webnovel

4. Baru Saja Sampai

Kina yang berada tepat di hadapan bapak yang meminta di panggil Mang Asep tersebut melirik ke samping kanannya, di mana Felicia berdiri. Menyuruhnya menerima kunci itu. Namun perempuan itu pun enggan mengambil kunci dari tangan Mang Asep, dan menoleh pada Azzam yang ada di sampingnya yang sedang membawa beberapa tas miliknya dan milik Likha.

"Apaan sih kalian, kok gak mau ngambil ini?" Tanya Andrea yang baru saja selesai mengambil tasnya dari dalam mobil. Kemudian ia menghampiri Mang Asep dan mengambil kunci itu dari tangannya, seraya memberikan sebuah senyuman pada penjaga Vila tersebut.

"Neng Andrea ya?" Tanya Mang Asep ketika ia menyipit untuk melihat wajah Andrea, karena matanya yang sudah rabun membuatnya harus menyipit ketika ingin melihat dengan lebih jelas.

"Iya Mang, ini saya Andrea!" Jawab Andrea pada Mang Asep, senyum pun merekah di wajah lelaki tersebut kemudian ia pergi begitu saja tanpa mengucapkan apapun lagi setelah ia mengetahui yang mana perempuan yang bernama Andrea.

Likha yang berada di samping Andrea langsung berbisik pada perempuan itu seraya menatapi punggung Mang Asep yang berjalan menjauh dari mereka. "Lo kenal dia?" Tanyanya, dan Andrea menggelengkan kepalanya dengan polos dan berjalan ke arah pintu masuk dengan kunci di tangannya.

"Penjaga Vila!" Jawab Andrea seraya membuka pintu tersebut. Likha yang mendapatakan jawaban tersebut pun mendecak sedikit sebal pada perempuan itu dan berjalan masuk bersama yang lainnya, meninggalkan tasnya yang di bawakan oleh Azzam, tidak berbeda dengan Andrea yang membiarkan tas nya di bawakan oleh Leo.

"Hei kalian berdua! Bawa dong tas kalian masing-masing!" Felicia yang masuk membawa tasnya sendiri itu langsung menegur Andrea dan Likha yang tidak membawa apapun dan membuat kedua lelaki di sana sedikit kerepotan.

"Ga apa-apa kok, gue bakalan lakuin apapun asalkan Andrea senang!" Ucap Leo yang berjalan dengan begitu santainya meski dirinya membawa tiga tas, tas ransel berwarna hitam adalah miliknya dan dua tas lainnya adalah milik pacarnya.

Alan yang melihat bayaknya tas yang di bawa Leo pun hanya bisa menggelengkan kepalanya dengan tidak percaya, "Astaga! Banyak banget tas lo, mau kemana? Mau kemping?" Tanya nya melirik pada Andrea yang sekarang duduk di atas sofa di ruang tengah Vila tersebut.

Andrea hanya mengangkat kedua bahunya dan menjawab dengan amat santai, "Prepare!" Celetuknya. Jawaban tersebut membuat Alan, Azzam, dan Ryan mengerenyitkan dahi mereka dengan penasaran, sementara yang lainnya terlihat tidak peduli dengan berapa banyak tas yang Andrea bawa.

Kina yang merasa sudah baikan dengan kejadian di jalan tadi pun duduk di samping Andrea dan bersandar pada bahu perempuan itu dengan lelah. "Mau minum?" Tawar Andrea pada Kina yang ada di sampingnya itu, Kina menggelengkan kepalanya menolak tawaran tersebut karena ia tidak begitu haus.

Likha menatap seluruh ruangan yang ada di dalam Vila itu, di sana terdapat banyak ruangan-ruangan yang tertutup membuatnya penasaran dan ingin melihat semuanya. "Boleh lihat-lihat gak nih?" Tanyanya pada Andrea yang masih duduk di atas sofa.

"Yuk!" Felicia pun setuju dengan Likha dan segera menaruh tas nya ke atas meja yang tingginya tidak sampai setinggi pinggang itu.

"Ikut!" Kina langsung berdiri dari duduknya dan menghampiri kedua perempuan itu, sementara Andrea hanya duduk di tempatnya dan menganggu mempersilahkan mereka mengeksplor Vila milik saudaranya itu.

Ketiga perempuan itu pun langsung berlalu meninggalkan ruang tengah menuju sebuah ruangn yang berada di samping kiri Vila tersebut.

Sedangkan para laki-laki memilih untuk ikut duduk di sofa tersebut dan mengistirahatkan tubuh mereka, terutama yang tadi menyetir ke mari. Leo memberikan sebuah botol minuman pada Andrea dan merebahkan tubuhnya di atas sofa, kepalanya sengaja ia taruh di atas paha Andrea yang ia jadikan bantal. "Hmm… Mulai! Mulai!" Sindir Ryan yang berada di sofa single di samping keduanya.

"Sirik aja lo!" Balas Leo tanpa menghiraukan sindiran tersebut. Sementara Andrea sama sekali tidak tersenyum mendapatkan candaan itu, biasanya ia tersenyum atau tertawa mendapatkan candaan. Tetapi kali ini seakan ada sesuatu hal yang membuat moodnya berubah begitu saja.

"Andrea!" Andrea yang sedari tadi terdiam menatap kearah TV yang sengaja di nyalakan oleh Alan pun menoleh kea rah Azzam yang berdiri di depan pintu kulkas.

"Gue masukin semua makanannya ya?" Ucap Azzam seolah meminta izin pada Andrea.

