webnovel

Sistem Mas Bejo

Bereinkarnasi ke dunia baru, dimana memiliki identitas sebagai mahasiswa, Adi yang semula seorang pria muda berusia 27 tahun, kini harus hidup dengan identitas baru dan juga pengalaman baru Bagaimanakah kehidupan barunya kali ini, ketika dia menyadari bahwa dia tidak lagi di bumi dan kini dia hidup di planet Gaya diruang dimensi yang lain Saat dia berpikir akan menjalani kehidupan yang santai dan biasa, nampaknya takdir berkata lain, jin yang hidup di kalung Jamrud yang ia kenakan terbangun dari tidurnya Menawarkan hadiah berupa permintaan, karena telah mampu membebaskannya, apakah permintaan yang diminta Adi?? Saat dirinya senang dengan permintaan yang dikabulkan, roda takdir berputar secara perlahan tanpa ia sadari, terlihat dari keluarga biasa nyatanya dia merupakan keturunan dari keluarga kerajaan Yang disembunyikan rapat oleh kedua orang tuannya, disisi lain, ia mulai sadar dunia ini berbeda dan tanpa diketahuinya bahwa petualangan besar dan juga keajaiban siap menunggunya Menjalani hidup dengan Om Bejo sang jin sakti yang siap mengabulkan permintaannya, apakah warna hidup Adi di kehidupan baru ini jauh lebih seru, saksikan petualangannya.

adi_gm · Thành thị
Không đủ số lượng người đọc
375 Chs

Pidato Sang Putri

Setelah tiba di kampus, dan memarkirkan motornya di area mahasiswa, adi kemudian berjalan menuju ke arah gedung 3, Tempat dimana kelasnya berada

Sesuai dengan pengaturan kampus yang ada, mahasiswa di kumpulkan ke dalam kelas masing-masing, kemudian baru berjalan bersama menuju ke aula baru yang disediakan untuk penerimaaan mahasiswa baru

Merasa dia butuh ke kamar kecil, adi kemudian berjalan agak cepat ke kamar mandi, msuk kke dalam dan tak lama suara lega keluar dari mulutnya

"Ya, segerrrrr....akhirnya keluar juga" selesai dan mencuci tangan di wastavel, adi melirik kearah sebelahnya, dimana ada seorang remaja yang tak jauh berbeda dari segi usia dan juga fisik

Hanya saja, pria disampingnya memiliki kulit yang lebih putih dan badan yang sedikit berisi, namun bukan gendut, melihat dari pakaiannya jelas bahwa ia juga adalah mahasiswa baru

"Mahasiswa baru juga bro" tanya adi sambil mencuci tangan

Mendengar panggilan dari sampingnya, Rudi melihat kesamping dan berkata, " iya, lu juga mahasiswa baru?" tanyanya lagi kepada adi

"Yup, sama kayak lu, btw jurusan apa ?" tanya adi lagi setelah menyelesaikan membilas tangannya dan mengelap dengan tisu

"Sastra, lu sendiri?" tanya ya ramah

"Ehhh...kebetulan banget sama, gua juga sastra, kenalin Adi Prakoso" mengulurkan tangan dan membuat perkenalan

"Rudi Angkasa" jawab singkat sambil berkenalan

Kemudian keduannya keluar dari kamar mandi, sambil bercakap -cakap " Lu di kelas berapa di ?" tanya Rudi yang saat ini sudah bergaul baik dengan adi

" 422, lu Rud?" balas adi

"Lah sama....hahah... ga yangka gua kita bakalan sekelas" berkata Rudi senang sambil tertawa

Saat keduannya siap menuju lift untuk naik ke lantai 4, baru mereka sadar bahwa lift yang ada tampak padat, dan harus menunggu lama jadi adi berkata " Naik tangga aja Rudi gimana? kayaknya lama kalo nunggu mah" saran adi kepada Rudi

"ok, gua juga ngerasa lama, tapi pelan-pelan di, lu liat sendiri badan gua" berkata sambil menunjuk ke arah badannya

"Heeheh...masih kurus segitu mah Rudi, woles aja" jawab adi sabil tertawa, jadilah keduannya menaiki tangga menuju lantai 4 dimana kelas mereka berada

Adapun alasan kenapa lift menjadi penuh, karena banyak mahasiswa baru yang masuk secara serentak, sehingga membuat kapasitas lift menjadi cepat penuh

Meski ada 5 lift yang digunakan, namun dengan penerimaan mahasiswa yang mencapai puluhan ribu, itu jelas jumlah yang banyak

Jadi adegan ini yang telah dialami oleh adi dan juga rudi, gedung sastra dimana adi dan rudi belajar, memiliki total 10 lantai, dengan setiap lantai terkecuali lantai satu dimana lobi dan bagian keuangan serta mahasiswa berada

Sisanya adalah fasilitas dan juga kelas yang diperuntukan bagi mahasiswa jurusan satra seperti mereka, berbeda dengan kondisi sastra di dunia adi sebelumnya

