webnovel

System penakluk

Orion, seseorang dari dunia lain yang secara tiba-tiba muncul di dunia yang penuh dengan sihir dan fantasy bagi orang-orang di dunianya. Dia sendiri adalah orang yang menolak percaya akan sihir dan hal-hal fantasy lainnya, namun itu berubah ketika dia melihatnya langsung. Selain berpindah dunia, Orion juga mendapatkan sesuatu yang membuatnya cukup terkejut. Ada sebuah system yang melekat pada dirinya, dia tahu bahwa system itu akan membuatnya menjadi apapun yang dia inginkan dan dia tentu saja dengan senang hati akan melakukan apapun untuk tujuannya tercapai. Orion adalah orang yang buruk dan dia sendiri sadar akan hal itu, dia juga memiliki masa lalu yang buruk dan kelam. Hal yang ingin dia simpan sendiri dalam-dalam dan di tutup rapat di ingatannya saja. Orion mulai berusaha untuk merubah dirinya, begitu dia bertemu dengan sebuah keluarga sederhana. Keluarga yang menerima dia apa adanya, meski mereka tahu apa yang Orion lakukan. Dengan bersama mereka, Orion mulai berusaha berubah. Agar bisa menjadi lebih baik. Dia berusaha berubah untuk menjadi orang baik, orang baik menurutnya. Bersama dengan bantuan system dan orang-orang sekitarnya, Orion sendiri bertanya. Apakah dia bisa berubah dan sepenuhnya mengubur masa lalunya.

DRH01 · Kỳ huyễn
Không đủ số lượng người đọc
92 Chs

Pemikiran

Waktu permainan mereka sudah berakhir, semua anak kembali berkumpul. Zealot mengomeli Orion, Orion dan anak-anak lainnya hanya tertawa.

"Hah, kau harusnya tidak boleh percaya pada musuh..." Orion tersenyum tipis.

"Lihatlah, ini akan menjadi yang terakhir" Zealot menunjuk Orion.

"Begitu, ya. Berjuanglah" Orion sekarang duduk.

"Tapi, kenapa bisa Orion menang melawan Zee?" Tanya Kiana, anak-anak yang lainnya juga terlihat penasaran.

"Aku juga bingung, padahal aku yakin sekali kalau aku lebih cepat daripada Orion" Zealot melihat ke Orion.

"Apa yang kau lihat?

"Ya, mungkin kau bisa menjawabnya"

"Bukankah sudah jelas, masih ada yang bertahan dan waktu sudah habis. Jadi wajar saja, jika itu kemenangan ku" Orion berkata.

"Bukan itu, maksudku tentang pertandingan kita tadi"

"Umm...." Orion terlihat berpikir sejenak.

"Mungkin benar, kau bisa menang dari ku jika itu menyangkut kecepatan. Tapi kecepatan ku dengan mu tidak berbeda jauh, bisa di bilang. Aku hanya akan tertinggal 2-4 langkah, tapi..."

"Aku menang...Disini" Orion menunjuk kepalanya sendiri, anak-anak lainnya mengangguk tanda setuju.

"Memang benar, Orion jauh lebih pintar dan cerdas dari Zealot. Tapi Orion tidak tertinggal jauh dari kecepatan Zealot, Orion tentu bisa menang" kata seorang anak laki-laki.

"Apa? Jadi kau ingin bilang, bahwa aku ini bodoh?" Zealot melihat ke anak itu dengan kesal.

"Kurang lebih, begitu" jawab anak itu dan anak-anak lainnya mengangguk tanda setuju, mereka sudah sering melihat hal-hal bodoh yang Zealot lakukan.

"Lihat saja, Orion. Aku mungkin tidak sepintar dan secerdas mu, tapi aku akan jauh lebih kuat dari mu. Kau lihat saja!!!!" Zealot menunjuk Orion kembali.

"Aku menunggu itu" Orion tersenyum tipis.

Mereka memutuskan untuk pulang ke rumah masing-masing, sekarang Orion bersama dengan Kiara dan Kiana. Arah rumah mereka sama, bisa di bilang bahwa mereka adalah tetangga yang berdekatan.

"Orion, apa Kiara boleh bertanya?" Kiara melirik Orion.

"Tentu, ada apa?"

"Apa Orion memiliki hobi?" Tanya Kiara dengan polos.

"....." Orion diam sesaat, dia terkekeh setelah itu. Kiana dan Kiara bingung melihatnya.

"Ada apa, Orion? Kenapa kau terkekeh begitu?" Kiana bertanya.

