Kenapa Iblis itu harus dibunuh? Pertanyaan itu muncul di kepalanya ketika ia diminta untuk mengisi kuisioner setelah dirinya berhasil mengakhiri game yang baru saja keluar kemarin. Edward, dia adalah seorang pelajar SMA tahun terakhir yang memiliki hobi bermain game. Dia adalah seorang maniak, hampir semua game yang dikeluarkan 2 atau 3 tahun sudah ia selesaikan. Game baru keluar, Aester World, ia menamatkannya hanya dalam waktu kurang dari 48 jam. Game menunjukkan credit staff yang terlibat bergerak ke atas sebagai tanda akhir dari permainan, namun ketika kredit selesai muncul sebuah pertanyaan. Ia berpikir jika itu hanya ulasan untuk iklan game mereka, namun semakin lama muncul pertanyaan yang semakin aneh. Hingga terakhir muncul sebuah pertanyaan yang tidak bisa ia jawab. Kalau begitu, bagaimana jika Kamu menjadi Raja Iblis? Monitor seketika berubah menjadi warna putih, cahaya dari layar menjadi sangat terang daripada biasanya sampai membutakan matanya untuk sesaat, lampu kamar tiba-tiba menyala sangat terang lalu meledak. Ruangannya bergetar hebat seolah di terjang gempa, ia melompat dari kursi karena panik, berlari kearah pintu keluar. Ketika matanya terbuka, semuanya berubah. Tidak ada lagi ruangan sempit yang berantakan, tidak ada lagi cahaya monitor yang menjadi sumber cahaya ruangannya. Semuanya berubah, hanya ada ruangan luas dengan cat merah gelap, ranjang yang luas, dan seorang perempuan yang siap melayaninya kapan saja. Ia berubah menjadi Boss Terakhir dari game Aester World, mungkin itu terdengar sangat luar biasa namun tidak untuknya ketika tahu takdirnya akan berakhir di tangan sang pahlawan. "Jangan bercanda! Aku tidak mau hidup ku berakhir! Aku akan bertahan hidup dan mengubah takdir ku!"
Jari-jarinya menari diatas papan ketik, hanya layar itu yang menjadi sumber cahaya di ruang yang gelap. Jarinya terus menari diatas papan ketik, mengontrol karakter pada komputernya. Angka-angka diatas bar merah itu terus menurun sampai angka 0 bersama dengan bar merah yang semakin berkurang habis, hanya meninggalkan bar kosong.
Congratulations!
Muncul sebuah tulisan emas yang megah bersamaan dengan kembang api di sekitarnya. "Akhirnya selesai …," Anak laki-laki itu menyandarkan tubuhnya, menghela nafas setelah akhirnya menjadi yang pertama menyelesaikan boss terakhir dari game yang baru saja rilis kemarin.
Aester World, sebuah game fantasy dengan sistem yang benar-benar dibuat semirip mungkin dengan dunia nyata, karakter bisa mudah lelah, perlu tidur dan perlu makan, jika tidak bar merah (Health Poin) akan terus berkurang, skill yang di dapat juga harus melewati latihan berulang kali. Sistem game terburuk yang pernah ia mainkan, ia tidak tahu kenapa ia membeli game seperti ini, mungkin instingnya memaksanya untuk memainkan game seperti ini.
Sudah cukup lama tulisan selamat itu terpampang di layar monitor, tidak menghilang sama sekali. Menekan tetikus, menekan papan ketik, tidak ada yang terjadi.
"Bug? Serius!? Aku belum menyimpan proses gamenya!"
Waktu 24 jam untuk menamatkan game RPG paling buruk terasa terbuang sia-sia, tidak ada yang bisa ia lakukan selain mengulang kembali dengan memuat proses permainan sebelumnya. Menghela nafas berat, tubuhnya mengejang sesaat sebagai tanda tubuhnya perlu mengeluarkan air.
"Terserahlah, aku akan ke toilet," Gumamnya merasa jengkel.
Ia meninggalkan komputernya yang masih menampilkan tulisan yang sama. Langkahnya terhuyung-huyung menuju toilet yang tidak jauh dari komputernya, efek tidak tidur selama 24 jam begitu terasa untuk seorang pelajar baginya, tetapi itu bukanlah untuk yang pertama kali.
Menutup pintu toilet, bersandar sambil membuang air seni. Rasa kesal ketika mendapat bug itu masih ia rasakan, tapi bagi seorang gamer sepertinya itu bukan masalah besar, ia sudah ingat bagaimana pola serangan boss itu jadi akan mudah baginya untuk mengulang permainan. Selesai dengan urusan panggilan alam, ia keluar dari toilet dan kembali ke meja komputer.
