者與譯者