webnovel

My Slave, My Servant, My Daughter

kisah tentang Pak Sumi, seorang intel kepolisian yang berhasil membuka kedok rumah Bordil dan menemukan hal yang lebih buruk daripada PSK (Pekerja Seks Komersial) yaitu menemukan seseorang yang akan merubah hidupnya untuk selamanya. kisah tentang keluarga, masa lalu, dan ambisi seorang anak. Kisah tentang suatu keluarga kecil yang berperan besar dalam beberapa kasus skala nasional, masa lalu yang penuh dengan intrik, persahabatan, juga kengerian dan kekejian, serta ambisi seorang anak untuk mendapatkan kepercayaan, cinta dan kasih sayang... ah dan juga tubuh. Cerita akan berkutat pada Marie dan Pak Sumi, lalu orang-orang yang terdekat seperti Bu Rati (Istri Pak Sumi), Tiga anggota daun Semanggi (Clover), dan tokoh antagonis. Apakah Marie bisa mendapatkan apa yang diinginkannya? berakhir bahagia atau tidak, itu semua pilihan anda, pembaca. *Penulis sangat tidak menyarankan untuk dibaca oleh anak-anak tanpa pengawasan Orang tua. Isi konten dan konflik cerita sangat mungkin TIDAK SESUAI untuk anak-anak (atau mungkin sebagian remaja baru). dimohon kedewasaan pembaca. **pict source: https://www.trekearth.com/gallery/Africa/photo1403560.htm

Cloud_Rain_0396 · Kinh dị ma quái
Không đủ số lượng người đọc
102 Chs

RIP Sunandar (2)

Untuk mencukupi uang kuliah ke luar negeri, Sunandar menambah wanitanya. Sunandar mulai merekrut wanita sekitar untuk bekerja dibawah armadanya. Berbekal alibi nikah siri yang umum di masa itu, banyak wanita tertarik untuk menjadi 'istri siri' Sunandar.

Dalam kurun waktu 1 tahun, semakin banyak orang yang menjadi istrinya. Sampai ada yang hamil dan melahirkan. Dari sini Sunandar pertama kali menjadi seorang bapak (meskipun istri itu yang menghamili adalah Sunandar atau hasil dari kondom bocor seseorang).

Bayi kecil itu tetap menangis keras tatkala tidak bersama ibunya. Digendongnya bayi itu oleh Sunandar ketika ibunya sedang melayani orang lain.

2 tahun mereka semua melakukan bisnis itu. Uang Sunandar mulai menggunung. Dia telah siap untuk melanjutkan pendidikannya ke luar negeri. Namun, ada satu masalah. Seorang pengunjungnya rupanya tertarik pada anak perempuan berumur 3 tahun yang biasanya digendong oleh ibunya. Dia bahkan berani membayar berkali-kali lipat jika anak itu juga dimasukkan dalam daftar.

Sunandar menyanggupinya dan melihat hal itu sebagai peluang. Tatkala malam hari yang sunyi, Dia sahut anak itu dari ibunya kemudian meletakkan anak itu ke kamar. Ibu anak itu tidak mau. Dia bersikeras akan menggantikan putrinya untuk melakukannya. Tapi Sunandar bergeming.

"Apa kau sudah tidak waras? anakmu sendiri kamu lacurkan untuk uang!?" Kata wanita itu.

Satu kali wanita itu kecolongan anaknya dijadikan jajanan oleh suaminya sendiri. Lalu di satu malam mereka kabur. Hal itu tidak menjadi masalah pada diri Sunandar lantaran ia sekarang sudah memiliki cukup uang untuk terbang ke negeri paman sam.

Tak butuh waktu lama hingga Sunandar diterima di University of Pennsylvania. Lalu bagaimana dengan 'bisnisnya' di sekar? Dia pindahan ke Gresik. Waktu itu jaringan ponsel baru mencapai kota besar. Sunandar dapat memanfaatkan fasilitas short message service (SMS) untuk memantau usahanya yang dikelola Vigor dan Mila, pelayan Sunandar. Mila tidak punya pilihan lain karena hal ini juga demi bayi yang tengah dikandungnya. Sebuah pilihan yang paling masuk akal – dan paling aman – jika ia menjadi tangan kanan muncikari.

Selain itu, Sunandar bisa mewujudkan hal ini karena juga ada Vigor. Vigor (nama samaran Pak Suma) menjadi Sunandar kedua saat Sunandar tidak ada. Himpitan ekonomi membuat Pak Suma sudi membantu orang itu untuk menjadi bayang-bayang selama Sunandar belajar di Amerika.

Sunandar mempunyai cukup banyak uang untuk menjamin kehidupan keluarga Pak Suma dari jurang kemiskinan. Sebuah keniscayaan jika menjadi petani biasa saja tidak akan cukup untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Apalagi dengan istri bule yang menginginkan kehidupan 'enak'. Meski begitu Pak Suma tidak pernah membeberkan identitas aslinya saat bersama Sunandar.

....

Dengan ingatan fotografisnya Sunandar dapat dengan mudah mengikuti pelajaran yang ada disana. Kepiawaiannya dalam berbagai hal diakui oleh semua orang, hingga ia dengan mudah melanjutkan studinya hingga S3 menggunakan data diri palsu. Dia pintar mengelak, bahkan jika itu baru akan menyerempet ke masalah hidupnya.

Sunandar ingin kembali ke Indonesia sesaat setelah menyelesaikan studinya. 2014 di umur 31 tahun Sunandar segera ingin kembali ke Indonesia untuk mengembangkan bisnisnya. Sunandar merasa telah mencapai taraf tertinggi dalam sekolah formal. Dia merasa sudah tidak ada yang dapat diperolehnya dari meneruskan studi disini. Namun hal itu urung ia lakukan karena pihak universitas memaksa Sunandar untuk menjadi dosen untuk beberapa tahun.

