Jantungku masih berdetak tak karuan dengan napas yang begitu memburu, hingga mulut dan tubuhku masih bergetar hebat. Bang Juki mendekat ke arahku, membuat aku berhambur ke pelukannya.
"Hilang," gagap aku mengucapkan kata itu, karena langsung diikuti dengan tumpahan isak tangis.
"Hilang," ulang bang Juki di telingaku sembari mengusap punggungku yang terus bergetar hebat.
Aku tidak salah melihat, tidak juga sedang berhalusinasi karena sangat jelas ular dengan kepala yang sudah terbuka lebar itu siap mematukkan bisa racunnya. Bang Juki juga melihatnya, tapi begitulah, ular itu menghilang tanpa jejak. Hingga salah seorang sesepuh, Uwa Kosim, Adik dari mendiang nenek, menyarankan suami saya untuk mencari dukun yang bisa memberi tameng agar serangan gaib yang ditujukan pada kami bisa diatasi.
Hỗ trợ các tác giả và dịch giả yêu thích của bạn trong webnovel.com