20 Permintaan Maaf

Orion membuka matanya, dia sekarang berada di kamarnya. Orion kemudian duduk, dia mengusap kepalanya. Sekarang dia sudah memutuskan untuk berubah, tapi dia sendiri tidak yakin bisa melakukan itu.

'Kenapa aku menjadi bimbang begini? Bukankah sudah jelas, kalau aku akan berubah. Meskipun itu memakan waktu yang lama, aku akan mulai melakukan apapun yang dulu aku tidak lakukan'

SRET

Pintu kamar dibuka, Anna masuk ke kamar dan berbaring disekitar Orion yang duduk. Dia menggesek kepalanya ke paha Orion, Orion melihat ke arahnya dan mengusap kepala Anna.

"Ada apa, kak?" Orion bertanya.

"Tidak ada apapun, teruslah mengusap. Ini menyenangkan..." Anna menutup matanya, dia terlihat menikmati itu.

"Kak, aku ada masalah. Apa kau mau membantu?" Orion berkata, dia menatap ke langit-langit kamar.

"Tentu aku mau, sesama saudara harus saling membantu..." Anna duduk di samping Orion.

"Jadi, apa masalahnya?"

"Sebenarnya...." Orion menjelaskan apa yang terjadi antara dia dan Kiara, itu adalah 1 perubahan kecil pada Orion.

Orion adalah orang yang hampir mampu melakukan apapun sendiri, dia tidak butuh bantuan dari orang lain jika dirinya memang memiliki masalah. Namun sekarang dia memutuskan untuk mulai merubah pemikiran itu dan dia merasa bahwa apa yang dia lakukan itu benar.

"Hmm....Begitu, ya. Ternyata cukup besar, ya" Anna menatap Orion.

"Aku mengatakan itu tanpa sengaja, itu terucap begitu saja" Orion tampak menyesal.

"Kiara itu gadis yang baik, dia tidak pernah memanggil seseorang dengan sebutan "Kau"atau sejenisnya. Dia selalu menggunakan nama orang itu, mungkin dia menggunakan kata"Kau"atau sejenisnya hanya kepada orang asing"

"Ya, aku juga menyadari itu"

"Jadi kau mau berbaikan dengannya?"

"Tentu saja, jika aku tidak bisa dekat dengannya. Setidaknya aku tidak ingin menjadi musuhnya"

"Tenang, Orion. Kau memikirkan itu terlalu jauh, Kiara tidak mungkin menjadikan mu musuhnya hanya karena itu. Kau hanya mengejeknya saja, kan? Tidak memukul atau apapun itu?"

"Tentu saja hanya itu, aku tidak mungkin memukul seorang gadis"

'Ya, aku adalah orang yang mendukung kesetaraan gend-' Orion langsung menggelengkan kepalanya, Anna bingung melihatnya.

"Ada apa? Apa kepala mu pusing?"

"Tidak, aku baik-baik saja"

"Kalau begitu, kau hanya tinggal minta maaf saja. Katakan itu secara langsung kepadanya"

"Minta maaf?"

"Ya, kau tentu harus menyesali perbuatan mu"

"..."

'Minta maaf, ya. Ini mudah, aku pasti bisa melakukan itu'

"Nah, apa yang kau tunggu? Pergilah, minta maaf kepadanya"

"Eh? Sekarang? Aku belum melakukan persiapan"

"Persiapan? Apa mental mu belum siap?"

"Bukan itu, aku tentu harus memberinya bingkisan atau sesuatu"

"Serius? Itu yang kau pikirkan? Adikku yang cerdas ternyata bisa bodoh juga, ya" Anna berkata.

"Eh? Kenapa kau berkata begitu, kak? Bukankah hal yang wajar untuk minta maaf memberikan bingkisan?"

"Kau ingin minta maaf kepada siapa? Bangsawan? Aristokrat? Ini hanya permintaan maaf biasa Orion, tidak perlu terlalu formal"

"Ya, aku mengerti" Orion mengangguk pelan.

'Sepertinya permintaan maaf dengan bingkisan dianggap terlalu berlebihan disini'

"Kak, sebelumnya kau berkata soal bangsawan dan aristokrat. Bukankah mereka sama?"

"Mereka sama-sama orang kelas atas, tapi. Aristokrat itu adalah para pedagang yang memiliki pengaruh yang besar, sedangkan para bangsawan adalah orang-orang yang dulunya memiliki campur tangan dalam terbentuknya suatu negara atau kerajaan..."

"Kurang lebih begitu, aku juga tidak terlalu tahu soal itu"

"....." Orion hanya diam.

"Mungkin aku akan minta maaf besok, sekarang sudah mulai gelap. Akan tidak sopan jika aku datang ketika keluarganya makan malam, kan" Orion melihat ke jendela.

"Ya, itu benar. Kalau begitu, bagaimana jika kita mandi bersa-"

"Tidak" Orion langsung menyela.

"Eh? Padahal aku belum menyelesaikan kalimat ku" Anna tampak kecewa.

"Hah...Apa aku harus mengadukan ini kepada ibu?" Orion menatap Anna.

"Dasar pengadu, tidak seru" Anna berdiri dan keluar dari kamar.

"Kau tahu kalau ini untuk kebaikan mu juga, kak!!" Orion berkata cukup keras agar Anna bisa mendengarnya.

"Berisik, seharusnya kau yang tahu kalau ajakan ku itu untuk kebaikan mu!!!" Anna berkata.