"Pertanyaan Kiara itu... Orion tersenyum tipis.

"Ada apa dengan pertanyaannya itu? Apa aneh?"

"Bukan aneh lagi, tentu saja semua orang memiliki hobi. Lagipula, itu pertanyaan adalah bodoh" jawab Orion dengan santainya, namun dia menyadari sesuatu.

"Bodoh....Ya" Kiara berkata, dia menundukkan kepalanya.

"Ki-kiara, bukan begitu maksudnya" Orion sadar bahwa dia baru saja bersikap kasar kepadanya.

Orion sadar, bahwa anak-anak di sekitarnya memiliki beberapa sikap. Ada yang bisa menerima ejekan dan cercaan seperti Zealot dan beberapa anak lainnya, ada anak yang tidak acuh akan hal itu dan ada anak yang merasa sedih jika di beri cercaan dan ejekan seperti Kiara.

Kiara tidak menggubris perkataan Orion, dia langsung berlari ke arah rumahnya. Orion bisa melihat air mata pada Kiara, dia sadar bahwa perkataannya itu tidak pantas dikatakan untuk Kiara.

"Kiara..." Kiana melihat ke Kiara yang semakin menjauh, dia melihat ke Orion.

"Kau harus berhati-hati dengan perkataan mu, Orion. Kiara itu berhati rapuh...." Kiana menyentuh bahu Orion.

"Kuharap kau mengerti, aku permisi" Kiana langsung mengejar Kiara, meninggalkan Orion sendiri.

"Sial..." Orion berkata pelan, dia pun kembali berjalan. Dia sampai di rumahnya dan masuk ke dalam.

"Aku pulang..." Orion menutup pintu.

"Selamat datang, Orion. Apa kamu senang bermain bersama teman-teman mu?" May keluar dari dapur dan melihat ke Orion dengan senyumnya.

"Ya, tadi menyenangkan sekali Bu" Orion mengangguk.

"Beristirahatlah sejenak lalu mandi, ibu harus memasak..." May kembali ke dapur.

Orion berjalan naik ke lantai 2 ke kamarnya, dia mengetuk pintu kamar itu. Dia melakukan itu karena sebelumnya, dia pernah tidak sengaja masuk selagi Anna mengganti pakaiannya. Dia tidak ingin kejadian klise itu terulang.

"Aku masuk..." Orion berkata, setelah tidak ada respon ketika dia mengetuk pintu.

SRET

Tidak ada siapapun di dalam kamar, Orion menutup pintu dan berbaring di kasur. Dia menutup matanya, sekarang ada perasaan bersalah yang muncul di benaknya. Tentu saja itu karena perlakuannya kepada Kiara sebelumnya.

'Kenapa aku tiba-tiba merasakan perasaan tidak enak? Itu hanya kesalahan kecil, kepada gadis kecil'

"Mungkin itu karena kau sudah melunak"

Orion terkejut, dia membuka matanya. Orion berada di tempat serba putih, ada 3 buah takhta berwarna hitam, putih dan emas. Lalu ada sebuah meja perak di tengah-tengah ketiga takhta itu, Orion sendiri duduk di atas takhta emas itu.

'Kenapa aku bisa ada disini?' Orion melihat ke sekitarnya.

"Mungkin itu karena kau sudah melunak" Kalimat itu kembali terdengar, Orion melihat ke sumber suara.

Itu datang dari takhta berwarna putih, tidak ada siapapun disana. Orion berdiri dari tempatnya dan mendekati takhta itu.

"Kau tidak perlu repot-repot" Suara itu kembali terdengar, namun anehnya. Suara itu persis seperti suaranya dan itu masih datang dari takhta putih itu.

"Kenapa kau tidak menunjukkan diri mu?" Orion berkata.

"Sepertinya kau masih memiliki beberapa hal di masa lalu, itu bagus" Suara itu kembali terdengar.

"Disinilah aku, kau puas" Seseorang duduk di atas takhta putih itu, Orion melihatnya dengan tidak percaya.

Orang itu adalah dirinya sendiri, namun ada beberapa hal yang berbeda darinya. Orang itu memiliki rambut berwarna putih serta mata perak, mencerminkan diri Orion di masa lalu.

"Kenapa kau terkejut begitu?" Orang itu tersenyum kepada Orion.

"Jangan mengganggunya" Suara lainnya terdengar, dan itu datang dari takhta hitam.

"..." Orion yang berambut putih hanya diam.