"Ah …"
Tampilan komputernya berubah, tidak ada lagi tulisan megah itu tapi berganti dengan sebuah pertanyaan yang hanya memberikan pilihan 'Yes' atau 'No'
'Apakah Kamu menikmati permainan ini?'
Ia menghela nafas lelah, ingin langsung beristirahat tetapi proses gamenya masih belum ia simpan dan ia tidak bisa menyimpannya karena diberi pertanyaan dari game itu. Bukan sebuah pertanyaan yang aneh, itu adalah hal biasa ketika menamatkan sebuah game. Biasanya game akan meminta pendapat para pemain yang berhasil menyelesaikan game mereka, dan nantinya jika pendapat pemain bagus maka pendapat pemain akan dipasang bersama iklan game mereka. Jika sebaliknya, mereka akan mengabaikannya, setidaknya itulah anggapan Edward yang sebenarnya tidak peduli dengan hal seperti itu.
"Meski sistem mendapat skillnya buruk dan tidur, makan, mandi itu benar-benar menyebalkan. Tapi permainan ini bagus dari beberapa aspek, ya terserahlah … Yes," ucapnya kepada diri sendiri kemudian memilih 'Yes' sebagai jawabannya.
'Bagaimana menurutmu tentang boss terakhir?'
Sebuah pertanyaan lain muncul di layarnya namun bukan dijawab dengan pilihan tetapi sebuah kotak kosong yang bisa di isi langsung dengan mengetikkan pendapatnya.
Edward semakin gusar, ia menghela nafas dengan kasar "Ini jadi seperti survey, ya terserahlah. Mungkin mereka nanti akan memudahkannya, walau bagiku masih termasuk mudah," ucapnya
Ia tidak langsung mengetikkan sesuatu pada kotak di layar itu, Edward termenung sesaat memikirkan sesuatu tentang boss terakhir yang cukup membekas dalam pikirannya. Boss terakhir itu seorang Raja Iblis, Kaisar Iblis yang hanya ingin ras-nya tetap hidup. Dia bukan Kaisar Iblis yang jahat, tapi kenapa pahlawan membunuhnya? Itu yang tidak ia mengerti dan tidak dijelaskan sama sekali alasan pahlawan membunuh Raja Iblis, hanya alasan biasa yang dipakai game RPG pada umumnya yaitu Raja Iblis akan menghancurkan dunia, tapi ia merasa jika alasan itu bukanlah alasan yang sebenarnya setelah ia mendengar Raja Iblis mengatakan itu disaat akan dihabisi olehnya.
Ia mengisi kolom kosong itu dengan apa yang ia pikirkan sebelumnya sekaligus memberikan pertanyaan yang ada dipikirannya sebelumnya, menekan tombol 'enter'.
'Kalau begitu, bagaimana jika Kamu menjadi Raja Iblis?'
"Eh?"
Tidak ada pilihan ataupun kotak kosong, semua kontrol juga tidak berfungsi. Ia tidak bisa mengetik, menekan tombol kombinasi untuk keluar darurat dan menggerakkan kursor panah.
'Bagaimana jika Kamu memahami apa yang dirasakannya?'
'Dengan begitu pertanyaan mu dapat terjawab'
'Kemarilah.'
Layar komputer seketika berubah menjadi warna putih, cahaya dari layar menjadi sangat terang daripada biasanya sampai membutakan matanya untuk sesaat, lampu kamar tiba-tiba menyala sangat terang lalu meledak. Ruangannya bergetar hebat seolah di terjang gempa, ia melompat dari kursi karena panik, berlari kearah pintu keluar.
"Aaaaaaaaaaaahg!"
Sebelum mencapai gagang pintu, ia sudah tertelan oleh cahaya itu dan kesadarannya menghilang. Ia tenggelam, semakin jauh dari cahaya, sekarang hanya ada kegelapan di sekelilingnya.
'Menerima karakter, membuat ulang struktur karakter.'
Sakit, dadanya terasa sangat sakit seolah di tusuk oleh pedang berkali-kali. Ia meronta, meraih apapun yang bisa ia raih tapi sayang tidak ada apapun di sekitarnya.
'Berhasil.'
Suara itu, ia bisa mendengarnya. Suara yang sangat mengganggu yang di telinganya sampai ingin menarik dan mencabut telinganya karena tidak tahan.
'Memuat data karakter.'
