42 Perbatasan

Pada saat Amaha dan Nephne pergi untuk melihat kelima Wyvern yang jatuh oleh sihir tembakkan dari Kasuvi. Para penunggangnya telah pergi, meninggalkan para Wyvern yang menjadi partner mereka.

Dengan seperti itu, mereka tidak tahu siapa para pemburu naga merah itu. Jejak kaki dihilangkan dengan berjalan di atas rerumputan, sihir yang ditipiskan sampai-sampai jalur sihir yang digunakan tidak membekas sedikit pun.

Karena itu, pelaku dari pemburu naga tidak diketahui identitasnya.

* * * * *

   "Sialan, kenapa aku malah terbawa arus."

Keluh Raijuu yang berjalan di samping Levius. Amaha dan Nephne berjalan di samping Kasuvi, sedangkan Sema berjalan di depan sendirian.

Sema merasa Jomblo kembali, suara percakapan para gadis terdengar di belakangnya. Entah ia iri atau tidak untuk masuk ke percakapan mereka, namun ia dapat mendengarkan percakapan ringan mereka.

Amaha berkomunikasi dengan cara penggunaan bahasa isyarat yang paling mudah dimengerti. Meskipun begitu, sedikit demi sedikit— Kasuvi paham dengan apa yang dimaksud oleh Amaha.

   "Raijuu, apakah jalannya memang ke sini? Dari tadi hanya hutan dan hutan."

Sahut Sema seraya menoleh ke belakang, Raijuu menanggapinya dengan kedua mata tertutup disertai anggukan kepala. Meskipun Sema cukup tidak mengerti, ia menuruti arahan dari Raijuu yang pernah menetap di Perbatasan cukup lama.

Suatu tempat yang dinamakan dengan Perbatasan adalah tempat yang cukup berbahaya. Tempat tersebut dipenuhi dengan beberapa monster yang cukup berbahaya, terutama dengan anjing berukuran besar berkepala dua yang bernama Orthros.

Karena itu, Raijuu melakukan perjalanan panjang ini melalui jalur hutan yang aman menurutnya. Ia sudah beberapa kali menghindari sarang dari Orthros, Orc, Goblin, dan beberapa monster cukup berbahaya lainnya.

   "Raijuu, apa saja yang kau lakukan di Perbatasan?"

Tanya Sema seraya menghampiri Amaha, lalu ia berjalan di sampingnya. Raijuu berpikir sebentar dan mengingat-ingat kejadian yang pernah ia alami ketika menetap di Perbatasan.

Yang ia ingat hanyalah membantai setiap Goblin yang mengganggunya ketika tidur di malam hari. Nyasar ke wilayah Orthros dan mau tidak mau harus bertarung, dan terakhir ... ia mendapatkan teman seperjuangan yang merupakan seorang Sacred Beast.

Ketika Raijuu ingin membahasnya, ia mengurungkan niatnya. Sema cukup penasaran dengan apa yang ingin ia katakan, tetapi biarlah— biarkan waktu yang membahasnya.

Ketika sudah cukup lama mereka berjalan, apalagi Kasuvi yang sudah tidak tahan ingin istirahat sejenak. Mereka menemukan danau kecil yang airnya sangat jernih dan tenang.

Tanpa disadari setelah keluar dari hutan ini, Sema menatap langit yang telah berwarna senja. Karena itu, ia memutuskan untuk bermalam di tempat yang cukup aman yaitu di danau kecil ini.

Sema menyuruh Amaha dan Nephne untuk mencari kayu bakar yang sudah kering. Setelah itu, ia menatap pantulan bayangannya sendiri pada permukaan air danau.

   "Bening cuy ... ada ikan tenggelam."

Sahut Sema dengan wajahnya yang datar, di sampingnya terdapat Raijuu yang menampakkan ekspresi yang kecut akan perkataan dari Sema. Sema menyuruh Raijuu untuk menggunakan kemampuannya, yang berupa sihir dari elemen dasarnya.

Sema menjauhi danau kecil ini. Raijuu membuka mulutnya lebar-lebar, mengisi energi sihir yang memiliki elemen listrik di mulutnya yang terbuka. Setelah cukup, ia tembakkan bola listrik itu ke dalam danau kecil ini.

Dengan sekejap, ikan-ikan yang hidup di danau ini langsung mengambang ke permukaan. Sema bertepuk tangan akan kehebatan dari Raijuu, tapi ekspresinya yang datar membuat Raijuu kesal.

   "Kerja bagus Raijuu, serigala multifungsi."

   "Apa!? Tunggu ... multifungsi itu apa?"

Tanya Raijuu dengan rasa bingung yang jelas terpampang di wajahnya saat ini. Sema mengabaikannya dengan melambai-lambaikan tangan kanannya.

   "Untuk saat ini, lebih baik menyimpan tenaga untuk hari esok."

* * * * * *

Api unggun yang menjadi penerang di gelapnya dunia ini. Hanya satu penerangan yang menemani dinginnya malam ini.

