webnovel

Inevitable Fate [Indonesia]

Siapa bilang seorang Nathan Ryuu, lelaki blasteran Jepang - Perancis, adalah anak dari seorang konglomerat besar, sudah hancur dan tak memiliki cinta usai dia kalah dari Vince Hong dalam memperebutkan Ruby? Lelaki muda dan berkuasa ini terlalu jauh dari kata menyerah, meski pemikiran itu sempat menghinggapinya di awal-awal perceraiannya. Nyatanya, takdir dari langit mencoba menawarkan asa baginya untuk sekali lagi bertaruh pada cinta wanita tak terduga. Apakah dia berani mengambil taruhan itu? Wanita itu, Reiko Arata Zein, seorang blasteran Jepang - Indonesia yang harus berjuang sendiri ketika dunia sedang menguji dan menderanya. Kalaupun mereka memutuskan untuk bersatu, bisakah menghadapi semua badai yang diciptakan orang-orang di sekitar mereka? Atau lebih baik menyerah demi kebaikan bersama? ================================== =*= Novel DEWASA =*= ================ Tolong yang belum umur 18 tahun jangan coba-coba melirik apalagi membaca novel ini atau penulis tidak akan bertanggung jawab apabila Anda dewasa sebelum waktunya. Bijaksana dan bijaksini dalam memilih bacaan yang sesuai dengan Anda. Language: Indonesia Warning: (mungkin) akan ada adegan-adegan dewasa Source of story: (spin-off) Lady in Red 21+

Gauche_Diablo · Thành thị
Không đủ số lượng người đọc
702 Chs

Lebih Tenang Meninggalkanmu

I never knew, I never knew but it's alright, alright

Everything will be alright

- Everything Will Be Alright by The Killers -

===========

"Shingo-san, tidak perlu merasa canggung begitu." Reiko buru-buru berkata, "Aku ... aku meminta maaf sudah berbicara seperti tadi. Tapi ... jujur saja ... aku juga tidak melanjutkan ke perkuliahan, kok! Aku seperti Shingo-san, hanya sampai SMA saja."

Kepala Kashimoto Shingo segera naik memandang Reiko. "Ehh? Hanya sampai SMA?" Ia cukup terkejut. Rasanya tak percaya jika bukan Reiko sendiri yang membuka. Padahal penampilan gadis itu terlihat seperti gadis mahasiswa yang modis dan gaya.

"Ha ha ha, iya, aku memang tidak melanjutkan ke universitas. Aku tak punya uang untuk itu." Reiko malah bicara gamblang.

"Orang tua Rei-chan meninggal dalam sebuah kecelakaan saat Rei-chan SMP." Runa menimpali.

Shingo terpana memandang Reiko dan kemudian menatap Runa. "Benarkah?" Dua gadis itu mengangguk. "O-ohh! Maafkan aku! Maafkan aku sudah membuat Reiko-san justru berkata mengenai itu." Ia membungkukkan badan melakukan ojigi. "Pasti ... rasanya berat ditinggal kedua orang tua seperti itu di masa sangat muda."

"Ahh, tidak apa-apa! Tidak apa-apa!" Reiko tertawa kecil sambil kibas-kibaskan tangan.

"Hei, hei, ada obrolan seru apa ini?" Mendadak saja, Ichinose Yuza sudah merangkul bahu Kashimoto Shingo.

Tindakan itu langsung ditepis oleh Shingo sambil berdecak kesal ke Yuza, katanya, "Tak usah sok akrab begitu denganku, bocah busuk!"

"Hei, aku ini kan hanya mencoba bersikap baik padamu, ossan!"

"Jangan panggil aku begitu!"

"Nah, nah, lihat, kau ini mudah marah seperti ossan, ya kan!"

"Kau! Hm ... sana kembali saja ke tempatmu! Lihat, itu ada pembeli lagi menunggumu!"

Mata Yuza mengikuti telunjuk Shingo dan dia pun mendesah, berkata, "Haahh ... kenapa mereka tidak membiarkan aku pergi sebentar untuk senang-senang, sih?"

"Heh! Jangan mengeluh! Apa kau ingin lapakmu sepi dan bangkrut?" Shingo mendelik ke Yuza.

"He he he, tentu tidak! Aku pasti akan jadi jutawan setelah ini! Dan Shingo-ossan akan terpesona pada keberuntunganku nantinya!" Setelah mengucapkan itu, Yuza pun berlari kembali ke lapak dia sendiri dan mulai meladeni pembeli yang sudah menunggu.

