webnovel

BEKAL ISTIMEWA

Pagi ini Anggara sengaja pergi ke sekolah duluan , ia tak mau berlama-lama dirumah yang baginya sudah terlihat seperti neraka saja apalagi semenjak kepulangan sang kakek dan kakak laki-lakinya.

Bahkan ia bela-belain belum sempat sarapan pagi, sampai membuat bunyinya mengeluarkan beberapa bunyi ketika tiba dikelas. Untung saja seorang malaikat baik hati yang bernama Bella membawakan sekotak bekal bewarna merah kepada Anggara yang kala itu sedang berpura-pura sibuk membaca buku sains didalam kelas seorang diri.

"Tumben cepat datang, pasti belum sarapan ya?" tanya Bella seraya menggendong ranselnya, sepertinya Bella juga baru saja tiba disekolah mengingat kalau hari ini ia memiliki jadwal piket kelas makanya ia juga datang duluan.

"Hmm .." gumam Anggara tanpa sekalipun berniat menatap lawan bicaranya itu.

"Ini makan aja bekal aku, sebenarnya ini buat makan siang sih cuman aku juga gak mau lihat kamu sakit karena gak sarapan pagi." tukas Bella seraya menyodorkan bekalnya diatas buku sains Anggara, ia juga memperlihatkan senyuman manisnya pada cowok itu.

"Nanti juga gue bisa beli makan dikantin, jadi gak usah khawatir dan mending simpan aja bekal loe ."

Bukannya menerima pemberian Bella, ia malah menyodorkan kembali bekal itu ketangan Bella, baginya tak ada alasan ia harus menerima kebaikan hati gadis itu sebab ia juga tak mau sekalipun memberikan harapan pada Bella yang kala itu bucin setengah mati padanya.

"Kantin belum buka jam segini, gak mungkin dong loe makannya jam istirahat . Nanti loe gak fokus belajar karena kelaparan gimana? emangnya loe mau nilai loe turun gegara gak fokus belajar hari ini?" Bella yang memang taj pantang menyerah malah memojokkan kelemahan Anggara dalam sekejap, ia tahu kalau Anggara adalah siswa paling berprestasi disekolah mereka dan bisa dikatakan Anggara sedikit sensitif kalau masalah nilai dan pelajaran.

Dan kini gegara perkataan Bella barusan, membuat cowok itu cukup ragu untuk kembali menolak bekal nasi yang disodorkan oleh Bella.

"Ambil aja kali Anggara, waktunya masih sempat banget kok buat sarapan."

"Oke deh, makasih ya. Gue utang budi kali ini sama loe." tuturnya yang mulai mengalah dan langsung meraih bekal itu dadi genggaman tangan Bella.

Ia langsung menyantap mie goreng dengan lauk telor yang ada dibekal Bella, sepertinya ia terlihat menikmati bekal tersebut tanpa menyadari Bella yang tengah sibuk mencuri pandang menatapnya dengan penuh cinta .

"Nih minuman gue sekalian." ucap Bella .

"Nanti loe minum gimana?"

"Beli dikantin dong , jadi loe gak perlu khawatir gitu." tawa Bella memberikan kelegaan dihati Anggara.

"Yaudah kalau gitu loe sarapan aja, gue mau ke toilet dulu buat bersihin kain pel. Loe kan tahu sendiri hari ini gue piket."

"Kalau gitu gue cepet-cepet deh makannya biar loe bisa piket." tukas Anggara yang langsung buru-buru sarapan dan membiarkan Bella pergi dari pandangannya.

Untungnya begitu Bella kembali lagi kedalam kelas, Anggara benar-benar telah menyelesaikan sarapannya dan langsung menyerahkan Bekal tersebut kepada sang pemilik.

"Makasih ya Bel." ucapnya lagi yang malah membuat gadis itu hanya tersenyum senang saja.

"Apa sih yang gak buat cowok kayak loe."

"Loe jangan ngomong gitu mulu, sumpah gue gak nyaman." tukas Anggara yang memang agak suka ngomong blak-blakan, sebab semenjak ia menjalin hubungan dengan Sarah membuat ia selalu menjaga jarak bila berurusan dengan wanita lain.

