webnovel

Semakin menderita

Arabella mengganti seragamnya dengan pakaian miliknya. Meskipun ia tidak merasa terkejut dengan pemecatannya hari ini, tetapi karena perasaan yang sedang kacau, membuatnya merasa frustasi. Dengan langkah gontai, ia berjalan keluar dari restoran melalui pintu belakang. Tentu saja setelah berpamitan pada para pekerja lain yang ia kenal dan memberi hormat kepada atasannya.

Kini, tangannya tengah memegang sebuah amplop yang di dalamnya ada gaji selama bekerja bulan ini. Helaan napas kasar terdengar dari bibirnya saat merasakan beban berat di pundaknya.

"Hidup di Jakarta sangat keras."

Rencana awal dulu Arabella datang ke sini karena ingin merubah nasib. Akan tetapi, semuanya tidak semudah yang dipikirkannya. Karena ternyata keluarga Leonard membuat hidupnya menderita dengan tidak mendapatkan pekerjaan di perusahaan manapun.

Masih dengan wajah penuh kesedihan, Arabella berjalan menyusuri jalanan ibu kota. Ia berencana jalan kaki karena ingin membuang rasa stres yang kini menguasai otaknya. Selain ia bisa cuci mata dengan memandang suasana jalanan kota Jakarta, ia pun ingin mengisi waktu kosongnya untuk berjalan-jalan.

Karena saat berada di kontrakan sendirian, ia merasa akan semakin frustasi dan bertambah stres. Manik bening miliknya saat ini mengamati suasana jalan dan ia bisa melihat ada beberapa pedagang kaki lima yang berderet rapi di pinggir jalan. Bahkan perutnya mulai keroncongan, karena efek ia yang hari ini terlalu memforsir tenaga saat ada banyak pelanggan restoran datang.

Saat ini, Arabella fokus menatap satu-persatu lapak pedagang yang menjajakan dagangannya. Mulai dari aneka camilan sampai makanan berat. Kini, pandangannya berhenti pada lapak pedagang kaki lima yang kini berderet beberapa orang yang antri. Karena merasa sangat tertarik, ia berjalan mendekat dan melihat apa yang membuat banyak orang sampai rela mengantri.

"Sepertinya itu enak, sehingga semua orang membeli meskipun harus mengantri." Arabella membaca tulisan besar di spanduk yang ada di sekitar lapak. "Oh ... jadi seblak yang pakai level. Lebih baik aku cobain saja, lagipula aku punya banyak waktu luang karena sekarang adalah seorang pengangguran."

Dengan langkah kaki jenjangnya, Arabella sudah mendekati lapak pedagang tersebut dan memesan seblak dengan level paling pedas. Karena ia ingin sekali membuang rasa stresnya dengan menikmati makanan yang sangat pedas. Setelah memesan, ia memilih duduk di tempat kosong dan hanya tersisa 1 tempat duduk. Ia buru-buru mendaratkan tubuhnya di sana, karena takut ada yang mendahuluinya.

Sambil menunggu pesanannya datang, ia melihat ponselnya dan sibuk memeriksa akun sosial media milik wanita yang tak lain adalah kakak ipar pria yang tadi mengancamnya. Semenjak kejadian pembunuhan dulu, ia mengikuti perkembangan berita mengenai keluarga Leonard.

Karena keluarga Leonard merupakan salah satu konglomerat terkenal di Jakarta yang sangat terkenal dan mempunyai saudara tiri yang sangat baik hati dan pernah membantunya dengan memberikan uang karena merasa tidak enak padanya. Apalagi kakak dari pria yang dianggapnya kejam itu memiliki seorang istri yang sangat cantik bernama Qumaira, tetapi pencemburu dan pernah salah paham padanya karena berpikir menjadi selingkuhan.

Sebenarnya dia menyukai kakak dari Qumaira yang bernama Zaydan. Sedangkan dia mengagumi Qumaira karena sangat tahu sosok wanita hebat yang luar biasa dan memiliki sifat baik hati pada semua orang, kecuali padanya. Karena rasa cemburu mengalahkan segalanya.

Arabella sibuk menggulir layar ponselnya dan melihat foto balita yang terlihat sangat cantik nan menggemaskan di sosial media tersebut.

"Putri nona Qumaira benar-benar sangat cantik dan menggemaskan. Sangat cantik seperti ibunya. Nona Qumaira selalu dilimpahi kebahagiaan, karena hidupnya sangat bahagia setelah menikah dengan tuan Stevan yang merupakan kakak tiri Leonard."

Beberapa saat kemudian, makanan pesanannya sudah datang dan Arabella mulai menikmati sensasi pedas dari seblak level lima yang merupakan salah satu kuliner khas Bandung dan sangat terkenal yang menjadi incaran para pecinta makanan.

"Kebetulan sekali kita berjumpa di sini, Arabella."

Arabella yang saat ini tengah mengunyah makanan, refleks langsung tersedak begitu melihat sosok wanita yang sangat dihafalnya, tengah duduk tepat di hadapannya. Rasa panas yang menjalar di tenggorokannya benar-benar sudah sangat menyiksanya, karena efek rasa pedas dari makanan tersebut.

