Hari biasa - hari Senin yang paling disibukan oleh orang kantor yang bekerja. Tidak untuk Helen saat ini, dia terlambat masuk kantor, memang disengaja terlambat agar tidak jumpa sama si Bos sinting itu. Untuk Bryan sih tidak permasalahkan Helen terlambat masuk kerja, karena sudah yakin kalau Helen lagi masak untuk dirinya.
Sudah hampir siang Helen akhirnya sampai di kantor. Di lobi pada memperhatikan si Helen kenapa bawa bontot sebanyak itu pikir karyawan yang bagian bawah.
"Bu Helen, tumben terlambat masuk? Biasanya tepat waktu, Bu?" tanya wanita yang mungkin bagian informasi namanya Siska.
"Ah ... saya izin setengah hari, duluan ya!"
Helen tidak ingin banyak bicara dengan beberapa karyawan setempat. Bisa fatal jika yang lain tahu kalau pekerjaan Helen ditambah oleh Bryan jadi juru masak pribadi.
Lift berdenting terbuka lebar, Helen menenteng rantangan dan ada beberapa minuman sehat jangan bilang lagi kalau Bryan tidak suka jus buah. Bisa ditabok benaran sama Helen. Dengan susah payah dia bangun pagi ke pasar demi masak untuk bos sinting ini.
Tok tok tok!
"Masuk!"
Ceklek!
Helen buka pintu kemudian masuk dengan muka di tekuk berlipat ganda. Untung dia sudah makan duluan sebelum ke sini. Kalau tidak, mungkin sudah pingsan di tengah jalan.
Bryan melirih Helen sudah bawa masakannya. Bryan langsung bangkit dari duduknya yang dari tadi perhatikan foto sekretaris di ponselnya tersebut. Dengan senyuman semringah, Bryan duduk di sofa kemudian melihat Helen mulai buka rantangan. Wajah Bryan berbinar-binar perutnya sudah minta diisi secepatnya.
Namun saat rantangan pertama di buka sudah buat Bryan kembali surut. Sayuran hijau, kacang panjang hijau, buncis hijau, terong hijau. Pokoknya yang serba hijau Bryan tidak berminat untuk dimakan.
Helen memang sengaja masak seperti ini agar dirinya bisa makan. telur dadar di campur buncis potong kecil sama kacang panjang potong kecil. Pokoknya Helen olah sayuran hijau seperti bentuk daging meskipun warna masih ada hijau.
"Kenapa ada sayur ini lagi? Saya, kan sudah kasih tahu ke kamu kalau saya itu tidak suka sama sayuran yang berwarna hijau!" protes Bryan menatap Helen.
"Saya mengerti Bapak tidak suka dengan sayuran yang warnanya hijau. Saya cadangan mungkin Bapak menyukainya. Tapi, sebelum memakan menu yang lain. Saya minta Bapak makan sedikit tidak ada salahnya, kan! Meskipun rasanya itu tidak enak di lidah rasanya bau atau apa! Tolong hargai masakan saya. Ini uang Bapak bukan uang saya! Jadi dhabiskan. Kalau mau saya masaki lagi! Jika tidak, jangan harap," tegas Helen panjang lebar
Lalu Helen membuka satu kotak bekal nasi isinya ayam goreng. Bryan menelan air ludahnya cium aroma ayam gorengnya benar menggiurkan. Bryan ingin mengambil satu potong, Helen memukul tangan Bryan. Bryan menatapnya sekilas, Helen menginstruksikan untuk makan yang ada di rantangan.
Bryan sebenarnya tidak ingin menuruti, dia lebih suka sama ayam goreng. Tidak peduli boros sendiri yang penting perut diisi. Bryan mengambil cepat sepotong paha ayam di kotak bekal nasi. Helen ingin melarangnya, dia bisa apa. Bos mah selalu benar tidak ada yang salah.
Helen sudah menduga Bryan tidak akan pernah mau makan sayuran yang sudah payah dia buat. Hasil yang tidak bermanfaat. Padahal Helen yakin banget kalau sayur itu lebih enak daripada daging ayam berlemak.
