webnovel

IRONA

18+ "Gue sumpahin suatu saat lo bakal naksir dan ngejar-ngejar gue." Dua tahun berada di kelas yang sama, menjadikan Irona sebagai bulan-bulanan Zio. Gadis yang bernama Steffani Irona Najma adalah gadis mungil berparas cantik, imut dan lucu. Dengan poni depan dan rambut yang tergerai indah. Rambutnya yang indah ini, justru mengundang tangan-tangan jahil untuk menyentuh, menarik atau bahkan menjambak. Zio Aksadana, seorang laki-laki berparas tampan, bertubuh tegap dan atletis, rahang yang kokoh serta bibir yang sangat memesona. Zio merupakan musuh dari Irona, tetapi bukan musuh yang diselimuti rasa benci. Tetapi justru dengan keusilan dan kejahilan, Zio sangat senang menggoda Irona. Baginya, ada kesenangan sendiri ketika melihat Irona mengerang kesal. Sumpah serapah yang tidak sengaja Irona lontarkan, membuat keduanya berada di dalam lingkaran kasih sayang. padahal dulu Irona tidak benar-benar ingin membuat Zio jatuh tepat di hatinya, bahkan ia berdoa, semoga Tuhan hanya menganggap ini sebuah lelucon.

Fenichaan · Thanh xuân
Không đủ số lượng người đọc
309 Chs

Niken Gagal Lagi

Aksa dan Irona berjalan beriringan dikoridor, mereka sesekali bercanda gurau sehingga mengeluarkan tawa yang bisa didengar oleh orang lain.

"Haha.. Kamu tuh yang waktu kecilnya jelek banget" Irona memecahkan tawanya ketika Aksa memperagakan awal pertemuan mereka.

"Enak aja. Aku mah ganteng, ngga kayak kamu, kucel, jelek ngga punya temen lagi" Aksa yang dihina seperti itu pun tidak mau kalah, ia terus mengeluarkan keburukan-keburukan Irona.

"Biarin aja. Toh kamu nyamperin aku" Irona menaik turunkan kedua alisnya sebagai tanda kemenangan.

"Dadah Irona.. Nanti aku pasti balik lagi" Aksa berjalan mundur menghadap Irona, tangannya melambai-lambai seperti saat ia meninggalkan Irona sepuluh tahun lalu.

Irona yang melihat itu pun hanya tertawa karena mengingat kejadian tersebut. Aksa nya yang dulu bocah kini sudah tumbuh dewasa.

Bug!

"Aduhh" Akibat dari jalannya yang tidak benar, Aksa menabrak seseorang dibelakang sana. Irona seketika maju dan melihat siapa yang orang yang telah Aksa tabrak.

"Niken" gumam Irona

"Oh jadi kalian yang udah nabrak gue." ucap Niken sebari berusaha berdiri, "Aksa.. Kamu harus tanggung jawab" Niken bersikap manja pada Aksa, beda sekali pada saat ia melihat Irona.

"Gue ngga ngerasa hamilin lo" Aksa menjawab dengan acuh, ia tidak meminta maaf apalagi membantu Niken.

Irona yang berada disamping Aksa hanya tertawa tertahan, ia muak melihat Niken yang bermuka dua.

"Tapi sakit, nih" Niken merengek, berharap Aksa akan memapahnya dan mengobati lukanya.

"Dek!" Aksa memanggil petugas pmr yang sedang berjalan, ia melihat adik kelasnya itu memakai syal berwarna biru dan ada tanda + disana.

"Kenapa, Kak?" ucap seorang wanita yang diduga sebagai petugas pmr.

"Kamu tolong obatin kakak ini, ya" Aksa melirik ke arah Niken.

"Baik, Kak" jawab adik kelasnya itu dengan sigap

"Makasih" ucap Aksa dan berlalu meninggalkan Niken dengan menarik lembut tangan Irona.

Irona menoleh kebelakang dan melemparkan senyum sinisnya pada Niken. Dengan sengaja Irona bergelayut manja pada lengan kekar Aksa, ia yakin pasti Niken sudah menggeram kesal.

***

Awalnya Niken tidak benar-benar ingin ditabrak oleh Aksa, ia yang sedang berjalan sebari menunduk karena sedang melihat aplikasi ecommerce yang sedang mengadakan produk diskon. Niken sama sekali tidak memperhatikan jalan, kedua matanya hanya fokus pada ponsel yang sedang ia genggam.

Namun ketika mengetahui bahwa orang yang menabraknya adalah Aksa, ia berusaha mencari perhatian dengan berpura-pura kesakitan. Padahal kakinya tidak merasa sakkt sama sekali, ia berharap kalau Aksa akan membantu untuk mengobati kakinya.

Seperti biasa, Irona datang dan mengacaukan semuanya. Gadis yang selalu menghalangi niatnya untuk menggoda Aksa, Irona telah menghancurkan semuanya.

Tidak cukup sampai disitu, lagi-lagi Irona membuat Niken geram. Ia dengan sengaja bergelayut manja dilengan Aksa yang kekar, lengan yang seharusnya menjadi pelindung untuknya.

Kedua matanya terasa panas, "Gue nggak boleh keliatan lemah didepan mereka" batinnya.

***

"Wihhh... Ada apaan, nih?" Irona dan Aksa menoleh ketika suara Arin menginterupsi. Ia datang dengan Daffa.

