Ketika Flora dan suaminya Louis tiba, Finland dan Caspar masih berada di perpustakaan mengobrolkan detail pernikahan mereka dengan Aldebar. Sebagai pemimpin klan, biasanya Caspar yang menikahkan anggota kaum mereka, tetapi karena sekarang ia sendiri yang akan menikah, maka Aldebarlah yang akan mengambil peran itu.
Flora adalah seorang gadis yang sangat cantik dan wajahnya mirip sekali dengan kedua saudaranya. Rambutnya keemasan seperti Aldebar namun sepasang matanya berwarna hijau, mengingatkan Finland akan mata Jadeith, anak Flora. Di antara kedua saudaranya ia terlihat paling muda, walaupun sebenarnya ia 150 tahun lebih tua dari Aldebar.
Suaminya Louis justru terlihat agak tua dibandingkan mereka semua, seperti seorang yang sudah berumur empat puluhan. Namun begitu ia masih tampan dan penampilannya yang kalem membuatnya terlihat paling dewasa di antara mereka semua, walaupun sesungguhnya Casparlah yang berumur paling tua.
"Inikah calon kakak ipar?" tanya Flora saat memasuki ruang perpustakaan. Wajahnya tampak senang sekali. Ia berjalan ke arah Finland dan memeluknya dengan hangat. "Aku sangat senang bertemu denganmu."
Finland membalas pelukan Flora. Ia tak menyangka keluarga Caspar sangat mudah menerimanya. Aldebar dan Flora bersikap baik dan terlihat menyukainya.
Tiba-tiba ia merasa terharu karena ia seolah memiliki keluarga baru. Selama ini ia selalu sendirian. Sahabat dan keluarganya hanya satu, yaitu Jean, dan kini ia akan segera mempunyai suami dan keluarga besar.
Tetapi ia sedih karena Jean tidak bisa ada di sini untuk berbagi kebahagiaan dengannya.
Caspar yang melihat ekspresi sedih Finland segera mengerti apa yang ada di pikirannya.
"Kau akan bertemu Jean dua minggu lagi. Jangan sedih...."
"Siapa Jean?" tanya Flora, "Keluargamu?"
Finland mengangguk. Flora kemudian sedikit mengerti apa yang dirasakan Finland. Louis suaminya juga harus meninggalkan keluarganya setelah ia meminum obat abadi dan hidup menyepi bersama Flora. Mereka semua harus menyimpan rahasia tentang kaum Alchemist rapat-rapat.
"Sebaiknya kalian gadis-gadis pergi ke kamar dan mempersiapkan pengantin. Aku dan Aldebar akan mempersiapkan Caspar," kata Louis kemudian.
Flora mengangguk, ia menggenggam tangan Finland dan menariknya keluar perpustakaan. "Ayo kubantu dengan gaunmu."
Finland baru ingat akan gaun pengantinnya yang cantik. Ia belum sempat memakainya. Dengan semangat ia melambai kepada Caspar, "Sampai jumpa nanti malam."
Caspar meniupkan ciuman ke arahnya dan mengangguk. "Aku tidak sabar menunggu."
***
Ketika akhirnya Finland mengenakan gaunnya, ia tak percaya pada penampilannya sendiri. Gaunnya panjang dan jatuh melewati mata kaki dengan leher berbentuk V yang panjang, memamerkan tulang lehernya yang cantik dan lehernya yang jenjang tampak semakin indah dalam balutan gaun yang dibuat bertali tanpa lengan - dan dipenuhi batu-batu mulia kecil yang dijahit bersama banyak sekali manik-manik, membuatnya berkilauan saat diterpa cahaya. Ia tak dapat membayangkan berapa banyak orang yang bekerja lembur demi menyelesaikan gaunnya itu.
"Kau cantik sekali..." puji Flora. "Kakakku tidak salah pilih."
"Terima kasih," jawab Finland tersipu.
Flora memanggil beberapa staf dan penata rias untuk membantu Finland dengan rambut dan makeup-nya.
"Tolong dibuat yang sederhana dan natural..." pinta Finland. Ia hampir tak pernah berdandan, dan ia takut kalau dirias berlebihan ia tak akan mengenali dirinya sendiri.
"Tentu saja, Nyonya." jawab sang penata rias sambil tersenyum menenangkan.
***
Waktu yang dinanti-nantikan itu akhirnya tiba juga.
Pukul 4 sore, ketika matahari hampir tenggelam, Flora dan Famke sudah berjalan mengiringi Finland menuju kapel kecil di lantai dasar. Ruangan itu dipenuhi patung leluhur mereka dalam pakaian kuno, dan ada berbagai lambang keluarga di lantai dan dindingnya.