"Iyalah, masa mau di luar. Nanti cepet basi loh!" Jawab Andrea. Leo yang mendengar kata makanan pun segera bangkit dari posisinya dan berjalan ke arah dapur, di mana Azzam tengah memasukan seluruh makanan milik mereka.

"Cari apaan lo?" Tanya Alvin yang duduk di kursi bar yang ada di dapur. Ia melihati Leo yang membuka satu per satu lemari yang ada di sana, baik lemari yang ada di bawah maupun lemari yang terapasang di atas mereka.

"Alat panggang! Kita kan mau Barbeque-an." Jawabnya seraya masih mencari alat panggang tersebut. Mendengar bahwa mereka akan melakukan Barbeque, Ryan dan Alan pun memilih untuk bergabung dengan ketinganya dan berkumpul di dapur yang lumayan luas itu.

"Emang kita udah beli arangnya?" Tanya Ryan dengan santai, lelaki itu ikut duduk di samping Alvin dan menatapi gelas-gelas yang tersimpan rapi di sebuah rak yang bersih. Ia melirik pada Azzam yang masih sibuk dengan makanan dan kulkan tanpa ada niat untuk membantunya.

"Udah kemarin!" Jawab Azzam tanpa menghentikan kegiatannya. Ryan mengangguk-angguk dan turun dari kursinya lalu ia berjalan ke arah kanan bangunan Vila untuk melihat ada ruang apa saja di sana tanpa pamit kepada mereka yang sekarang sibuk di dapur.

Alan menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal, kemudian ia berbalik menatap pada Andrea yang melihati kegiatan mereka dalam diam. "Andrea, ada alat pemanggang gak?" Tanyanya. Leo yang tidak menemukan alat itu pun akhirnya menyerah dan membanting pintu lemari terakhir yang ia lihat, kemudian ia menatap pada sang kekasih yang hanya tertawa melihat keputus asaan kedua orang itu.

"Gue tanya Mang Asep dulu!" Ucap Andrea berdiri dari duduknya dan berjalan kea rah pintu keluar.

"Mau di temenin gak?" Tawar Leo yang khawatir karena ia sedikit takut dengan penjaga Vila tersebut. Andrea menoleh dan menggelengkan kepalanya dengan pelan sambil terus berjalan keluar dari Vila tersebut.

Di bagian lain dari Vila megah itu Felicia, Likha dan Kina sedang berjalan menelusuri sisi kolam renang yang berukuran cukup besar. Di sisi kanan kolam renang terdapat sebuah pohon kamboja berbunga pink dengan dua buah kursi santai terbuat dari kayu jati. Tempat yang sangat enak untuk di jadikan tempat beristirahat setelah berenang.

"Vila nya gede banget!" Felicia yang melihat seberapa besar Vila yang mereka kunjungi itu pun bergumam takjub. Kina dan Likha mengangguk-anggukan kepala mereka dengan setuju. Sebelumnya mereka telah masuk kedalam sebuah ruang musik dan sebuah ruang yang sepertinya adalah ruangan gym karena banyaknya alat olahraga di sana. Kemudian mereka berjalan dan sampailah di kolam renang ini.

"Kayanya kita harus lihat ke bagian sebelah kanan sana deh, kita kan belum cek kesana!" Ajak Kina ketika ia merasa bahwa tidak ada ruangan lagi yang bisa mereka lihat.

"Okay, ayok!" Felicia yang setuju pun langsung berbalik untuk kembali ke arah sebelumnya mereka datang, tetapi Likha yang melihat sebuah ruangan kaca di pojok bangunan Vila itu menghentikan langkah keduanya dengan menarik mereka.

"Tunggu!" Seru Likha. Kina pun berhenti dan menatap pada Likha yang masih menatapi ruangan itu.

"Itu ruang apa ya?" Tanya Likha penasaran dengan ruangan yang seluruh temboknya terbuat dari kaca tebal itu. Ketiga perempuan itu dapat melihat banyaknya lukisan-lukisan yang menumpuk maupun terpajang di dalam ruanga tersebut.

"Kayanya itu ruang lukis deh." Ujar Felicia, Kina mengangguk setuju dengan temannya tersebut.

"Kita lihat yuk!" Ajak Likha pada keduanya, mereka pun berjalan ke ruangan itu untuk melihat-lihat lebih dekat. Ada satu hal yang aneh dari ruangan itu menurut mereka bertiga, jika seluruh ruangan yang mereka kunjungi sebelumnya dalam keadaan pintu tertutup, berbeda dengan ruangan itu. Pintu ruangan yang seluruhnya terbuat dari kaca itu dalam keadaan terbuka.

"Yang ini pintunya kebuka!" Ucap Kina pada kedua temannya. Likha dan Felicia pun saling menatap, mereka mendorong pintu itu agar lebih terbuka lebar dan masuk ke dalam sana bersama-sama. Banyaknya lukisan membuat ketiganya penasaran, dan menatapi satu persatu di antara lukisan itu.

"Kalian lagi apa?" Sebuah suara mengagetkan ketinganya. Mereka menoleh ke arah Andrea yang bersandar di daun pintu dengan tangan yang di lipat kedepan, menatap pada mereka dengan penasaran.

"Lo ngagetin tau!" Likha yang terkejut pun memberikan sebuah protes pada Andrea yang membalasnya hanya dengan sebuah senyuman.

"Udah yuk! Siapin buat makan, laper nih… Cowok-cowok mana bisa masak!" Ajak Andrea pada mereka.