"Kenapa si Jomblo itu lama sekali ... "
Ucap Levius yang tengah duduk pada batang pohon tumbang di kaki gunung, di sampingnya terdapat Raijuu yang tengah berbaring di atas permukaan tanah yang ditumbuhi rerumputan muda.
"Levius, bukankah kau menyadari bahwa Sema dapat menggunakan sihir pada tangan kirinya?"
Tanya Raijuu dengan kedua matanya yang tertutup. Levius menanggapinya dengan anggukan kepala, karena bisa saja apa yang dilakukan Sema dapat membunuhnya karena memakai sihir yang sumbernya dari sebuah kontrak.
"Biasanya manusia yang melakukan kontrak tidak dapat menggunakan sihir maupun mana yang digunakan oleh makhluk kontrak itu. Akan tetapi, si Jomblo itu bisa menggunakan sihir Gemini yang mana mereka berdua dimanifestasikan menjadi zirah yang sama seperti keduanya. Levius, kau tahu artinya?"
Tanya Raijuu untuk memastikan jawaban dari Levius, entah apa tanggapannya terhadap Levius yang perawakannya kelihatan bodoh karena penampilannya yang memiliki tubuh tinggi dengan tubuh moleknya.
"Jadi, Sema bisa menggunakan sihir orang lain?"
Jawab Levius dengan wajah yang masa bodoh, karena ia asal jawab akan pertanyaan dari Raijuu. Karena itu, Raijuu menanggapi jawaban Levius dengan helaan napas dan menyadari bahwa Levius cukup bodoh.
"Jawabanmu mungkin tepat, alasan dia dapat menggunakan sihir orang lain adalah ... Job Summoner yang ia miliki."
Ucapan dari Raijuu membuat Levius menyadarinya. Sema yang merupakan manusia biasa yang memiliki fisik kuat tanpa sihir, jika mempunyai Job Summoner sejak awal sebelum mendapatkan kesepakatan antara Raijuu dan Gemini.
Maka kemungkinan besar, kemampuannya yang ia dapatkan dari seluruhnya dapat diteliti dengan mudahnya.
"Pertama, Overflow adalah skill peningkatan fisik yang Sema dapatkan ketika peristiwa melawan Bos pasukan bayaran yang kini jadi penjual buah. Pada saat itu juga, aura naga yang ia keluarkan ketika mengira bahwa Kasuvi akan membabat habis pasukan bayaran itu adalah hasil dari Job Summonernya. Entah dari mana kemampuan Overflow yamg ia dapatkan."
"Tu-tunggu sebentar!? Biarkan aku mencerna penjelasanmu terlebih dulu, dan kenapa kau bisa tahu itu semua?"
Tanya Levius dengan tangan kanan yang memegangi dahi karena pusing akan mendengar penjelasan dari Raijuu. Raijuu yang tadinya menatap kedua mata Levius, kini mengalihkan pandangannya dengan melihat ke arah lain.
Raijuu dapat mengetahui semuanya, karena ketika ia merasuki Sema dan mendapatkan wujud manusia yang memiliki otot kekar. Pada saat itu juga, ia mendapatkan pengetahuan yang ada pada pikiran Sema.
Dan yang terpenting adalah, Raijuu mengetahui bahwa Sema berasal dari dunia lain yang asalnya antah berantah. Namun untuk kasus itu, ia tidak terlalu memikirkannya karena ada banyak reincarnator dari dunia lain.
Apa yang ia pikirkan adalah kesepakatan antara dirinya dan Sema, untuk mencari tulang rusuk Raijuu yang hilang. Yaitu jodohnya yang belum ia temukan sampai saat ini juga.
"Kedua, kemungkinan besar dia dapat menggunakan sihir orang lain secara bersamaan. Dan hasilnya adalah ... "
Ketika ia ingin menjelaskannya lebih jauh lagi tentang Sema. Baru saja ia menyadari, Levius terlihat bingung setengah mati akan penjelasan dari Raijuu yang membuat otaknya bekerja terlalu keras sampai-sampai wajahnya merah padam.