"Hu-uh?"
Selesai
"Apa yang–."
Ia berhasil membuka matanya, sebuah titik cahaya biru kecil berada tepat di depan wajahnya. Melihat sekeliling, tidak ada lagi cahaya, hanya ada titik itu yang menjadi cahaya di tempat yang gelap lalu ini juga bukan kamarnya.
'Konfirmasi untuk melihat data.'
"Suara apa itu? Apa yang terjadi sebenarnya?"
'Konfirmasi untuk melihat data.'
Kebingungannya tidak terjawab, suara itu hanya terus berulang-ulang setiap 3 detik.
"Ah terserahlah!"
Anak itu tanpa pikir panjang menekan titik cahaya biru itu, suara yang sedang berbicara seketika langsung tertahan untuk sesaat.
'Konfirmasi selesai.'
Menampilkan data
Sebuah layar abu-abu transparan dengan tulisan putih rata kiri muncul di hadapannya, menunjukkan nama, umur, ras dan level.
"Apa … Apaan ini?" Ucapnya terkejut menatap semua tulisan di layar itu.
Nama: Void
Umur: 980 tahun
Ras: Iblis
Level: 200 (MAX)
Lirikan matanya terhenti ketika membaca skill yang berada di bawah baris level, hanya ada tiga skill.
"Skill ini …"
Ia sangat ingat dengan ketiga skill itu, skill yang digunakan boss terakhir yang ia lawan. Ia masih ingat pola serangan dan kapan skill itu digunakan, karena itu ia yakin tidak salah saat melihat tiga skill utama itu.
Skill: [Claws of Hell] [Blasts of Evil] [Devours Darkness]
'Konfirmasi memakai karakter.'
Suara itu kembali bersamaan dengan munculnya titik biru di bagian bawah data itu. Tidak ada pilihan lain, suara itu juga kembali berulang dengan jarak waktu yang sama seperti sebelumnya. Tetapi ia tidak terganggu, ia termenung sesaat mengingat apa yang terjadi sebelumnya.
"Ah terserah, mungkin aku hanya bermimpi."
Ya, terlalu aneh baginya untuk mengalami ini. Ia terlalu sering membaca novel bertema dunia lain atau dunia game, tidak tidur selama 24 jam membuatnya sedikit berhalusinasi.
"Ayo selesaikan ini, dan tidur."
Ia memejamkan matanya dan menekan titik itu lagi untuk menghentikan suara yang terus berbicara.
'Konfirmasi selesai.'
'Melakukan pemindahan.'
"Eh?"
Rasa lelahnya menghilang, rasa kantuknya juga menghilang, kini ia membuka matanya dengan lebar menatap ke arah langit-langit yang belum pernah ia lihat. Sekelilingnya tidak lagi gelap, ia bisa melihat tembok dengan cat merah, lemari, meja dan juga ranjang, ranjang yang jauh lebih besar daripada miliknya. Tempat itu, bukanlah kamarnya.
"Aku dimana?"
Ia merasa sedikit berat di kepalanya seolah ada sesuatu yang menumpuk di kepala, ia meraba dan bisa merasakan sesuatu yang seharusnya tidak ada di kepalanya. Sangat besar, serasa seperti tulang yang keluar dari kepalanya. Ia melompat dari ranjang dan berlari ke cermin di atas meja.
"Ti--tidak mungkin, kenapa Aku memiliki tanduk!?"
Sebuah tanduk besar, melengkung ke depan ke arah pandangannya, wajahnya dan pakaiannya berubah. Ia tidak lagi memakai seragam sekolah yang dua hari belum ia lepas, ia memakai jubah hitam dengan kerah yang besar sampai menghalangi kedua sisi kepala juga bagian belakang kepalanya.
*Tok tok
"Tuan Edward, sarapan sudah siap."
Suara seorang gadis, memanggilnya dengan panggilan tuan. Apa yang terjadi sebenarnya? Semuanya berubah dalam sekejap, ia masih ingat sensasi saat ia bermain game dan emosi yang muncul karena bug tidak jelas, ia beberapa saat lalu masih di kamar kecilnya, tapi kenapa ia berada disini?
'Ayo, kemarilah Kaisar Iblis.'
Ia teringat kembali panggilan itu, panggilan saat dirinya belum tertelan oleh cahaya. Saat ini hanya ada satu anggapan mustahil dikepalanya, sesuatu yang masih tidak ia percaya itu akan terjadi.
"Jangan bilang … Aku benar-benar menjadi Kaisar Iblis!?"
To be continue