"Jadi ini adalah bentuk pemikiran ku, ya" Orion kembali duduk di takhta emas.

"Seperti biasa, kau memang bisa menyimpulkan sesuatu dengan tepat tanpa petunjuk" Sekarang ada orang di atas takhta hitam itu, orang itu adalah Orion sendiri. Memiliki rambut hitam dan mata emas, dia tersenyum tipis kepada Orion.

"Apa yang terjadi? Kenapa aku bisa menciptakan konsep pemikiran seperti ini?" Orion melihat ke dirinya yang ada di takhta hitam.

"Aku juga tidak tahu, kami berdua hanya mengetahui apa yang kau ketahui. Tapi, karena kau baru saja memikirkan soal konsep alam bawah sadar. Maka aku juga memikirkan itu dan sepertinya itu benar"

"Alam bawah sadar, ya" Orion melihat ke sekitarnya.

"Lebih tepatnya, ini muncul karena kau terlalu memikirkan sesuatu. Sesuatu yang tidak masuk akal, seperti peduli pada perasaan gadis kecil itu" Orion yang berambut putih berkata dengan dingin dan ketus.

"Diamlah, putih. Kau tidak punya hak untuk berbicara begitu"Orion yang ada di takhta hitam berkata.

"Lalu apa mau mu, hitam?"

"Bisakah kalian diam?" Orion yang asli berkata, mereka diam.

"Pada akhirnya, kalian hanyalah pemikiran ku saja. Bukan sisi lain dari diriku atau apapun itu, tapi tetap bertentangan satu sama lain. Tapi kenapa?" Orion berkata.

"Seperti yang ku katakan sebelumnya, kau sudah melunak" Kata si putih.

"Melunak? Maksudmu menjadi lebih baik?" Si hitam melihat tajam ke si putih

"Apanya yang lebih baik, peduli kepada perasaan orang lain? Menikmati permainan anak-anak? Membahayakan nyawa mu untuk orang lain dan yang paling bodoh serta konyol, tinggal di keluarga ini selagi kau bisa menjadi jauh lebih kuat dengan cepat"

"Hah...Aku tidak percaya, aku memikirkan ini juga" Orion mengusap kepalanya.

"Kau tidak memikirkan ini, alam bawah sadar mu yang memikirkan ini" Si hitam berkata.

"Berarti maksud mu, secara tidak sadar. Aku menyesal berada di keluarga ini?"

"Iya dan tidak"

"Berarti, kau juga pemikiran alam bawah sadar ku?" Orion melihat si hitam.

"Yup, dan kau tidaklah salah" Si hitam mengangguk.

"Jadi, kau ingin aku untuk pergi dari keluarga ini dan mengejar ambisi itu?" Orion melihat ke si putih.

"Kau pikir apa lagi yang harusnya kita lakukan? Berada di keluarga ini tidak cocok untuk kita, dunia kita berbeda dari mereka" Si putih menjawab.

"Hah...." Orion menghela nafas.

"Tapi, bukankah kau ingin berubah? Menjadi lebih baik dan keluarga ini adalah jawaban yang tepat" Si hitam berkata.

"Keluarga ini tidak tepat dan kita tidak akan pernah bisa berubah, kita adalah apa yang ada di masa lalu. Ingatlah bagaimana kita bertahan hidup di dunia sana, bukan keluarga yang menyelamatkan kita. Tapi hanya kita sendiri yang berjuang" Si putih berkata.

"Itu hanya keberuntungan kita yang buruk ketika itu" Si hitam berkata.

"Keberuntungan? Kau bercanda, kan? Kita tidak pernah mengandalkan keberuntungan belaka, kita hidup karena kemampuan kita dan kau harus ingat itu"

"..." Si hitam terdiam, dia setuju dengan apa yang si putih katakan.

"Kau tentu paham maksud ku, kan?" Si putih melihat ke Orion.

"Ya, aku mengerti" Orion mengangguk.

"Kalau begitu, segera pergi dari si-"

"Tapi..." Orion berkata.

"Aku sudah memutuskan untuk berubah" Orion menatap si putih.

"Apa yang kau katakan? Bukankah kau mengerti maksud ku? Apa kau tidak sadar, bahwa tempat kita bukanlah bersama mereka"

"Aku sadar dan tentu tahu akan hal itu, tapi. Mereka telah membawa ku ke dunia mereka, mereka menerima ku dengan keadaan apapun. Meski mereka sudah tahu keburukan ku"

"Sedikit, keburukan kita. Kau perlu ingat itu, yang kau katakan kepada mereka hanyalah serpihan kecil dari keburukan-keburukan kita" Si putih berkata.