****
Selesai makan, Bryan menyandarkan punggung di badan sofa. Ia sangat kenyang banget Helen sedang mencuci piring dan kotak nasi yang tadi diisi ayam. Terpaksa Helen kasih Officeboy saja sayuran dari rantangan tersebut.
Helen kembali lalu membawa rantangan itu pergi, Bryan memperhatikan sekretarisnya. "Mau dibawa kemana rantangan itu?" tanya Bryan
"Kasih ke OB Syamsul," jawab Helen
"Untuk apa?"
"Untuk dimakanlah, daripada dibuang, mubazir, dosa, rezeki hilang. Bapak sendiri tidak suka makan sayur hijau. Ya sudah saya kasih OB Syamsul,"
Bryan langsung berpikir negatif kalau masakan Helen di puji sama Syamsul terus minta dibuat lagi. Ia sendiri rugi dong.
"Tidak perlu. Letakkan kembali, nanti saya makan!"
"Tapi, Bapak nanti ..."
"Saya bilang letakkan, ya, letakkan!" Pintanya terakhir. Helen tentu letakkan kembali.
Lalu Helen kembali ke tempat meja kerjanya. Bryan keringat dingin sudah keluar dari keningnya. Sudah terlanjur mengucapkan akan dimakan sayur hijau itu. Sangat menyiksa untuk Bryan, cukup di amati saja sudah buat perut Bryan mulas.
Bryan mengatakan dalam hati, Jika dibuang, mubazir, dosa, rezeki hilang. Ya Tuhan lindungi aku...
Bryan mulai memasukan satu gigitan sayuran telur dadar itu. Rasanya asin, saat digigit sekali. Enak! serunya. Bryan makin lahap dan tidak tercium aroma bau mulut sayur hijaunya. Helen benar pintar membuatnya sampai tiga tingkat rantangan habis dimakan oleh Bryan hingga dirinya sedawa.
****
Jam kerja telah berakhir, Helen masuk ke ruangan Bryan untuk mengambil rantangan. Helen mendelik kedua matanya isi rantangan itu kosong. Bryan tertidur di atas sofa, ada satu daun bawang tertinggal di sudut bibirnya.
'Yang benar dong? Dia benar-benar menghabiskannya?' - batin Helen dalam hati bertanya.
Terukir seulas senyum untuk Helen, dia senang kalau Bryan mau memakan masakannya. Memang kenyataan masakannya lebih enak, sampai ibunya saja meminta Helen buka usaha makanan di kampung. Tapi Helen lebih suka kerja kantoran saja agar bisa bertambah ilmu.
Bryan terbangun saat terdengar suara bunyian rantangan disusun oleh Helen. Bryan menguap seperti kayak anak kecil menurut Helen.
"Besok masak lagi sayuran tadi, ya. Ternyata enak jadi pengin makan lagi," ucap Bryan senyum padanya. Helen sepertinya terpesona dengan senyuman si atasannya. baru kali ini Bryan senyum semanis ini.
"Iya, Pak. Besok saya buatkan lagi. Kalau begitu saya permisi pulang dulu ...."
Puuuuhh!!
Mendidih kepala Helen, apa yang terjadi hari ini. Bryan mencium kening Helen lama banget. Sampai Helen tidak bisa berkutik lagi. Degupan jantungnya makin bertambah cepat sebentar lagi meledak.
'Ya Tuhan .... tolong hambamu ini .... aku ingin mati!' - teriak Helen dalam hati
"Terima kasih dan saya minta maaf soal semalam sudah bentak dan marahi kamu. Ingat asisten pribadi masih berlanjut. I Love You," ungkap Bryan kembali melontarkan tiga kata di telinga Helen.
Helen seperti mati rasa, tidak mendengar suara langkah kaki lagi, rasanya dia benar-benar hilang arwahnya dan rohnya entah pergi kemana. Bryan sendiri malah senyum panjang telah berhasil menaklukkan hati untuk Helen.
Tinggal meminta bersetujuan dari orang tuanya kemudian Bryan siap meminang dirinya. Untuk Friska dibuang saja kelaut. Masalah ayahnya belakangan itu lebih gampang.