Wajar saja jika lapak Yuza sering ramai. Itu karena Ichinose Yuza berparas di atas rata-rata, sehingga mengakibatkan banyak wanita dan gadis remaja mendatangi lapaknya, entah untuk membeli atau sekedar berlama-lama melihat Yuza membuat takoyaki.

Dan karena dia banyak digandrungi para wanita, mengakibatkan Runa memberi label playboy pada pria itu. Apalagi sikap ramah dan mudah berteman Yuza pada semua orang, semakin membuat Runa yakin lelaki itu memang senang bermain-main dengan wanita.

Kalau Runa berani jujur, sebenarnya dia menyukai Ichinose Yuza, tapi itu dulu, ketika dia masih remaja ingusan, melihat Yuza yang saat itu membantu kakaknya berjualan takoyaki saban akhir pekan, sama seperti Runa pada waktu itu, Runa terpesona oleh ketampanan Yuza.

Namun, setelah melihat beberapa kali Yuza berjalan-jalan dengan wanita berbeda tiap minggunya, Runa pun menyerah dan tidak ingin lagi menjatuhkan hatinya pada pria itu.

Dan saat dia terpuruk kecewa pada Yuza, matanya tertuju pada Kashimoto Shingo yang mulai berjualan tak jauh dari lapak ibunya. Semakin diperhatikan, Runa justru terpikat dengan aura dingin dari lelaki itu.

Dikarenakan pembawaan kaku Shingo, Runa pun jatuh cinta, mengalihkan rasa sukanya dari Yuza ke Shingo. Inilah kenapa waktu Reiko pertama kali menembak Runa dengan menebak Runa menyukai Yuza, gadis itu sempat terdiam sejenak, namun saat Reiko menduga dia menyukai Shingo, Runa tak bisa tenang.

Karena itu, Reiko kerap menoleh ke Runa saat mereka sedang berdiri di depan lapak Shingo untuk menanti lelaki itu membuatkan okonomiyaki. Kali ini Runa bersikeras untuk membayar dan Shingo pun tidak menolaknya.

Sikap lelaki itu terkesan kaku, ketus dan dingin. Jarang berbicara, dan jarang berbaur dengan pedagang lainnya di sana. Hanya Yuza lah yang berani menggoda Shingo terus menerus. Selain lapak mereka bersebelahan, Yuza juga gemas dengan sikap dingin Shingo.

Tapi tak apa, Runa suka yang begitu. Kalau Shingo bersikap demikian, bukankah itu artinya pria itu bukan playboy? Jika Runa bisa menjadi kekasihnya, dia akan tentram hatinya, tidak perlu cemburu.

Usai Yuza kembali ke lapaknya untuk menyambut pembeli dengan senyum lebar dan sikap ramah, Shingo kembali bungkam dan terus fokus pada okonomiyaki-nya.

Reiko masih melirik ke sahabatnya hanya untuk memergoki wajah merona Runa saat gadis itu diam-diam melirik ke Shingo. Reiko ingin tertawa menyaksikan tingkah sahabatnya, tapi dia tahan. "Ehh, kenapa tidak kita belikan juga untuk ibu dan kak Tomo?"

"Heh?" Runa tersadar dari lamunannya dan menoleh ke Reiko.

"Ya, itu ide yang bagus, kan?" Reiko tersenyum. Dengan menambah pesanan, itu artinya memberi kesempatan bagi Runa untuk lebih lama memandangi Shingo, iya kan?

"A-aku sih ... terserah kau saja." Runa gugup dan secara canggung menyelipkan rambut ke belakang telinganya untuk menutupi salah tingkahnya.

"Yosh! Shingo-san, tolong 2 lagi, yah!" Reiko berkata ke Shingo.

Lelaki pendiam itu mengangguk dan mulai menyiapkan adonan selanjutnya.

Ketika semua okonomiyaki selesai dibuat oleh Shingo, waktu istirahat juga hampir usai, sehingga Reiko berlari kecil ke lapak Bu Sayuki untuk memberikan okonomiyaki ke Beliau dan juga ke Tomoda.

"Wah, terima kasih, Reiko. Kamu benar-benar anak baik." Bu Sayuki menerima okonomiyaki dari tangan Reiko dengan wajah tersenyum.

Runa cukup heran melihat ibunya sekarang jadi sering tersenyum ke sahabatnya. Yah, bukan berarti dia tidak menyukai hal itu, hanya ... ini cukup aneh.

Tapi, rasanya tidak baik mencurigai orang tua sendiri, ya kan? Runa pun turut senang jika ibunya kini sudah bersikap baik pada sahabatnya. Ini akan membuat dia tenang saat dia kembali ke kampus nantinya.

Yah, dengan ini, dia akan lebih tenang meninggalkan Reiko di rumahnya.