"Oh iya, gue bantuin loe piket deh sekalian lunasin utang budi gue." Anggara langsung merampas sapu dari tangan Bella sampai membuat tangan keduanya tidak sengaja bersentuhan, dan dalam sekejap jantung gadis itu berdetak kencang seakan-akan ingin copot saja.

"Maaf Bell gak sengaja megang tangan loe." ucapnya berusaha mengklarifikasi segalanya, ia terlihat takut kalau bisa saja Bella langsung salah paham tentangnya walaupun sebenarnya ia merasa cukup senang saat berurusan dengan gadis seperti Bella.

"Ah..iya gak apa-apa kok Anggara, gue senang." ucap Bella yang tampak enjoy saja dan tidak merasa risih sama sekali.

"Gue nyapu Sekarang ya biar nanti loe bisa mengepel lantainya." ucapnya , lalu segera pergi kesudut kelas untuk mulai menyapu bersih lantai yang sebenarnya tidak terlalu kotor.

Cukup lama mereka sibuk dengan kegiatannya masing-masing , tak ada sekalipun dialog dan percakapan diantara keduanya hingga tak terasa kelas kini benar-benar telah bersih sama seperti yang diharapkan.

"Akhirnya selesai..." gumam pelan Anggara, ia langsung terduduk di atas meja guru dan sedikit melonggarkan dasinya supaya sedikit lebih nyaman.

"Iya selesai juga akhirnya, tapi gitu anak-anak masuk kelas bakal kotor lagi deh." keluh Bella yang sedikit menyandar dipapan tulis , kini keduanya saling berhadapan satu sama lain .

"Gak masalah sih, intinya loe kan udah piket jadi gak harus didenda sama buk bendahara kita." tawa kecil Anggara yang semakin membuat debaran jantung Bella, apalagi mata Bella tak bisa teralihkan oleh keringat yang masih bercucuran disekujur kening Anggara .

"Loe baru kerja gini aja udah keringatan." ucap Bella seraya mengambil tisu dikantongnya dan menghapus keringat dikening Anggara.

Anggara hanya tersenyum saja, tak ada sekalipun penolakan darinya ataupun gerakan lain selain membiarkan tangan Bella secara leluasa membelai wajahnya dengan tisu.

"Nanti tisunya loe buang ya, jangan loe simpen apalagi loe jadiin pajangan dikamar loe." sindir Anggara yang terlihat bisa membaca apa yang sedang dipikirkan gadis itu saat ini.

"Emangnya masalah kalau gue simpan tisu ini? lagian cewek mana sih yang gak senang bisa ngehapus keringat doinya kek gue ini?"

"Ada kok yang gak kek loe, tapi sialnya gue malah ketemu cewek kayak loe." tukas tajam Anggara yang entah kenapa mendadak saja ia teringat akan sosok Sarah, tunangannya yang ia rasa memiliki kepribadian yang sangat berbeda dari Bella walaupun jika jujur bersama Bella malah terasa jauh lebih menyenangkan dibandingkan ia menghabiskan waktu bersama Sarah.

"Jadi gimana tadi bekal gue, enak gak? atau mulai besok gue siapin khusus buat loe?" tanya Bella kesenangan.

"Syaratnya apa? soalnya gue gak mau utang budi sama loe mulu, takutnya nanti gue gak sempat ngebalas semua utang budi gue."

"Gimana kalau utang budinya loe nemanin gue buat jalan-jalan gitu tiap Minggu?" tawar Bella, awalnya Anggara hanya terdiam sejenak saja memikirkan kembali tawaran Bella tersebut.

Sebenarnya Anggara ingin sekali menolak tawaran tersebut, baginya tawaran itu sama sekali tak menguntungkannya namun bila dipikirkan kembali setidaknya ia tak harus berurusan dengan rumah setiap pagi dan kehadiran Bella juga membuatnya tak perlu khawatir untuk sarapan pagi setiap hari .

