webnovel

Another World I Be Here

Sihir? Itu suatu hal yang sangat hebat dan melebihi dari imajinasi setiap manusia. Akan tetapi, itu akan menjadi petaka bagi seorang manusia yang mengalami kecacatan berupa tidak memiliki energi sihir sedikit pun. Seorang pemuda yang memiliki kepribadian unik, mencoba bertahan hidup di dunia yang penuh sihir ini. Apakah dia akan menemukan apa yang ia cari selama ini, kehidupannya yang bermakna? seorang laki-laki yang berjuang dalam kehidupan pedihnya, membuatnya selalu melindungi orang-orang yang ia sayangi. Dirinya yang selalu percaya kepada rekannya akan membuat dunia yang luas ini terguncang hebat. Seorang anak laki-laki SMA kelas dua, memperjuangkan apa yang ingin ia lindungi. Cerita ini berisikan hal-hal manis dan bisa saja gula darah anda naik :v Pantau terus Cerita saya :v Btw ... Mau diterbitkan :v

SkyFanfare · 奇幻
分數不夠
55 Chs

Perbatasan II

   "Kemarin malam, apakah Soutarou mempunyai masalah dengan orang yang kemarin ... sepertinya aku mengenalnya. Jika tidak salah, ketika ia bersama dengan Junya."

Pikir Kasuvi seraya melihat Sema dari belakangnya, yang kini tengah melakukan pembicaraan dengan Nephne. Amaha melihat wajah Kasuvi yang tengah kebingungan, ia menyemangati Kasuvi dengan menepuk-nepuk pundaknya. Namun ...

Tiba-tiba saja Kasuvi mendesah, itu membuat Sema dan Nephne yang ada di depannya terkejut akan suara desahan nan imut. Secara tidak sengaja, Amaha menyentuh titik nafsu Kasuvi yang ada di pundaknya.

Karena ia tidak tahu titik nafsu Kasuvi ada di pundaknya, maka Amaha hanya bisa terbengong menatap Kasuvi yang tengah duduk di atas permukaan tanah dengan pipi yang merona.

   "Kasuvi!? Ada apa!?"

Panik Sema yang melihat Kasuvi terlihat tidak berdaya, dan secara tidak sengaja— ia juga menyentuh titik nafsu Kasuvi dengan tiba-tiba. Kasuvi kembali mendesah, Sema baru saja menyadari bahwa ia melakukan suatu hal yang cukup terlarang.

   "Ma-maaf!? Aku lupa akan ... "

Ketika Sema mengatakannya dengan panik, menatap wajah Kasuvi yang terlihat malu dengan imut yang menyertainya. Membuat perasaan si Jomblo ini mulai tidak karuan.

   "Apa yang dilakukan oleh mereka ... "

Pikir Levius yang tengah memperhatikan mereka di belakang Kasuvi, dan di samping kanannya terdapat Raijuu yang menjadi penjaga.

Formasi yang dilakukan oleh Sema, merupakan formasi yang paling aman. Di paling depan adalah Nephne dan Sema, karena ia memiliki insting Jomblonya yang terasah amat baik.

Di barisan kedua, terdapat Kasuvi dan Amaha yang menjadi penengah. Itu juga agar membuat Amaha dapat bergerak leluasa ketika ada serangan dadakan. Sedangkan pada barisan terakhir, terdapat Levius dan Raijuu yang memiliki indra cukup sensitif.

Setelah Sema membantu Kasuvi dengan mengulurkan tangannya. Mereka segera pergi menuju tempat tujuan mereka yang sudah dekat, di hutan ini sudah terlihat gunung yang tidak jauh.

Ukurannya tidak terlalu besar, bebatuannya terlihat dari kaki gunung ini. Namun, yang paling mengkhawatirkan adalah ... terdapat suatu pasukan berzirah yang tengah menuju gunung tersebut.