"Sialan, inilah yang terjadi jika membicarakan suatu hal dengan orang cukup bodoh. Untuk sekarang ... melihat perkembangan si Jomblo itu dan mencari jodohku sendiri."
Ucap Raijuu sambil menghela napas, ia berniat untuk kembali bersantai di bawah rendangnya pepohonan. Ketika ia ingin menutup kedua matanya, pancaran hawa keberadaan yang sangat kuat tengah menuju mereka berdua.
Raijuu dan Levius yang menyadari keberadaan kuat tersebut, segera bersiap-siap dengan posisi siap bertarung. Levius memunculkan jangkar yang terbuat dari manifestasi mana sihir miliknya, sedangkan Raijuu masih mendeteksi langkah kaki berat yang tengah menuju mereka berdua dengan cepat.
"Dia datang!"
Pada saat itu juga, muncul seekor Lizardman dengan sisiknya berwarna merah. Kadal dengan tubuh tinggi yang tingginya di atas rata-rata manusia, membuat Levius dan Raijuu terkejut akan sosok yang memiliki pancaran hawa keberadaan yang kuat.
"Sudah kuduga! Aku merindukanmu, Raijuu!"
Pada saat itu juga, Raijuu tidak bisa berkutik dan dirinya dipeluk erat oleh Lizardman tersebut. Ia terbingungkan setengah mati akan situasi yang tidak biasa ini, baru kali ini ia dipeluk dengan eratnya.
"Tunggu!? Kau siapa!? Lepaskan aku kadal!"
Bentak Raijuu seraya memancarkan aliran listrik di seluruh tubuhnya. Meskipun Lizardman itu adalah Zile, efek sengatan dari listrik Raijuu tidak terlalu berefek padanya.
Setelah itu, Zile menurunkan Raijuu dari pelukannya lalu bersujud di hadapannya dengan segenap raganya. Inilah yang membuat bingung Raijuu, salah apa Lizardman itu kepada Raijuu sampai-sampai bersujud kepadanya.
"Raijuu, ini aku. Kadal kecil yang kau beri makan dengan monster yang ada di Perbatasan ini. Zile."
Sahut Zile seraya mengangkat wajahnya agar Raijuu dapat mengenalinya ketika mereka berdua saling bertatap muka. Raijuu mengingat keras akan sosok kadal yang ada di hadapannya saat ini, dan ia teringat akan kadal kecil merah yang selalu mengikutinya ketika menetap di Perbatasan ini.
"Oh ... jadi kau ... "
"Ya! Ini aku, si kadal yang tampan dan pemberani, Zile! Karena nasehat darimu, aku mencapai tingkatan Sacred Beast setelah memakan banyak monster."
Setelah mendengar ucapan dari Zile yang ceria. Raijuu hanya menanggapinya dengan wajah agak terkejut, namun mulutnya yang masih menganga.
"Kau sudah sampai tingkatan Sacred Beast? Coba buktikan padaku."
Sahut Raijuu dengan nada yang agak merendahkan Zile. Zile mengerti dan ia menganggukkan kepalanya, ia berbalik badan lalu meningkatkan kemampuan fisiknya dengan Omnipotent.
Ia meluncurkan serangan ke depan, berupa sebuah pukulan lurus yang membuat peluru angin dari laju pukulannya membuat tanah terkikis. Jika pukulan yang ia luncurkan tadi mengenai monster, maka bisa saja Zile mendapatkan gelar One Punch Man.
Raijuu hanya bisa duduk dengan wajah yang datar. Dia memakluminya, Zile sudah mencapai tingkatan Sacred Beast karena hasil dari evolusi yang didapatkan olehnya.
"Bagaimana menurutmu tentang kekuatanku, Raijuu?"
"Yah ... selamat! Kau mendapatkan gelar Sacred Beast Penunggu Perbatasan."
"Terima kasih banyak!"
Zile mengucapkan rasa terima kasihnya kepada Raijuu seraya membungkukkan badan agar terlihat sopan. Namun, Raijuu cukup cemburu karena bisa saja ia dikalahkan oleh Zile yang mempunyai kemampuan fisik dan seni bela diri yang tinggi.