"Oke gue setuju, tapi gak harus wajib tiap Minggu ya kalau mendadak mana tahu gue ada urusan penting."

"Boleh deh kalau kayak gitu, gue setuju." ucap Bella kesenangan dan meloncat-loncat bahagia seperti anak kecil saja sampai membuatnya sedikit tersanjung kaki Anggara dan membuat gadis itu terjatuh kedalam pelukan Anggara yang kala itu ada dihadapannya.

Kini posisi mereka terlihat seperti pelukan saja, apalagi tangan Anggara yang cekatan menggapai gadis itu membuat kepala gadis itu benar-benar bersandar didada bidang Anggara yang membuat ia bisa merasakan bau parfum elegan dari cowok sekelas Anggara.

"Parfum loe buat gue nyaman..." puji Bella yang tak tahu lagi mau berbicara apa, dilain sisi tubuhnya seperti orang yang mematung kala itu juga, berbeda dengan Anggara yang langsung berdiri dan melepaskan Bella dari pelukannya.

"Loe harusnya hati-hati, untung gue gak menghindar!" keluh Anggara yang juga sebenarnya gak kalah syok dibandingkan Bella, ia memang bisa menyembunyikan perasaannya dari semua orang termasuk juga Bella tetapi bagaimana mungkin ia bisa membohongi perasaannya kalau sebenarnya ia juga memiliki perasaan pada gadis itu sejak pertama kali Bella mengenalkan diri sebagai anak baru didepan kelas mereka beberapa bulan yang lalu.

"Kalian ngapain berduaan?" tanya salah seorang siswi perempuan yang terlihat baru saja datang, tetapi diwajahnya tampak terlihat jelas sebuah kejahilan dan wajah-wajah orang yang siap menggibah.

"Muka loe kelihatan banget mau nyari bahan gibahan." sindir Anggara seraya tersenyum geli, ia jelas sangat memahami bagaimana watak dari teman-teman sekelasnya itu apalagi kepribadian siska yang tak pernah berhenti menjadi dalang dari seluruh berita hoax disekolah mereka.

"Kalau gue sih gak masalah loe mau gibahin apapun, tapi jangan sampai loe buat si Bella malu gegara loe." tukas Anggara yang langsung bangkit dan berjalan kembali ke kursinya.

"Gue juga gak masalah, tapi jangan sampai gibahan loe malah buat Anggara jijik sama gue." keluh Bella yang terlihat tak mau kalah dengan Anggara, ia langsung pergi keluar kelas sembari membawa ember dan kain pel.

"Mau kemana loe , Bell?" tanya Siska.

"Toilet lah, balekin nih bareng-bareng." ucapnya sambil buru-buru keluar kelas, namun sebelum benar-benar meninggalkan kelas ia sempat mengeluhkan sesuatu kepada siska dengan berbisik pelan yang membuat siska tersenyum baper mendengarkannya.

.

"Harusnya tadi bisa so sweet-an sama Anggara, gegara loe datang jadi berantakan deh semaunya." bisiknya yang langsung pergi dengan wajah yang sedikit tak mengenakan, tapi mampu membuat Siska baper gak ketulungan.

Begitu Bella benar-benar telah pergi jauh dari kelas, barulah siska yang merasa tertarik pada hubungan misterius diantara Bella dan anggara langsung berlari menghampiri Anggara yang kini telah sibuk membuka buku sainsnya.

"Loe udah jadian sama si Bella?" tanya Siska.

"Bukannya loe kemarin-kemarin nyebarin rumor kalau gue udah punya pacar? jadi gak ada alasan buat gue jadian sama Bella dong." ucap Anggara dengan nada datarnya seraya tetap menunjukkan senyuman lebarnya, apalagi ketika ia melihat siska tampak kesal seusai mendengarkan jawaban Anggara yang tidak memuaskannya.

"Gak asyik loe Angga, bukannya klarifikasi malah nerima-nerima aja rumor yang gue sebarin." bukannya minta maaf atas rumor yang beredar, malahan ia sibuk mengeluh dan beranjak pergi mengejar Bella untuk meminta kebenaran yang sebenarnya.