   "Apakah itu pasukan dari Archdale? Tunggu, tidak mungkin dari Archdale karena Hazama sudah mengatakannya. Berarti ... antara Kerajaan Erinu atau kerajaan yang paling berkuasa di dekat sini ... Lasfor."

Pikir Sema, karena ia teringat akan perkataan dari mantan pasukan bayaran dari Erinu yang kini menjadi pedagang buah di Archdale. Kerajaan Erinu merupakan kerajaan kecil yang bekerja sama dengan Lasfor, maka ada kemungkinan besar bahwa Lasfor yang memiliki lima Wyvern sebelumnya.

Ketika berpikir, ia menyadari bahwa mereka juga sepertinya mengincar telur naga yang dipercayakan kepada Kasuvi. Dengan pemikiran seperti itu, Sema dan yang lainnya bergegas pergi ke gunung yang sudah dipenuhi oleh pasukan berzirah lengkap.

* * * * * *

   "Tunggu ... sebentar ... "

Sema kewalahan karena berlari terus menerus, staminanya terkuras habis dan ia merasa rendah karena lemah. Beda sekali dengan fisik manusia biasa, Kasuvi dan yang lainnya memiliki kemampuan fisik manusia di atas rata-rata.

   "Lemah sekali, letoy."

Sahut Raijuu yang menyusul Sema, mereka memilih jalan memutar dari pada mengikuti pasukan berzirah itu dari belakang. Mencari dahulu apa yang mereka cari, karena kemungkinan juga— pasukan itu masih tidak tahu letak telur naga tersebut.

Para pasukan itu berhenti ketika menemukan mulut gua yang gelap. Sema dan yang lainnya bersembunyi di balik bongkahan batu, melihat situasi yang akan mereka lalui saat ini.

Setelah cukup lama, tanpa disadari oleh Sema dan yang lainnya. Kasuvi berjalan dengan santai melalui jalur yang dilalui oleh pasukan berzirah itu. Menepuk pundak salah satu pasukan berzirah yang paling belakang, ia menunjukkan senyuman kecilnya ketika pasukan berzirah itu menoleh ke belakang.

   "Apa-apaan dengan gadis manis ini?"

Pikir pasukan yang terpesona dengan sosok Kasuvi yang begitu cantik. Kasuvi memakai sihirnya, tangan kanan dan kaki kirinya terpasang dengan bagian dari naga merah.

   "Minggir, kalian mengganggu."

   "Hah?"

Tangan kanan Kasuvi semakin panas, membuat baju besi yang digunakan pasukan itu semakin panas. Tangan kanan Kasuvi dihempaskan oleh pasukan tersebut menggunakan tangan kanannya.

   "Musuh! Ada ras langka di sini!"

Dengan suaranya yang nyaring akan perhatian para pasukan yang teralihkan dengan cepat. Kasuvi langsung diserang oleh pasukan yang ada di dekatnya menggunakan pedang.

Ketika Sema berniat untuk membantu Kasuvi yang terlihat sudah terjepit. Levius menghentikan niatnya, dengan mengerahkan tangan kirinya pertanda Sema tidak boleh pergi.

   "Biarkan Kasuvi yang mengatasinya, kita harus bergegas pergi dari sini. Aku yakin ... dia dapat mengatasinya sendirian."

   "Levius ... "

Lebih baik Sema tidak membantunya, karena daerah pegunungan ini ... adalah tempat yang disukai oleh Kasuvi untuk bertarung. Sema dan yang lainnya segera menerobos pasukan berzirah itu, menyerahkan sisanya kepada Kasuvi.

Menutup mulut gua menggunakan sihir Levius, membentuk lapisan air yang amat lengket dan kental. Sehingga, pasukan berzirah itu dapat tertahan untuk sementara waktu.

Ketika Sema sudah pergi ke gua yang gelapnya sungguh seperti dalamnya samudera. Teriakan dari para pasukan yang melawan Kasuvi, terdengar cukup nyaring bagaikan mimpi buruk yang menghampiri.