"Ngomong-ngomong Raijuu, kenapa badanmu mengecil? Bukankah ketika dulu, kedatanganmu di Perbatasan ini membuat takut para monster yang menghuninya?"
"Huh, kau bodoh ya Zile. Aku mengecilkan tubuhku karena dengan tubuh ini, aku bisa mengalahkan mereka dengan mudah."
Raijuu mengatakannya dengan wajah yang sombong. Meskipun dirinya berbohong, dia tidak ingin dipandang rendah oleh Zile yang dulunya seekor kadal kecil. Karena Zile yang pikirannya belum tercemar, dengan mudahnya ia ditipu oleh kharisma yang dipancarkan oleh Raijuu.
"Seperti yang diharapkan dari Raijuu, panutanku!"
Zile semakin membangga-banggakan akan sosok Raijuu yang ia kenal sebagai Sacred Beast terkuat. Tanpa ia sadari, Zile sendiri sudah melampaui kekuatan Raijuu dengan cepat.
"Lihatlah Raijuu, aku mendapatkan kekuatan ini setelah memakan seorang Cultivator."
Zile memperlihatkan Ki yang dialirkan ke seluruh tubuhnya. Baru kali ini, Levius dan Raijuu melihat Ki yang wujudnya seperti mana melapisi anggota tubuh. Akan tetapi, Ki yang dialirkan ke seluruh tubuh Zile berwarna putih dan lebih transparan.
Raijuu mengalirkan mana miliknya ke seluruh tubuhnya. Warna mana yang menyelimuti tubuhnya, terlihat agak pekat dengan warna yang berwarna putih.
"Sepertinya ... aku menemukan samsak yang bagus untuk dirinya."
* * * * * *
Di tempat tinggal Zile ....
Sema tengah menunggu Kasuvi di luar ruangan. Ia berjaga seraya melihat hutan yang menyejukkan hatinya, dengan hembusan angin yang menyegarkan.
Sedangkan Kasuvi, dia tertidur dengan berbaring di atas kasur yang terbuat dari bulu-bulu lembut. Berasal dari monster burung dengan nama Puury Bird.
Keadaannya saat ini sudah membaik berkat obat-obatan herbal yang diberikan oleh Dryanid. Wujudnya tidak terlihat, dia menggunakan akar pohon di sekitar sebagai perantaranya.
Hubungan mereka berdua, antara Sema dan Kasuvi tidak jelas. Hubungan apa yang bisa dikatakan untuk mereka berdua?
Desiran dari angin, dengan rerumputan muda yang bergoyang. Sema terdiam dan tidak ada satu pun topik pembicaraan yang ia lontarkan kepada Kasuvi. Menurutnya, ia tidak ingin terlalu banyak bicara karena dirinya merasa bersalah akan Kasuvi yang terluka.
"Soutarou ... kenapa kau tidak pergi ke dalam gua itu? Malah kau kembali ke mulut gua. Maafkan aku karena tidak menyadari kehadiran musuh."
"Kasuvi ... "
Sema beranjak dari sandarannya. Ia berdiri dengan segenap tenaga, menguatkan tekadnya untuk menghampiri Kasuvi yang tengah berbaring di dalam ruangan.
Ia duduk di samping Kasuvi lalu menghela napas perlahan-lahan. Duduk dengan sopan yaitu bersila. Meraih tangan kiri Kasuvi dengan kedua tangannya perlahan-lahan, tangan yang lembut dan kecil dapat ia rasakan seluruhnya.
"Hidup tak selamanya lurus, suatu saat kita akan menemukan belokan dan rintangan. Namun, aku akan tetap bersamamu ... Kasuvi."
Setelah mengatakan hal tersebut. Sema melepas tangan Kasuvi dari kedua genggaman tangannya.
"Namun ... kenapa kau tidak mengatakan suka atau pun cinta kepadaku? Apa yang kau suka dariku?"
Mendengar pertanyaan Kasuvi yang membuat Sema tidak dapat berkutik. Ia hanya menanggapinya dengan menunjukkan ekspresi yang datar dan matados.