"Huh, kebaikan apanya? Kau hanya membuatku kehilangan ketenangan nantinya disana" Orion berkata, dia kembali berbaring.

.....

Orion membuka matanya, hal pertama yang dia lihat adalah wajah Anna. Dia segera duduk dan melihat ke jendela, langit masih gelap. Namun tidak seperti gelapnya malam, Orion bangun di waktu fajar. Dia melihat ke Anna yang masih tertidur pulas, Orion keluar dari kamarnya.

'Karena aku sudah memutuskan untuk tidak meningkatkan level ku dengan signifikan, maka aku harus meningkatkan kemampuan fisik' Orion pergi ke kamar mandi, dia membasuh wajahnya dan pergi keluar.

SRET

Pintu ditutup dengan perlahan, tanpa meninggalkan suara. Orion menghirup nafas dalam-dalam, lalu menghembuskan nya. Tampak uap keluar dari mulut Orion, Orion sendiri merasakan dinginnya udara.

"Huh, dingin. Tapi ini tidak akan berlangsung lama" Orion mulai berjalan.

Orion sudah memutuskan apa yang akan dia lakukan agar bisa melatih tubuhnya, dia sadar kalau dia tidak bisa melatih tubuh anak-anak itu dengan keras. Itu hanya akan membuat keadaannya menjadi buruk saja, maka dari itu dia memutuskan untuk melatih tubuhnya hingga ke titik yang bisa di capai oleh anak seusianya.

'Aku hanya bisa melakukan beberapa pelatihan fisik pada tubuh ini, setidaknya hingga tubuh ini mencapai batasnya dan aku hanya tinggal menunggu pertumbuhan ke tingkat selanjutnya' Orion mulai melakukan pemanasan.

SRET

Orion yang sedang melakukan pemanasan berhenti, dia melihat ke arah semak-semak. Dia mendengar suara yang muncul dari arah sana, dia pun mendekati semak-semak itu. Dia memasuki semak-semak itu, disana ada Kiara.

"Kiara, apa yang kau lakukan disini? Pagi-pagi begini?" Orion keluar dari semak-semak itu.

"Kiara hanya ingin melihat siapa yang tadi keluar di pagi hari yang dingin ini, ternyata Orion" Kiara juga keluar.

"Oh, begitu..."

'Ini dia, Orion. Kesempatan untuk meminta maaf, selagi tidak ada siapapun di sekitar kami"

"Kiara, aku ingin mengatakan sesuatu"

"Mengatakan sesuatu? Apa?" Kiara menatap Orion, mata emas dan mata kuning itu bertemu.

"Eee, begini..." Orion mengalihkan pandangannya, dia gugup saat menatap mata Kiara.

"Aku ingin minta maaf, karena sebelumnya berkata kasar kepada mu" Orion membungkuk kan badannya.

"..." Kiara hanya diam.

"Berkata kasar?" Dia tampak bingung.

"Apa kau tidak mengingatnya? Ketika aku tanpa sengaja mengatakan kalau kau itu bodoh, aku minta maaf" Orion melihat ke Kiara.

"Oh, itu. Kiara sudah memaafkan Orion, Kiara sadar kalau Orion tidak sengaja berkata begitu. Kiara sadar, kalau selama ini Orion hidup dengan keras. Sehingga tutur kata yang Orion miliki juga keras"

'Di satu sisi aku merasa lega sudah di maafkan, tapi di sisi lain. Aku kesal mendengar itu' Orion tersenyum tipis.

"Terima kasih karena sudah memaafkan ku, aku akan berusaha untuk tidak mengulangi itu lagi"

"Ya, tidak masalah" Kiara tersenyum.

"..." Orion diam, dia terpana karena senyuman Kiara.

"O-orion" Kiara yang di tatap Orion menjadi gugup.

"Ah, maaf"

"..." Kiara hanya mengangguk.

"Eee, Kiara..."

"Ya?"

"Aku ingin lari pagi, apa kau mau bergabung?"

"Ya, Kiara mau" Kiara tampak bersemangat.

"Kalau begitu, bagaimana jika kita melakukan pemanasan dulu"

"Ya"

Mereka pun mulai melakukan pemanasan, disela-sela itu mereka juga berbicara satu sama lain. Apa yang Orion pikirkan pertama kali saat melihat Kiara, berbeda dengan apa yang sekarang terjadi di depan dirinya.

Awalnya dia mengira bahwa Kiara adalah gadis pendiam, dingin, memiliki lidah yang tajam dalam berkata dan tidak acuh akan sekitarnya. Namun pandangan itu berubah ketika dia lebih mengenal sedikit dari Kiara.

'Meski dia memang dingin dan pendiam, Kiara adalah orang yang memikirkan perasaan orang lain sebelum berbicara dan selalu memperhatikan apa yang ada di sekitarnya. Maafkan aku, Kiara. Karena sudah seenaknya menilai mu'

"Sekarang, bagaimana jika kita mulai dengan berlari kecil" Orion melihat ke Kiara.

"Ya, ayo" Kiara mengangguk.

"Untuk permulaan, bagaimana jika jalur lari kita. Setengah lingkaran desa? Apa kau tidak keberatan, Kiara?"

"Kiara pikir, Kiara mampu melakukan itu"

"Baiklah, kalau begitu mari kita mulai"

avataravatar
Next chapter