Di bawah indahnya sang rembulan yang menyinari, menggantikan sang matahari. Hembusan angin yang pelan, membuat keadaan di daerah danau kecil ini sedikit dingin.

Sema tidur dengan di sampingnya yang terdapat Raijuu agar tetap hangat. Sedangkan Kasuvi tidur memakai jubah yang diberikan oleh Sema sebagai selimut, Levius tidur sambil bersandar pada batu yang ukurannya besar melebihi tubuhnya.

Sangat sunyi sampai-sampai suara serangga kecil terdengar. Sema dan Raijuu langsung terganggu tidurnya akan suara langkah kaki yang banyak dan cukup berat mengarah ke mereka. Insting Jomblo dan insting binatang dari Raijuu, menandakan bahaya yang akan datang.

Sema segera memadamkan api unggun dengan air danau yang ia ambil menggunakan kedua tangannya. Raijuu membangunkan Levius dan Kasuvi dengan mengelus-eluskan kepalanya ke wajah mereka.

Setelah mereka berdua bangun dan kesadaran sudah terkumpul. Sema bersama Kasuvi bersembunyi di bayangan batu besar yang tersinari oleh rembulan. Levius dan Raijuu bersembunyi di tempat yang tadi ia jadikan sebagai tempat tidur.

   "Sialan!? Aku lupa untuk membawa daggernya. Jika itu gerombolan Orthros, akan semakin gawat!?"

Pikir Sema seraya menatap daggernya beserta katrol yang berisi kumparan benang-benang sihir. Kasuvi perlahan-lahan mengelus-elus rambut Sema yang cukup berantakan, meskipun Sema terkejut dan ingin memarahinya.

Akan tetapi, pandangan cukup gelap akan Kasuvi menunjukkan ekspresi yang imut akan polosnya tidak tahu apa-apa. Dengan seperti itu, niat Sema langsung pupus dan menghela napas sebagai gantinya.

Suara langkah kaki semakin terdengar, Levius bersiap-siap untuk bertarung dengan memunculkan senjata sihirnya berupa jangkar. Kasuvi memunculkan tangan naganya pada tangan kanan, dan ia juga melapisinya pada kaki kanan.

Beberapa detik kemudian, seorang manusia terlempar dari dalam hutan lalu mendarat di dekat bekas api unggun. Sema tidak mempercayainya, cahaya bulan membantu penglihatannya.

Sosok manusia itu adalah Hazama yang tengah memakai seragam formal, lengkap dengan bunga mawar pada dadanya. Beberapa detik kemudian, muncul lagi seorang laki-laki yang membawa pedang.

Namun, laki-laki itu sudah dirasuki sepenuhnya oleh pedang terkutuk yang termasuk pada kategori Arch Gear tertanam pada tubuh. Tubuh yang telah dikendalikan sepenuhnya oleh Arch Gear terkutuk, hanya bisa dibunuh penggunanya untuk menghentikan teror.

Seperti ketika Gemini melenyapkan pengguna Arch Gear Claw Birth sebelumnya yang bernama Rocurt. Akan tetapi, sosok yang dirasuki itu memiliki anggota tubuh monster pada beberapa bagian.

Kedua kakinya membentuk kaki belalang berwarna hitam, kedua tangannya terlapisi kulit keras dengan duri-duri yang mencuat. Tubuh bagian belakang berupa punggung, tumbuh tiga kaki serangga berupa laba-laba.

Di dahinya muncul segel darah pengikat kontrak paksa, mata dan mulut yang sudah mengeluarkan darah. Kedua matanya kosong berwarna putih semuanya.

Sepertinya bagian tubuh yang berupa monster itu sudah terpotong, sebelumnya anggota tubuh manusia itu utuh. Tetapi, Arch Gear terkutuk itu tidak ingin penggunanya mati dan menumbuhkan anggota tubuhnya yang terpotong dengan tubuh bagian serangga.

Jika diasumsikan seperti itu, maka kasusnya sama seperti tangan kiri Sema yang kembali tersambung ketika memanggil Gemini.

   "Hadehh ... kerja lembur bagai unta, pulang ke markas langsung gas judi."

Pikir Hazama seraya melihat musuhnya yang merupakan pengguna dari pedang terkutuk. Ia melompat dengan tenaga yang amat hebat ke arah musuhnya, tendangan ia luncurkan tepat pada bagian pinggir pedang ketika musuhnya menahan tendangannya.

Musuhnya terpental jauh dan membuat cukup keributan di tempat ini. Hazama berdiri dengan tangan kanan merogoh satu batang rokok pada bungkusnya. Menyalakan rokok yang sudah ia tempatkan pada bibir, menggunakan sihir api biru pada ujung jari telunjuknya.

Sosok Hazama yang amat keren di bawah sinar rembulan, membuat Sema tertegun akan kekuatan fisik yang melebihi manusia biasa. Kemampuan fisiknya kemungkinan besar setara dengan Gemini, namun ... Hazama tidak menggunakan sihir peningkat fisik.