Ratusan lilin dinyalakan di sepanjang tembok dan lampu kristal yang sangat besar juga menyala membuat suasana tampak menjadi sangat syahdu. Famke berhenti di depan pintu dan kini hanya Flora yang menemani Finland masuk ke kapel.
Seorang pemain harpa melantunkan sebuah lagu yang Finland tidak tahu judulnya tetapi terdengar sangat indah. Saat ia berjalan diiringi Flora menuju ke arah calon suaminya, semuanya terasa begitu sempurna.
Caspar yang mengenakan tuxedo yang membuatnya terlihat sangat tampan, menoleh ke arah kedatangan mempelai dengan senyuman haru. Di sisinya ada Louis dan di depan mereka, dengan pakaian seperti seorang raja dengan jubah yang dipenuhi ornamen kebangsawanan, Aldebar berdiri tegap dengan sebuah tongkat di tangannya.
Finland berjalan pelan-pelan ke arah Caspar, dan ketika ia tiba di sampingnya, Caspar segera menggenggam tangannya.
"Sebagai wakil dari orangtua kita saat ini, dan keluarga besar klan Alchemist, Aku Aldebar Edward Johan Frederich von Schneider mengambil kuasa untuk menyatukan kalian Caspar Alexander Sebastian Heinrich von Schneider dan Finland sebagai suami istri yang diakui manusia, langit dan bumi serta segala unsur yang ada di alam semesta. Bersediakah kau, Caspar menerima dan mencintai Finland sebagai satu-satunya pendampingmu menjalani kehidupan ini, dengan segala kelebihan dan kekurangannya, serta berjanji untuk melindungi, menjaga, dan membahagiakannya seperti dirimu sendiri?"
"Aku bersedia," jawab Caspar dengan tenang.
Aldebar melanjutkan, kali ini menoleh kepada Finland.
"Bersediakah kau, Finland, menerima dan mencintai Caspar sebagai satu-satunya pendampingmu menjalani kehidupan ini, dengan segala kelebihan dan kekurangannya, serta berjanji untuk melindungi, menjaga, dan membahagiakannya seperti dirimu sendiri?"
"Aku bersedia..." jawab Finland dengan nada haru. Air mata hampir menetes ke pipinya, dan Flora buru-buru menyerahkan sapu tangan kepadanya.
"Dengan disaksikan langit dan bumi serta semua unsur di alam semesta, biarlah cinta kedua mempelai abadi dalam arus waktu yang tiada akhir dan mereka dapat hidup selamanya dalam kebahagiaan yang tidak habis-habisnya, hingga maut memisahkan."
Walaupun secara fisik kaum Alchemist bisa hidup abadi, bukan berarti mereka tidak bisa mati. Tubuh mereka tidak bisa menahan peluru, senjata tajam, dan serangan lainnya. Itulah sebabnya Aldebar masih menyebutkan 'hingga maut memisahkan' seperti itu,
Itu juga bisa berarti bahwa jika Finland sampai akhir tidak mau meminum ramuan abadi, maka ia akan meninggal dan Caspar akan terpisah dengannya oleh maut.
Memikirkan ini tiba-tiba Caspar merasa sedih. Ia memandangi Finland dengan mata sendu, berharap gadis itu segera mengambil keputusan untuk menjadi abadi bersamanya. Walaupun ia bersedia menunggu, tetapi membayangkan suatu saat Finland bisa terkena penyakit dan mati meninggalkannya sendiri sangat membuatnya resah.
"Aku nyatakan kalian sebagai suami istri, sekarang dan selamanya." kata Aldebar kemudian. Ia menyentuhkan tongkatnya ke ke bahu Caspar dan bahu Finland bergantian.
Finland tidak pernah membayangkan seperti apa prosesi pernikahan kaum Alchemist. Tadinya ia mengira mereka akan mengundang pendeta atau mengadakan upacara pernikahan di gereja. Ternyata di kapel yang ada di kastil ini mereka melaksanakan upacara kecil itu dengan begitu khimad, hanya dengan dipimpin oleh Aldebar. Bahkan para staf dan pengawal pribadi Caspar tidak ada yang masuk.
"Sekarang dan selamanya." Caspar menyahut. Ia memberi tanda kepada Finland untuk mengikutinya, dan gadis itu kemudian angkat suara.
"Sekarang dan selamanya." Suara Finland bergetar saat mengucapkan janjinya. Ia tak tahu apakah mereka akan hidup selamanya, tetapi sekarang, saat ini, hidupnya berputar demi Caspar. Ia ingin menghabiskan setiap hari dan malamnya bersama laki-laki ini. Setiap bahagia dan sedihnya bersama laki-laki ini. Dan ia ingin melahirkan anak-anak bagi laki-laki ini...