Yang tadinya zona pegunungan ini dipenuhi bebatuan yang amat keras. Menjadi cukup lembek akan panas dari sihir api yang diluncukan melalui permukaan tanah dengan penyebaran yang cepat.

Pedang yang berjatuhan, menancap pada batu yang cukup melebur. Sampai-sampai, beberapa pedang itu menjadi cairan besi yang amat panas.

   "Aku tidak ahli dalam menyiksa, mari kita nikmati waktu yang singkat ini."

* * * * * *

   "Aku pulang."

Sahut Hazama seraya menekan gagang pintu depan markas Night Light. Yang ia lihat saat ini, terdapat Sebas, Seo, dan Waka yang tengah bersantai di ruang tengah.

   "Selamat datang Kapten, apakah kerjaan hari ini selesai?"

Tanya Seo yang menatap sosok Hazama tengah menghampiri mereka bertiga. Ia duduk di samping Seo dan mulai menyalakan rokok kesukaannya.

   "Misi pembasmian selesai, kemarin malam ... aku bertemu dengan si Jomblo."

Suasana hening sebentar ketika Hazama mengatakannya, mereka bertiga mencerna kata-kata yang dilontarkan oleh Hazama. Ketika menyadarinya, mereka bertiga langsung tegang dan membuat Hazama kaget akan pergerakan mereka yang serentak.

   "Apakah ... Soutarou baik-baik saja!?"

Tanya Sebas dengan cukup panik, Seo dan Waka pun ingin bertanya hal yang sama seperti Sebas. Hazama menanggapi pertanyaannya dengan helaan napas, ia mengabaikan pertanyaan Sebas dengan berjalan menuju ke kamarnya.

Setelah dari kamarnya, ia kembali ke pintu depan markas dan berniat pergi dengan wajah tanpa dosa.

   "Aku pergi dulu, mau judi."

   "Jawab dulu pertanyaanku!"

Marah Sebas akan kelakuan Hazama yang greget sekali. Hazama terlihat mengalihkan pandangannya sebentar, ia menjatuhkan rokok yang ditempatkan di mulutnya ke atas permukaan lantai dan menginjaknya.

   "Tenang saja, dia masih sehat sentosa. Akan tetapi, lebih baik kalian tidak ikut campur urusannya. Sampai jumpa di esok hari."

Setelah mengatakannya, Hazama pergi dengan wajah yang memiliki niat terselubung. Sepertinya dia berniat untuk berjudi sampai pagi hari.

* * * * *

Sema, Raijuu, Levius, Amaha dan Nephne sudah memasuki gua yang amat gelap ini. Untungnya Amaha dan Nephne dapat menggunakan sihir api biru pada senjata mereka berdua yang merupakan knuckle di kedua tangan.

   "Perhatikan langkah kalian, di sini mulai licin."

Sahut Nephne seraya menerangi jalan yang ada di depan. Formasi kelompok ini adalah Nephne dan Amaha di paling depan, sedangkan di belakangnya adalah Sema, Raijuu, dan Levius.

Beberapa detik kemudian, langkah kaki mereka terhenti karena melihat dua jalur bercabang yang gelap. Amaha dan Sema menuju jalur kanan, sedangkan Nephne, Raijuu, dan Levius ke jalur kiri.

Mereka berdua lebih memilih terpisah untuk cepat-cepat mencari telur naga itu dan segera pergi dari tempat ini. Setelah Raijuu dan yang lainnya memasuki lebih dalam jalur kiri, ia berhenti lalu menyuruh Levius dan Nephne untuk pergi duluan.

Raijuu menatap cahaya penerang berupa api biru yang semakin menjauhi dirinya. Setelah itu, ia segera berbalik badan kemudian kembali ke mulut gua di mana awal dari pintu masuk gua ini.

   "Sialan, kenapa aku tidak menyadarinya!? Monster itu masih hidup!?"