"Nih, mau?" Arin mengangkat martabak yang diberikan Selvia.

"Mau, lah" tanpa segan Arin mengambil sepotong martabak keju, ia juga menyuapkan kepada kekasihnya, Daffa.

"Cielah.. Pasangan baru" ejek Aksa.

"Berarti kalian pasangan buluk, dong?" Arin dan Daffa terkekeh.

Persahabatan mereka semakin terasa kental dengan bersatunya Arin dan Daffa.

"Eh gue ada usul, nih" Aksa memulai percakapan, wajahnya berubah menjadi serius.

"Paan?" Irona menjawab acuh, ia sedang sibuk dengan martabaknya. Makan memang menjadi salah satu hobi bagi wanita, bukan hanya sekedar kebutuhan saja.

"Kita liburan, yuk!" seru Aksa dengan semangat yang membara. Ia tersenyum sangat lebar, namun tidak ada yang menjawab.

Irona memghembuskan nafas lelah, "Aku ngga ada duit" ucapnya sebari memasukan potongan terakhir martabak terakhir yang ia pegang.

"Ck" Aksa berdecak kesal, "Terus gunanya aku sebagai pacar kamu apa?" ujarnya gemas. Rasanya Aksa sangat ingin menggigit kedua pipi Irona yang kembung akibat mulutnya penuh dengan martabak.

"Hmmmmm" sedangkan Arin hanya bergumam dan melirik kekasihnya, ia memberikan sebuah kode.

"Ayo!" ujar Daffa yang mengerti dari kode etik yang diberikan Arina, kekasihnya.

Tanpa mereka ketahui seseorang sedang mendengar percakapan mereka diam-diam. Dia adalah Putri, yang tidak sengaja melewati kelas Irona dan berinisiatif mendengarkan percakapan mereka.

"Jadi mereka mau liburan" gumamnya sangat pelan, "Gue harus kasih tahu Niken" Putri segera pergi sebelum ada yang melihatnya. Ia harus memberitahukan ini kepada Niken, ini adalah sebuah berita yang sangat bagus untuk temannya itu.

***

"Jadi mereka mau liburan?" Niken sudah mendengar semuanya dari Putri. Ia tampak tenang, berbeda sekali dari sebelumnya.

"Gue harus bikin rencana baru" Niken tersenyum smirk bak penyihir jahat yang akan menjalankan aksi busuknya.

"Lo mau bikin rencana apa lagi?" Nadira bertanya seperti tidak yakin, karena Niken selalu gagal dalam melakukan hal apapun, termasuk mencelakai Irona dan kecuali melatih anak cheers.

"Gue bakal bikin Irona gagal ikut liburan, dan gue yang akan ada disamping Aksa" ia mengepalkan tangan dan menatap lurus kedepan seolah membayangkan sedang mencekik leher Irona.

Putri dan Nadira hanya saling tatap dan mengangkat bahu acuh. Mereka takut kalau Niken akan melakukan hal bodoh yang akan mencelakai dirinya sendiri, terutama mereka tidak ingin terbawa sial dan berujung penyesalan.

Sebenarnya Putri dan Nadira sudah lelah bersama Niken, mereka takut jika suatu saat kesialan menerpa dirinya. Belum lagi jika pihak sekolah mengetahui perbuatan Niken yang selalu ingin mencelakai Irona.

***

"Aksa, aku ke toilet dulu, ya" Irona berlari secepat mungkin karena sudah tidak tahan menampung air seni yang sudah siap untuk keluar.

Aksa yang melihatnya pun hanya menggelengkan kepalanya dan duduk didepan kelas. Ia memasang earphone untuk mengurangi rasa jenuhnya.

"Akhirnya" Irona bernafas lega ketika semua cairan yang tersimpan sudah tersalurkan semua. Namun ketika memegang gagang pintu tiba-tiba saja tidak dapat membuka pintu, "Loh ini kenapa" Irona panik, ia terus menaik turunkan gagang pintu tersebut.

Buk buk buk

"Toloonggg... Yang diluar bukain pintunya dong!" Irona berteriak kencang berharap ada seseorang yang mendengarnya.

prang!!!

Suara pecahan kaca terdengar dari bilik sebelah, Irona mendekatkan telinganya pada tembok yang menghubungkan dengan bilik sebelah, berusaha mendengar apa yang sebenarnya terjadi.

"Lo jangan berisik, nanti Irona denger" suaranya sangat pelan, namun Irona mampu mendengarnya dan sangat hafal dengan suara tersebut.

Irona menyungginkan senyum mematikan, "Ternyata lo masih mau main-main sama gue" gumamnya.

"Aksaaaa.. Tolongin aku, hkkss" Irona berpura-pura memanggil kekasihnya dan menangis tersedu-sedu.

Bug bug bug

Pintu berhasil dibuka. Irona keluar dari dalam toilet, ia melepas tali sepatunya sebelah, lalu mengikatkannya pada gagang pintu yang disebelahnya tadi. Irona mengikat dengan kuat dan mengaitkannya pada paku yang berada tepat diatas pintu.

Puk puk puk

ia menepuk-nepuk tangannya, "Udah gue bilang, kalian salah cari lawan" ucapnya sedikit kencang, "Selamat menikmati bermalam di toilet" Irona berjalan keluar dari area toilet dengan santai.

"Ironaaaaaaa!!!!!!"