Caspar menciumnya dengan lembut sekali, seolah Finland adalah boneka porselen yang mudah hancur. Ia sangat berhati-hati memperlakukan istrinya. Saat memeluk Finland ia juga melakukannya dengan lembut dan memastikan Finland tidak sesak napas karena ia terlalu bersemangat.
"Aku mencintaimu." kata Caspar kemudian.
"Aku juga mencintaimu," balas Finland.
Keduanya saling tersenyum dan kembali berciuman.
"Baiklah... kalian pengantin baru, silakan beristirahat. Beberapa jam lagi kita makan malam untuk merayakannya. Besok kita akan mengumumkan kepada semua orang bahwa telah terjadi pernikahan," kata Aldebar.
Caspar tidak menunggu Finland menjawab, ia sudah membopong gadis itu keluar kapel menuju lift ke lantai 3. Ia memilih cara tradisional yaitu dengan menggendong istrinya masuk ke kamar mereka. Jadeith dan Famke yang menunggu di depan lift di lantai 3 segera membukakan pintu kayu yang besar itu dan Caspar segera masuk dengan Finland dalam gendongannya. Pintu kemudian ditutup di belakang mereka.
"Akhirnya... kau takkan bisa berubah pikiran." kata Caspar dengan nada senang. Ia meletakkan Finland dengan hati-hati di atas tempat tidur. Sekeliling mereka dipenuhi hiasan bunga yang cantik dan lilin-lilin yang menyala romantis. "Kau terikat kepadaku seumur hidup."
Ia duduk di samping Finland dan memeluk pinggangnya.
"Kau cantik sekali hari ini, aku tak percaya keberuntunganku." kata Caspar kemudian. Ia membenamkan wajahnya di rambut gadis itu, "Aku mau hidup bersamamu selamanya...."
Finland menoleh ke samping dan wajahnya kini berhadapan dengan wajah suaminya yang memandanginya dengan tatapan penuh kekaguman, hampir seperti memuja. Hatinya merasa hangat. Ia tak mengira bahwa Caspar demikian mencintainya. Sepasang mata birunya tampak membuka rahasia hati laki-laki itu yang paling dalam, bahwa di dalamnya hanya ada Finland.
Finland menyentuh pipi Caspar dengan tangan kanannya lalu mendekat dan mencium bibir suaminya. Caspar menyambut ciumannya dengan segera dan membalas dengan lebih intens.
Keduanya segera menyadari bahwa mereka akan melewatkan makan malam.
"Aku bisa meminta pelayan mengantar makanan langsung dari dapur setelah kita selesai...." bisik Caspar sambil membuka kancing kemejanya. "Kita tidak usah ikut makan malam bersama keluargaku..."
Finland mengangguk sambil tersenyum tersipu-sipu.
***
Keesokan harinya Finland terbangun karena kedinginan. Mereka lupa menutup jendela sebelum tertidur dan kini udara dingin masuk menembus walaupun di ruangan ada pemanas dan keduanya tidur di bawah selimut yang tebal.
Finland meraba wajahnya yang dingin dan membuka mata. Pandangannya terarah ke jendela yang terbuka dan ia segera terpekik kecil saat melihat butir-butir putih melayang turun di luar.
Suaranya membangunkan Caspar yang berbaring memeluknya. Laki-laki itu membuka matanya dan melihat ke arah Finland. "Ada apa, Sayang?"
"Lihat itu..." bisik Finland. Ia menunjuk ke jendela.
Caspar segera ingat bahwa Finland belum pernah melihat salju sebelumnya, dan gadis itu sangat terpesona melihat butiran salju kecil-kecil melayang turun di udara, seperti yang terlihat dari jendela mereka yang terbuka.
"Salju pertama tahun ini..." kata Caspar sambil tersenyum. "Kau mau melihat lebih dekat?"
Finland mengangguk. Caspar segera bangun dan mengenakan kimono lalu menyerahkan sehelai kimono kepada Finland agar gadis itu dapat bangun dari tempat tidur tanpa kedinginan. Ia lalu membuatkan dua cangkir teh untuk mereka dan membawanya ke arah jendela.
Finland yang sudah memakai jubah tidur lalu berjalan mendekatinya dan menerima satu cangkir teh.
"Dingin sekali..." katanya.
Caspar menarik sebuah kursi lalu mengambil selimut mereka dari tempat tidur. Ia duduk di kursi dan memberi tanda agar Finland duduk di pangkuannya.
"Duduk di sini, biar kita bisa menikmati pengalaman salju pertamamu."
Setelah Finland duduk di pangkuannya sambil memegang cangkir tehnya, Caspar menutupi tubuh mereka dengan selimut. Tubuh keduanya menjadi hangat sekali. Sambil minum teh keduanya mengamati salju yang turun dan saling membisikkan kata-kata cinta.
Setelah tehnya habis, mereka duduk berpelukan melihat salju sampai akhirnya hujan salju pun berhenti.