Hal itulah yang membuat dia bertemu dengan Awan hingga membuat ternak manusia yang tak pernah orang pikirkan sebelumnya. Sunandar pulang bersama dengan Awan. Mereka berbagi tugas. Oleh Sunandar, Awan disuruh berada di sekitar sekar, untuk pabrik pembuatan anaknya. Secara rutin Awan akan menyetorkan bayinya ke Sunandar. Oleh Sunandar bayi itu akan dibesarkan pada ruang bawah tanah (tempat Marie disekap) atau jika ada pembeli, langsung diserahkan ke pembeli tersebut.

Jika kasus kedua yang terjadi (ada pembeli) maka Sunandar akan membuat publik menganggap jika kliennya itu membeli bayi dari panti asuhan. Namun, jika tidak ada yang membelinya, maka bayi tersebut akan berada di ruang bawah tanah. Selain itu juga Sunandar mencari anak-anak yang terlantar untuk dijual. Nasib buruk menimpa bayi dan anak-anak itu jika ternyata yang membeli adalah orang yang meminta organ tubuh anak-anak, seperti tenaga kesehatan (seperti keluarga Raymond) atau orang pelaku kanibalisme.

Sunandar awalnya mengira jika bisnis anak-anak menjadi bisnis sampingan dan kurang menggiurkan ketimbang bisnis 'esek-esek'. Namun, lambat laun semuanya berubah. Sunandar kerap mendapati jika penjualan organ anak/anak hidup lebih menghasilkan untung ketimbang prostitusi.

Belajar dari kasus bapaknya, Sutarman, Sunandar membuka toko kain untuk menyembunyikan bisnisnya. Dengan identitas yang baru, Sunandar mendaftarkan usahanya ke Dinas Koperasi, Usaha Mikro, dan Perindag Gresik, untuk mendapat legalitas atas usahanya. Selain itu Sunandar juga mendaftarkan dirinya dengan NIK baru. Dia berdalih jika dirinya adalah imigran dari Amerika yang tertarik untuk tinggal di Indonesia.

Jadi beginilah Sunandar sekarang. Seorang pemilik toko kain di siang hari dan prostitusi di malam hari. Karena ingatan yang dimilikinya sangat kuat hingga dia tidak mudah lupa, otak Sunandar menampung banyak informasi tanpa perlu menghapusnya. Neuron otak setiap saat berkomunikasi dengan neuron yang lain.

Hal yang menjadi berbeda adalah pola komunikasinya dan impuls apa yang diputuskan untuk dilaksanakan. Baik buruk seseorang ditentukan dari hal ini. Lantas Sunandar memaksakan dirinya untuk menjadi orang baik di siang hari dan orang buruk di malam hari (serta semakin biadab di tengah malam). Oleh karena itu Ia mewujudkan suatu sistem pergantian kepribadian.

Otak akan tahu kapan waktunya dan bagaimana mengirim impuls yang kemudian dikonversikan oleh otot menjadi gerakan dan tindakan. Sunandar berhasil selama beberapa tahun melakukan hal ini jika saja ia tidak ketahuan oleh polisi.

Marie. Entah kenapa Marie menjadi favoritnya. Dari semua anak yang pernah 'dimilikinya', Marie adalah kesukaannya. Dia tidak tahu mengapa. Sunandar berpikir jika anak itu adalah anak yang tercantik yang pernah ia miliki. Namun alasan yang sebenarnya adalah bukan itu. Itu adalah karena ikatan batin, antara kakek dan cucunya.

Sunandar tidak menyadari hal ini. Sunandar tidak tahu jika Marie adalah anak dari Rupiah. Sedangkan Rupiah adalah anak dari salah seorang istrinya yang kabur meninggalkannya saat ia sedang berada di Sekar berpuluh-puluh tahun yang lalu. Namun karena otaknya yang membagi dirinya sendiri menjadi tiga bagian, Dia menjadi sedikit 'gila'. Dia merasa terangsang saat melihat atau memukul Marie.

Dan sekang di sinilah Sunandar. Di tengah hutan belantara, Ia dituntun oleh beberapa sipir bersenjata lengkap. Matanya ditutup untuk beberapa alasan. Sunandar berjalan menuju kematiannya. Dengan kaus putih dan celana kain hitam panjang, Sunandar berjalan terborgol, dengan sandal jepit. Kemudian Ia berhenti.

Mungkin Sunandar tidak seperti tawanan lainnya saat tahu kalau setelah ini ia akan direnggut nyawanya. Sunandar tenang. Istilah jantung yang berdegup kencang tidak ada saat Sunandar berdiri di belakang sebuah tiang.

14 orang dari brigade mobil datang dan siap mengakhiri hidupnya. Satu tampak seperti atasan, satu orang pemberi aba-aba dan 12 orang lainnya membawa senjata dan mengarahkannya ke Sunandar. Hanya 3 peluru yang ada diantara 12 senjata itu, bahkan 12 orang itu tidak tahu siapa yang membawa senjata dengan peluru. Hukuman mati di samping menjadi luka bagi tertembak juga menjadi luka bagi yang menembak. Mereka – para regu tembak – dipaksa untuk menghilangkan nyawa orang lain yang tidak pernah berbuat salah kepada mereka.

Kemudian Sunandar mendengar aba-aba untuk menembak. Dor. Tiga tembakan tepat ke kepala, dada sebelah kiri dan leher mengakhiri hidup orang tua itu.