"Ree, gue temen loe. Boleh donk gue tahu masalah loe."
"Loe berantem? Atau ….? Gue nggak pernah liat loe nangis, Ree," lanjutnya menyentuh tanganku.
"Lidah loe bisa berbohong, tapi nggak dengan mata loe," lanjutnya hati-hati.
Hatiku terenyuh merasakan kepedulian seseorang yang memang sedang sangat kubutuhkan. Memberitahu bahwa hidupku tidak seberuntung mereka tentang seorang ibu. Mungkin bisa dipercaya untuk pelampiasan. Tapi, lagi-lagi apakah pantas aku menceritakan ini pada orang lain? Menceritakannya berarti membongkar keburukan ibuku, sama saja dengan mempermalukan diri sendiri.
Sekarang aku dalam kebimbangan, memilih bercerita atau tetap menyimpannya demi harga diriku?
"Loe nggak bisa bilang mata loe kelilipan, karena merah mata loe tuh merah banget dan menyeluruh. Mata loe nunjukin kalo loe lagi sedih. Sikap loe juga aneh dari tadi. Diem loe beda dari biasanya loe diem kalo lagi marah," ucapnya lagi meyakinku.
Hỗ trợ các tác giả và dịch giả yêu thích của bạn trong webnovel.com