"Tapi mereka tetap menerima kita, dengan salah satu keburukan terbusuk kita" Si hitam berkata.

"..." Sekarang si putih yang terdiam.

"Lalu, bagaimana caranya agar kau bisa berubah?" Si hitam melihat ke Orion.

"Aku akan mulai mencoba mengerti perasaan orang lain...."

"Cih, tindakan bodoh" Si putih berkata.

"Bisakah kau diam? Tidak ada yang meminta opini mu disini" Si hitam menatap si putih.

"....."

"Itu pasti bisa kita lakukan, meski secara perlahan" Si hitam berkata kepada Orion.

"Ya, kau benar. Aku juga tidak akan membunuh mulai sekarang" Orion berkata.

BUK

Meja perak di tengah mereka di pukul dengan keras, si putih melihat ke Orion dengan tajam dan dingin. Orion menatap juga kepadanya, tak kalah dingin dan tajam.

"Aku masih bisa menerima pemikiran-pemikiran bodoh kalian, tapi tidak dengan yang terakhir itu" Si putih berkata, dia terlihat marah.

"Apa kau ingin menyia-nyiakan kemampuan system? Jangan menjadi sangat bodoh hanya karena kau ingin berubah"

"Hah..." Orion menghela nafas.

"Kau pikir kau sedang bicara dengan siapa, aku tidak sebodoh itu dengan menyia-nyiakan kemampuan system. Tidak terbesit sedikit pun pemikiran itu, tidak sedikit pun"

"Lalu?"

"Aku hanya ingin bebas dari semua itu, seperti darah, luka, teriakan kesakitan dan berbagai hal yang berhubungan dengan itu. Kau pikir aku hanya akan berdiam diri saja? Di dunia yang mengandalkan kekuatan untuk hidup? Jangan bodoh"

"....." Si putih hanya diam.

"Lalu, berapa lama kau tidak akan membunuh?" Si hitam bertanya.

"Mungkin hingga akhirnya aku masuk ke akademi lanjutan, aku yakin bahwa ketika itulah waktu yang tepat untuk kembali berkembang"

"Berarti, kita akan tetap sepeti ini. Hingga masuk ke akademi lanjutan? Tetap lemah" Si putih berkata.

"Ya, kurang lebih begitu. Tentu saja aku tetap melatih diri, tapi tidak seperti dulu"

"Ini adalah hal bodoh, kau tidak ingat dengan Bianca? Gadis itu seusia dengan kita, tapi kau lihat sendiri kekuatannya. Kau bisa menggapai itu dalam waktu yang singkat jika menggunakan kemampuan system tanpa pandang apapun" Si putih berkata.

"Aku paham maksud mu, putih. Tapi aku sudah menetapkan diri, untuk menjadi orang yang baik" Orion berdiri.

Secara perlahan, ruangan putih itu di selimuti oleh kegelapan. Yang semakin lama semakin mendekati Orion dan kedua pemikirannya. Kegelapan melahap takhta mereka satu persatu, melahap si hitam hingga tak tersisa dan mulai melahap si putih.

"Aku yakin, suatu hari. Kau akan menyesali ini dan ketika itu, kau sadar apa yang kita pikirkan ini benar" Si putih berkata.

"....." Orion hanya diam.

"Menjadi orang baik? Jangan bercanda, kau sendiri tahu kan. Kalau tidak ada yang namanya orang baik, kau tahu kan!!!" Kali ini si putih berteriak.

"Ya, kau benar. Aku salah, aku tidak akan menjadi orang yang baik" Orion menatapnya.

"..." Si putih terdiam.

"Aku akan menjadi apa yang ku inginkan, mulai sekarang. Selamat tinggal, masa lalu" Orion tersenyum dingin.

"Kau tidak akan pernah bisa menghilangkan masa lalu mu, tidak akan pernah"

"Ya, tentu saja. Tapi aku bisa menguburnya, dengan apa yang akan ku lalui mulai sekarang"

"..."

"Ku harap, kau tidak akan pernah muncul lagi. Sudah waktunya bagi mu untuk menghilang"

"Itu semua tergantung pada dirimu sendiri, jika kau memikirkan apa yang dulu pernah kita pikirkan. Maka aku akan selalu ada, ingin itu...." Si putih lenyap.

"Dan aku harap itu tidak akan pernah terjadi" Orion menutup matanya.