Ia berlari seraya menggunakan insting liarnya untuk menghindari bebatuan yang tunggul dan permukaan yang licin. Ia hanya memikirkan satu kemungkinan dengan persentase besar yang terjadi.

Yaitu, kemungkinan besar ... satu dari mereka akan ada yang terbunuh. Karena keteledoran dari Raijuu, ia segera kembali ke awal masuk pintu gua. Akan tetapi sayang sekali, ia ingat akan pintu masuk gua yang diberi sihir berupa lapisan air yang amat lengket dan kuat.

   "Sialan!?"

Ia menembakkan sihir bola listrik pada mulutnya, namun air ini yang sudah bersifat isolator menjadi sia-sia. Dari dalam gua ini, ia melihat suatu kenyataan yang amat menyakitkan bagi seseorang ketika melihat apa yang saat ini dilihat olehnya.

   "Kasuvi!?"

Apa yang dilihat olehnya adalah seorang pengguna Arch Gear terkutuk yang kemarin malam kembali hidup. Kepala manusia yang menjadi abu, digantikan oleh kepala serangga berkaki banyak yaitu kelabang.

Pengguna Arch Gear terkutuk itu menusuk perut Kasuvi dari belakangnya. Karena itu, Kasuvi tidak menyadari sosok pengguna Arch Gear terkutuk yang mengalami evolusi ini.

   "Kenapa sihir pertahananku tidak aktif!?"

Pikir Kasuvi dengan menoleh ke belakang, menatap sosok pengguna Arch Gear terkutuk berkepala kelabang tersebut. Dia menyabut pedang yang menembus perut Kasuvi, mengayunkannya ke samping untuk mencipratkan darah yang melapisi pedangnya.

Kasuvi melompat ke depan untuk menjaga jarak, ia berbalik badan lalu menyerang balik pengguna Arch Gear terkutuk itu dengan sihir bola api berskala tinggi.

   "Fire Blow!"

Teriaknya seraya meluncurkan sihir bola api yang ia rapal dengan cepat. Meledak di depannya, efek ledakan itu membuat Kasuvi terhempas dan melayang jatuh ke kaki gunung.

Jika Kasuvi jatuh dari atas gunung seperti itu tanpa ada pengaman dan insting bertahan hidup. Kemungkinan besar, beberapa tulang dan rusuknya akan patah dan mengakibatkan kematian.

Kasuvi memang berasal dari ras Dragonewt Iblis merah. Ayahnya memang seorang Dragonewt Iblis merah, namun Ibunya seorang manusia yang melahirkan Kasuvi dengan mengorbankan nyawanya.

Alhasil, Kasuvi memiliki wujud manusia dan memiliki kekuatan sihir hebat akan pewarisan dari Dragonewt Iblis merah. Namun tetap saja, sihir pertahanan beserta kemampuan yang lainnya tidak mempan terhadap Arch Gear terkutuk yang baru saja menembus perutnya.

   "Aku tidak ingin mati! Aku masih belum mendengar jawaban dari Soutarou!"

Itulah yang dipikirkan oleh Kasuvi ketika terjatuh dari atas gunung dengan luka pada perutnya. Ia hanya memikirkan wajah Sema dengan berlinang air mata kesedihan.

Raijuu tidak percaya dengan apa yang ia lihat dengan kedua matanya saat ini. Kasuvi terhempas dan melayang turun dari atas gunung ini, ia segera melolong dengan suara yang amat nyaring agar terdengar oleh Sema dan yang lainnya.

Seketika langsung setelah mendengar suara lolongan serigala, Sema dan yang lainnya segera kembali ke tempat di mana suara lolongan itu berasal. Sema dan Nephne berpas-pasan di cabang lorong yang sebelumnya.

Dengan segera, mereka berempat kembali ke tempat suara lolongan Raijuu berasal. Sesampainya, Raijuu menunjukkan wajah yang sedih dengan air mata yang mengalir.

   "Apakah ... Kasuvi!?"

To Be Continue ....

Selamat membaca

SkyFanfarecreators' thoughts