Kususnya dinegaranya dulu hidup, sastra bukanlah hal yang terlalu baik dan pengertian untuk masa depan, sedangkan untuk di dunia ini sastra dan budaya tergolong dalam hal yang sangat dihormati dan dihargai

Tentunya ini berimbas pada penghargaan dan masa depan yang lebih baik, apalagi budaya hak cipta karya sangat di junjung tinggi di dunia ini, dan di kerajaan bisa dibilang perlindungan terhadap karya sangatlah dijaga dan penting

Sebab mana dunia damai, maka perlombaan dialihkan kepad aspek lain kehidupan, yaitu baik ekonomi, teknologi, budaya, dan lain-lain menjad ajang bagi para kerajaan dan federasi dalam besaing pegaruh

Sehinga bisa dibilang mereka yang belajar menjadi ilmuan, pengrajian, budayawan, atau sastrawan, sangat dihargai oleh masyarakat dan juga kerajaan

Dan karena salah satu alasan itulah, pendahulu adi yang telah tiada, memilih untuk menempuh urusan ini, karena bakatnya dalam sastra semenjak ia kecil dan lagi ia merasa belajar sastra tidaklah akan terlalu membebani keluargannya dengan pengeluaran yang besar

Karena meski harus membeli banyak buku dan juga karya sebagai bahan pembelajaran, serta datang ke acara diskusi dan pentas seni, semuannya tetap bisa dia lakukan

dalam pengertian, menyesuaikan kantongnya, apalagi banyak komunitas dan juga perkumpulan yang didirikan untuk membantu para satrawan muda dalam mengembangkan bakat dan karirnya, sehingga bisa dikatakan ini adalah keudahan lain yang bisa ia dapatkan

Jadi ia memilih jurusan ini, meski jurusan lain juga baik dan memiliki prospek yang cerah juga, namun kemudian ia merasa jurusan sastra adalah jurusan yang cocok untuk dirinya

Sambil berjalan perlahan menaiki tangga Adi dan juga Rudi akhirnya tiba di lantai 4, lantai dimana ruangan mereka berada " akhirnya sampe juga, lumayan kan Rudi" berkata adi kepada rudi yang saat ini sedikit cepat nafasnya

"ya....hu...huu....huuuuu lumayan banget, aduhhhh kurang olahraga ni gua" jawab rudi kepada adi dengan wajah tak berdaya

" Hahahaah....kapan-kapan kita olahraga bareng rudi" kata adi menjawab sambil berjalan mencari kelas mereka

Tak lama adi berhenti di sebuah ruangan yang dekat dengan tangga, kemudian ia berkata, " sini Rudi, ini kelasnya,belom ada dosen selamat kita" kata adi kepada rudi menghela nafas

Karena mereka berjalan cukup santai di tangga menuju lantai 4 adi sedikit kawatir mereka akan telat, namun jelas karena inisiatifnya mereka menaiki tangga jadi adi tak bisa mengeluh kepada rudi

"Syukur dehhhh.... gua kira kita telat" kata rudi menyusul ke arah adi

Melihat kelas yang sudah mulai ramai, adi bisa melihat ruangan kelas yang mampu menampung 40 orang, kini sudah lebih dari separuh yang terisi

"Yaudah masuk yu,," kata adi mengajak Rudi

"O " jawab Singkat rudi

Saat adi dan rudi masuk ke dalam kelas, nampak mereka menjadi pusat perhatian, dimana pusat perhatian itu tertuju kepada adi leh tepatnya, engan wajah yang tampan dan perawakan yang baik

Ditunjang oleh pakaian dan juga tempramen yang dewasa, jelas adi mencuri pusat perhatian, meski rudijuga bisa dibilang baik tetapi saat ia berdiri bersama adi jelas akan kalah

Merasakan tatapan dari banyak mata, adi hanya menghela nafas di dalam hatinya ( Menjadi muda memang baik) tak ada rasa gerogi dan malu, sebagai seseorang yang memiliki pengalaman dimasa lalu jelas hal seperti ini hanya masalah sepela

Akhirya keduannya memutuskan untuk duduk di depan bagian pojok kelas sebelah kanan, dekat dengan pintu, karena melihat tepa duduk didominasi oleh wanita dan dialami ruangan itu hanya ada satu cowo

Setelah keduannya duduk, kemudian adi menyapa cowo yang ada di sampinnya sambil berkenalan, " kenalin adi, ini rudi " jawab adi singkat dan mengulurkan tangannya

"" Roy " jawab cowo itu dengan senang menjabat tangan adi dan juga rudi

Tak lama ketiganya mengobrol, sebagai cowo mereka dengan mudah menemukan topik untuk pembicaraaan mereka, bersama itu suara langkah kaki terdengar dari luar

Dan sosok dosen perempuan paruh baya dengan tubuh subur masuk ke dalam kelas dan menyapa mereka " Ok semuannya perkenalkan nama ibu Mayang Sari, mulai sekarang ibu akan jadi dosen pembimbing kalian" .