webnovel

Menangis tersedu-sedu

Selama beberapa hari, Arabella hanya duduk diam di rumah kontrakan sambil mencari-cari lowongan pekerjaan di media sosial. Setelah tiga hari berlalu, akhirnya dia mendapatkan informasi mengenai lowongan kerja di salah satu restoran.

Keesokan harinya, Arabella bangun pagi-pagi sekali dan rencananya hari ini akan melamar pekerjaan di restoran yang diketahuinya membuka lowongan. Apalagi ia hanya tinggal sendiri dan bingung harus berbuat apa jika hanya menjadi seorang pengangguran.

Tidak hanya itu, tabungannya pun lama-kelamaan akan habis jika terus dipakai untuk memenuhi kebutuhannya. Saat ini, ia memakai celana panjang berwarna hitam dan baju dengan lengan pendek berwarna putih. Rambutnya yang panjang, sudah ia ikat dengan digulung rapi dan diberi sebuah pita rambut.

Setelah mengaplikasikan bedak tipis dan lipstik berwarna nude yang tentu saja terkesan natural dan tidak menor. Arabella mengamati penampilannya di depan cermin. "Semoga hari ini aku mendapatkan pekerjaan. Semangat, aku pasti bisa."

Kaki jenjangnya melangkah keluar dari kontrakannya dan mengunci pintu rumah. Arabella menaruh kunci rumahnya di bawah rak sepatu yang ada di sebelah pintu.

Setiap hari, ia terbiasa menaruh kunci rumah di sana, karena takut jika kunci rumahnya akan hilang atau terlupa. Akhirnya ia memilih cara yang aman agar tidak kehilangan kunci rumah. Arabella berjalan menuju ke arah jalan besar dan memesan ojek online.

Tanpa disadari oleh Arabella, ada seseorang yang dari tadi tengah mengamati perbuatannya. Sosok yang tak lain adalah Leonard tengah berada di dalam mobil dan dari tadi tengah menunggu wanita yang sangat dibencinya tersebut. Tentu saja bukanlah sebuah hal sulit baginya untuk mencari tahu tempat tinggal wanita incarannya.

"Akhirnya keluar juga dia. Mau ke mana wanita murahan itu?" Leonard hanya mengamati Arabella dari dalam mobil dan beralih menatap ke arah sang supir. "Ikuti dia, Pak. Jangan sampai kehilangan jejak. Ah ... sepertinya akan lebih baik, Bapak keluar dan ikuti dia. Sepertinya dia akan naik ojek online. Nanti kirim saja alamat yang dia tuju!"

"Baik, Tuan Leonard," jawab sang supir yang buru-buru turun dari mobil dan berjalan cepat untuk mengikuti sosok wanita yang sudah berjalan ke arah jalan besar.

Sementara itu, Leonard langsung turun dari mobil dan mengedarkan pandangannya ke sekeliling untuk memeriksa sekitar. Merasa aman dan tidak ada orang yang berlalu lalang, ia berjalan ke arah kontrakan Arabella dan mengambil kunci rumah.

Buru-buru ia kembali dan masuk ke dalam mobil. Menyalakan mesin dan mulai mengemudikannya meninggalkan area kontrakan Arabella. Senyuman menyeringai tampak jelas di wajahnya saat menatap kunci rumah di tangannya.

"Sepertinya aku bisa membuat kunci cadangan dari ini. Lebih baik aku pergi ke tukang kunci dulu dan mengembalikan ini setelah berhasil membuat kunci cadangan dari rumah kontrakan wanita murahan itu."

******

Satu jam kemudian, Leonard kini sudah berada di restoran yang merupakan tempat kerja baru Arabella setelah supirnya mengirim pesan. Kaki panjangnya melangkah memasuki restoran dan pandangannya mencari sesuatu yang dicarinya. Ia mendaratkan tubuhnya di kursi yang berada di sudut ruangan restoran. Senyuman mengembang saat melihat Arabella tengah membersihkan meja tak jauh darinya setelah pelanggan pergi.

"Pelayan!" teriak Leonard sambil melambaikan tangannya pada Arabella yang tengah menatapnya.

Sementara itu, Arabella membulatkan matanya begitu melihat sosok pria yang paling ditakutinya. Hari ini adalah hari baik untuknya karena melamar di restoran, langsung diterima. Namun, begitu melihat sosok pria yang tengah tersenyum menyeringai ke arahnya, langsung merasa hari ini sekaligus hari terburuknya.

"Astaga, apa yang dilakukan oleh pria itu di sini? Kenapa aku selalu bertemu dengan si berengsek itu. Apakah dia tadi membuntutiku?" gumam Arabella di dalam hati.

Lamunan Arabella seketika buyar saat mendapatkan sebuah tepukan di pundaknya dan ia pun menoleh ke arah manager restoran yang sudah menatapnya sangat tajam.