Sosok wanita yang melihat wajah memerah karena tersedak makanan pedas, meraih gelas berisi teh hangat dan memberikannya pada Arabella "Minumlah! Aku tidak tega melihatmu mati karena tersedak makanan."

Tanpa mengeluarkan sepatah kata pun, Arabella buru-buru menerima teh hangat tersebut dan langsung meneguknya hingga separuh untuk menetralkan rasa panas di tenggorokannya. Begitu air berwarna coklat keemasan itu membasahi tenggorokannya yang panas, rasa pedas di tenggorokannya agak sedikit berkurang.

Mendapatkan sebuah tatapan membunuh dari sosok wanita yang terlihat sangat elegan di depannya, benar-benar membuat Arabella tidak berkutik dan hanya diam tanpa mengeluarkan sepatah kata pun.

"Astaga, mimpi apa aku semalam? Baru saja aku mendapat musibah bertemu dengan adik iparnya yang tadi mengancamku. Lalu, aku dipecat dan sekarang malah bertemu dengan nona Qumaira. Apa yang harus aku lakukan? Apa aku harus memberitahunya bahwa adiknya tadi mengancam akan menghancurkan hidupku? Akan tetapi, nona Qumaira pasti hanya akan bersorak mengejekku," gumam Arabella yang merasa sangat gelisah untuk mengambil sebuah keputusan.

Lamunan Arabella buyar saat mendengar suara bariton dari sosok pria yang tidak lain adalah kakak Leonard dan merupakan suami dari wanita di depannya.

"Sayang, ayo duduk di sebelah sana." Stevan Menunjuk ke arah kursi kosong yang baru saja ditinggalkan oleh pembeli setelah selesai menikmati makanannya.

Qumaira menoleh ke arah samping kiri di mana suami saat ini menepuk pundaknya. "Kenapa harus duduk terpisah? Bukankah kita mengenal baik wanita di depan kita ini?" Menepuk kursi kayu berwarna coklat itu, seolah memberikan sebuah kode agar pria yang masih berdiri menjulang di sebelahnya itu ikut duduk di sebelah.

Karena tidak ingin membuat keributan akibat kemarahan sang istri, akhirnya Stevan memilih mengalah dan duduk di sana, sekaligus untuk melihat apa yang akan dilakukan oleh sang istri pada Arabella.

"Bagaimana kabarmu, Arabella?" tanya Qumaira masih dengan wajah datarnya.

Degup jantung tidak beraturan dari Arabella karena efek ketakutan saat berhadapan dengan wanita yang dulu pernah cemburu padanya. Dengan kasar, ia menelan salivanya.

"Kabar saya baik, Nona Qumaira."

"Jangan panggil aku Nona. Kita semua sama." Qumaira mengamati penampilan Arabella saat mengungkapkan kalimat bernada sindiran.

Buru-buru, Arabella menggelengkan kepala, tidak membenarkan kata-kata tersebut. "Sama sekali tidak, Nona. Saya hanya orang dari kasta rendahan yang sama sekali tidak sebanding dengan Anda."

Arabella sedikit membungkuk dengan menundukkan kepala karena tidak berani menatap wajah yang seolah ingin memangsanya.

Qumaira sama sekali tidak menanggapi permohonan maaf dari Arabella karena saat ini lebih tertarik dengan pria yang ada di sebelahnya. "Sayang, sudah pesan makanan yang paling pedas?"

Stevan langsung menggelengkan kepala, "Aku tidak ingin kamu sakit perut. Jadi, aku pesan yang tidak terlalu pedas. Jangan marah, ya."

Perhatian dari sang suami sudah diduga olehnya dan memang sengaja untuk membuat cemburu Arabella akan keharmonisan rumah tangganya. "Suamiku benar-benar so sweet." Beralih menatap ke arah wanita yang dari tadi seolah takut melihatnya karena asyik menundukkan kepala. "Cepatlah menikah dan jangan menjadi perusak rumah tangga orang lain!"

Qumaira bangkit dari posisinya setelah mendengar penjual mengatakan makanan pesanannya sudah siap. Namun, sebelum melangkah pergi, tatapan tajam masih diarahkannya pada Arabella. "Lanjutkan saja makannya, aku tidak akan menganggumu. Satu hal lagi, selamat membuka lembaran baru karena hari ini adik iparku telah bebas dari penjara."

Arabella benar-benar merasa tersindir dengan semua perkataan yang keluar dari bibir wanita yang sudah berjalan menjauh dari tempatnya. Ia sangat menyadari bahwa semua yang dikatakan oleh wanita itu memang benar adanya, bahwa hidupnya akan semakin menderita setelah Leonard keluar dari penjara.

"Pria bernama Leonard itu akan membalas dendam padaku. Mungkin hidupku akan semakin menderita," lirih Arabella yang merasa sangat cemas dan ketakutan.

To be continued...