"Wajahmu ... mungkin?"
"Jadi seperti apa sifatku, tidak masalah?"
"Habis ... kamunya manis."
"Kamu tidak peduli dengan sifatku sama sekali, bukan?"
"Yah ... habisnya kamu manis, Kasuvi."
Kasuvi terbangun dari tidurnya. Menatap kedua mata Sema dengan pipi yang merona kemerahan.
"Yang kubahas bukan itu!"
"Kamu itu manis, Kasuvi."
"Terserahlah, lebih baik diam!"
Kasuvi meringkuk lalu memeluk kedua lututnya seraya memendamkan wajahnya. Meskipun begitu, wajahnya terlihat memerah karena Sema mengatakan dirinya manis. Ketika menyadari suatu hal, Kasuvi mengangkat wajahnya lalu menatap kedua mata Sema.
"Terus ... kalau Soutarou bertemu dengan cewek yang lebih manis dariku, kamu bakal pilih dia?"
"Bisa jadi."
"Modar sana!"
"Santai saja dong, masih banyak hal yang kusukai darimu. Misal dada—"
Seketika langsung, Kasuvi memukul wajah Sema menggunakan tangan kanan. Setelah Sema mendapatkan pukulan dari Kasuvi, ia segera menggenggam tangan kanan Kasuvi.
"Yang wajah, terus dada ... tampilan luar saja!? Berarti sifatku tidak ada artinya sama sekali!?"
Tanya Kasuvi, Sema semakin mendekatkan wajahnya dengan menahan tangan kanan Kasuvi.
"Memangnya aku pernah bilang begitu? Aku juga suka sifat-sifatmu."
Ucap Sema dengan ekspresi yang datar dan masih matados. Pada saat itu juga, Kasuvi ingin menguji Sema dengan beberapa pertanyaan lagi.
"Kalau begitu, sifat mana yang bagus dariku?"
"Tidak ada."
Jawab Sema dengan sangat singkat. Suasana hening sejenak, Kasuvi baru saja menyadari suatu hal tentang apa yang diucapkan oleh Sema.
"Satu pun?"
"Satu pun. Bukannya kamu sendiri yang bilang sendiri? Gampang marahan, judes, cemburuan, sadis."
Setelah mendengar pernyataan dari Sema yang terbilang sangat jujur. Kasuvi terlihat cukup menyesal dengan sedikit memalingkan pandangannya dari Sema.
"Yah ... maaf ... "
"Dan kalau sudah merajuk begitu, merepotkannya minta ampun."
Kasuvi langsung memberontak dengan kedua tangannya yang ia gerakkan. Sema langsung menahan tangan yang satunya lagi dengan kedua tangannya.
"Sifatmu memang kurang banyak yang patut, tetapi ... "
"Diam! Aku tidak ingin mendengar lagi kata-katamu!"
Marah Kasuvi seraya menutup kedua matanya. Di mata Sema, Kasuvi terlihat imut tingkat maksimal.
"Tetapi, aku tetap suka sama kamu."
Ucap Sema dengan datar. Baru saja ia menyadari, kata 'suka' dengan 'cinta' berbeda. Karena itu, jantungnya tidak terasa sakit yang biasanya diremas-remas oleh tangan yang tak terlihat.
"Ya-yang kamu suka hanya dada dan tampilan luarku saja, kan!?"
"Aku juga suka sifatmu kok. Dirimu yang suka marah-marah, arogan, cemburuan dan tidak ingin kalah seperti itu ... membuatku tergila-gila."
Ketika Kasuvi mendengar ucapan Sema yang cukup menyenangkan hatinya. Ia menatap kedua mata Sema, lalu memalingkan wajahnya karena malu akan pernyataan dari Sema.
"Senangnya tidak usah disimpan dalam hati, kelihatan dari sikapmu."
"Cerewet amat sih!"
Perlahan-lahan, Sema melepas kedua tangan Kasuvi yang ia genggam seraya menatap wajah Kasuvi.
"Tetapi begitulah adanya. Saking manisnya, aku jadi ingin terus menjahilimu."
"Modar sana!"
To Be Continue ....