"Arabella, cepat layani pelanggan! Malah melamun, lagi!"

Buru-buru Arabella menganggukkan kepala, "Baik, Bos." Dengan langkah gontai, melangkah mendekati sosok pria yang sudah bisa dipastikan, mempunyai rencana jahat untuknya. 'Semoga dia tidak berpikir untuk membuat aku dipecat di sini,' lirih Arabella di dalam hati.

"Selamat datang, Tuan. Anda mau pesan apa?" Dengan penuh keterpaksaan, Arabella menyunggingkan senyum palsunya setelah membungkuk hormat pada Leonard.

Merasa ini adalah hal yang paling ditunggunya, karena ingin membuat hancur wanita tersebut. Refleks Leonard langsung bertepuk tangan dan tentu saja mengeluarkan suara baritonnya setelah sebelumnya tertawa terbahak-bahak.

"Wah ... ternyata seorang pelacur sekarang bekerja di restoran. Bisa-bisa kamu membawa nama buruk di restoran ini. Astaga."

Semua pelanggan yang sedang menikmati makanannya, langsung menoleh ke arah Leonard dan menatap Arabella yang berdiri terpaku di tempatnya.

Wajah Arabella langsung berubah merah setelah mendengar hinaan yang merupakan sebuah pemfitnahan dari Leonard dan berhasil membuatnya sangat malu, serta tidak mempunyai muka.

"Jaga mulut Anda, Tuan! Anda benar-benar sudah memfitnah saya. Sebenarnya apa mau Anda sebenarnya! Kenapa terus mengusik ketenangan hidup saya!"

Lagi-lagi Leonard bertepuk tangan dan tersenyum smirk. "Wah ... seorang wanita murahan yang sangat luar biasa dan berani. Aku salut padamu." Memanggil pria yang tak lain adalah manager restoran. "Tuan!"

Pria yang tak lain adalah manager restoran langsung datang menghampiri meja pelanggan yang berhasil membuat kehebohan di restoran dengan suara bariton yang mengganggu kenyamanan orang-orang saat menikmati makanannya.

"Maaf, Tuan. Apa ada yang bisa saya bantu? Tolong jangan membuat keributan di sini. Jika Anda mempunyai masalah dengan pegawai saya, bisa menyelesaikannya setelah dia pulang kerja saja."

"Aku sama sekali tidak pernah memiliki masalah dengan pelacur ini. Hanya saja, aku kasihan dengan nasib restoran yang memperkerjakan wanita murahan. Aku jadi tidak berselera makan di sini. Mungkin para pelanggan yang lain juga seperti itu." Leonard menatap beberapa orang yang hanya menatapnya dan tidak jadi menikmati makanannya.

Arabella semakin kesal dan hendak memaki Leonard, tetapi suara dari manager restoran, membuatnya merasa kehilangan tenaganya dan lagi-lagi dunianya serasa runtuh.

"Anda benar, Tuan. Saya tidak akan membiarkan para pelanggan merasa seperti itu." Pria paruh baya tersebut langsung menatap Arabella. "Lebih baik kamu segera pergi dari sini. Jika aku tahu kalau kamu adalah seorang wanita murahan, tidak mungkin tadi aku menerimamu untuk bekerja di sini."

Wajah Arabella langsung memerah karena merasa sangat malu menjadi tontonan para pengunjung restoran. "Bos, itu hanyalah sebuah fitnah. Saya bukan wanita seperti itu." Arabella masih terus mencoba untuk menjelaskan, tetapi suara teriakan dari pria di depannya, membuatnya tidak bisa melanjutkan perkataannya.

"Cepat keluar atau saya suruh security untuk menyeretmu keluar! Oh ya, ambil saja seragam itu karena tidak akan ada yang mau memakai pakaian bekas seorang wanita murahan sepertimu!" hardik pria yang merupakan penanggungjawab di restoran.

Tanpa bisa ditahannya lagi, bulir bening langsung lolos dari bola mata Arabella. Dengan jantung bagaikan dihujam tombak yang sangat tajam dan membuat luka tak berdarah di sana. Tak lupa rasa sesak yang membuatnya kesulitan untuk bernapas, hingga suaranya tercekat di tenggorokan.

Hanya sebuah tatapan penuh kebencian yang ia arahkan pada sosok pria yang sangat dibencinya. Namun, ia tidak mampu mengeluarkan sepatah kata pun dan buru-buru berlalu pergi untuk mengambil tasnya. Masih dengan air mata yang tidak berhenti membasahi wajahnya, Arabella berjalan keluar dari restoran dan terus melangkah untuk mencari tempat yang tenang.

Tentu saja untuk meluapkan kesedihannya. Ia berhenti di sebuah taman dan di bawah pohon rindang, jatuh terduduk sambil membenamkan wajahnya di antara pahanya dan sudah menangis tersedu-sedu.

To be continued...