Setelah Hazama menghembuskan asap rokok pertamanya, ia sudah menyadari terdapat beberapa orang yang bersembunyi di balik gelapnya malam. Ia hanya merasakan Ki makhluk hidup yang ada di sekitarnya.

   "Keluarlah! Aku tahu kau sedang bersembunyi!"

Seru Hazama dengan menoleh ke sebelah kanan yang merupakan di mana Sema dan yang lainnya tengah bersembunyi. Sema merasakan bahaya jika semuanya keluar, maka ia menahan mereka dan dia sendiri yang keluar untuk menghadap Hazama.

   "Selamat malam, Kapten ... "

Ucap Sema seraya keluar dari tempat persembunyiannya dengan kepala yang menunduk. Kasuvi bersembunyi di tempat tadi karena perintah dari Sema sendiri.

Hazama cukup terkejut karena bisa bertemu kembali dengan Sema, anggota dari faksi kesatria sihir Night Light. Perlahan-lahan, ia menghisap rokoknya dan menghembuskan kembali asapnya.

   "Selamat datang kembali, Jomblo. Sekarang ... apakah aku harus menghancurkanmu sebagai hukuman dari Kapten sendiri?"

   "Kau pikir seperti itu ... Kapten?"

Tanya balik Sema seraya menghadapi Hazama dengan tatapannya yang mengandung kebencian. Hazama cukup terkejut akan perubahan Sema yang baru-baru ini.

   "Bocah ingusan, sejak kapan kau menjadi kasar seperti ini ... "

   " ... sejak Kaisar Sihir menyerang Levius, dia mengincarnya karena menginginkan kekuatan."

Ucap Sema, apa yang dikatakan olehnya memang tidak bisa disangkal oleh Hazama yang mendengarnya. Tujuan Houns Rayford memang bertujuan mengambil kekuatan hebat yang terpendam dalam diri seorang Dragonewt.

   "Apakah pasukan penunggang Wyvern dari Archdale yang menyerang seekor naga merah?"

   "Entahlah ... lagipula, di Archdale tidak ada satu pun Wyvern."

Jawab Hazama, jawaban darinya tidak bohong dan Sema dapat mengetahuinya dari ucapan Hazama sendiri. Hazama mengarahkan tangan kanannya ke depan, di kepalan tangannya muncul api biru ukuran kepalan tangan.

Sema langsung bersiap-siap ketika Hazama melempar bola api biru itu, tepat pada wajahnya. Namun, bola api itu berbelok dan mengenai pengguna Arch Gear terkutuk berupa pedang yang tadi.

Sema baru saja menyadari, bahwa pengguna Arch Gear tadi hampir saja menebasnya. Namun, Hazama menyerang balik dengan melempar bola api ukuran kepalan tangan tersebut.

Levius melempar jangkar yang ia genggam dengan kedua tangannya. Lemparannya mengenai pengguna Arch Gear terkutuk itu sampai tertindih, saking beratnya tidak bergeming sedikit pun.

   "Kenapa kau menolongku ... Kapten?"

Tanya Sema dengan tatapan yang lurus ke depan, melihat Hazama tengah menghisap rokoknya dengan santai. Perlahan-lahan, Hazama mulai menyerti bahwa pembicaraan yang mereka berdua lakukan mulai berat.

   "Kau masih anggota dari Night Light, sebagai Ketua— bukankah wajar jika aku melindungi anggota-anggotaku?"

Tanya Hazama, namun Sema tidak menjawabnya sepatah kata pun. Hazama mengecek Ki yang ada di sekitarnya, aura gelap mulai menyelimuti tubuh pengguna Arch Gear terkutuk itu.

Dengan segera, ia berlari dengan cepat melewati Sema. Menatap wajah dari pengguna Arch Gear terkutuk itu, tangan kanannya mulai menghasilkan api biru yang bisa menyembur kapan pun.

Ia bertekuk lutut dan menggengam wajah musuhnya dengan tangan kanan yang terlapisi api biru. Dengan segera, ia melepaskan sihir itu dan membakar kepala pengguna Arch Gear terkutuk sampai-sampai kepalanya jadi abu.

Setelah itu, Hazama membersihkan tangan kanannya dengan menepuk-nepuknya menggunakan tangan kiri. Misi yang ia dapatkan telah selesai akibat kerja lembur, ia pun berniat kembali ke markas sesegera mungkin.

   "Oh ... Bocah! Untuk saat ini jangan kembali ke Archdale. Ada kemungkinan rekan-rekanmu akan diburu, terutama Dragonewt Iblis merah dan biru yang bersamamu. Kalau begitu ... sampai jumpa."

Hazama pergi dengan melambai-lambaikan tangannya. Sema menatap punggungnya yang terlihat pegal, kepergian Hazama membuat Sema menghela napas.

Karena jika ia melawan Hazama, kemungkinan besar dia akan dibunuh dengan cepat. Lebih tepatnya dia tidak akan berkutik, entah apa jadinya jika ia dibantu oleh Gemini dan yang lainnya.

   "Sialan ... "

To Be Continue ....

avataravatar
Next chapter