webnovel

Rache

Puncak dari rasa sakit adalah kehilangan. Namun, Puncak dari kehilangan itu sendiri adalah mengikhlaskan. Tuhan sudah merencanakan takdir manusia. Siapapun tidak bisa lepas darinya sejauh apa ia pergi dan sejauh apa dia berlari. Aksara tau, tuhan sudah melukiskan sebuah takdir dengan apiknya jauh sebelum ia lahir. Tapi bisakah ia mengeluh? Bisakah ia berkeluh kesah pada tuhan. Aksara tau, banyak orang yang lebih buruk keadaannya dibandingkan dirinya. Tapi untuk saat ini, tolong biarkan Aksara mengeluh sekali saja. Tuhan memang maha baik, jadi tolong ijinkan ia mengeluh. Meratapi apa yang sudah terjadi. Hidupnya yang sudah mulai tertata, bak bangunan megah dengan pilar pilar tinggi menjulang, roboh dalam satu kedipan mata. Semuanya pergi satu persatu. Meninggalkan Aksara dalam sendu sembiru badai gelombang kehidupan yang mungkin tak berkesudahan.

Eshaa_ · Hiện thực
Không đủ số lượng người đọc
312 Chs

Pergi lagi?

Aksara jatuh tertunduk di depan kelasnya, ponselnya terjatuh hingga menimbulkan suara yang cukup nyaring. Ia tidak peduli dengan itu yang terpenting sekarang adalah apa yang baru saja diinformasikan oleh Mas Yudhis.

Tidak, tidak mungkin. Semuanya terlalu tiba tiba.

Pemuda itu terdiam, memandang kosong ke depan. Mas Yudhis pasti bohong! Abah tidak mungkin pergi!

"Aksara—kamu kenapa nak?" Bu Rani, guru fisika Aksara sedikit memekik ketika mendapati salah satu siswanya tengah tertunduk di depan kelas dengan tatapan kosong, "Kamu nggak papa kan nak?"

"B—bu saya boleh ijin pulang?" nada suara Aksara terdengar bergetar, air matanya sudah menumpuk di pelupuk mata, "A , abah saya.. Abah saya meninggal bu,"

Bu Rani terdiam beberapa saat, sorot mata beliau berubah sedih dalam sepersekian detik, "Boleh Sa. Kamu mau gimana pulangnya? Mau ibu anter?"

"Nggak bu, kakak saya sebentar lagi jemput,"

Chương bị khóa

Hỗ trợ các tác giả và dịch giả yêu thích của bạn trong webnovel.com