webnovel

Between Him and Us

Wat terpaksa menikahi sahabatnya –Lin- agar tidak di jodohkan dengan perempuan yang tidak ia kenal. Sebagai pria gay, ia mampu menjalani kehidupan rumah tangganya dengan baik bersama istri dan dua anak kembarnya –Nas dan Pin-. Wat yang pada akhirnya menjatuhkan hatinya pada seorang pria bernama Win, yang berujung dengan hubungan pacaran, berencana untuk selamanya sehidup semati, tanpa memikirkan rumah tangannya bersama Lin. Apakah Lin mampu menjadi istri seorang gay dan bagaimana akhirnya hati Wat memutuskan? Tokoh dalam Novel ini : 1. Water Ionataurus 2. Lin Kalvinaceka 3. Win Archivitae 4. Pin Gonataurus 5. Nas Wyanataurus Untuk berteman lebih lanjut dengan saya, bisa follow akun instagram @puspasariajeng (dm for request) Terima kasih dan selamat membaca karya BL saya ini ^-^

Ajengkelin · LGBT+
Không đủ số lượng người đọc
230 Chs

Cerita Akhir Pekan Lin

"Tempat ini sudah kami tempati sejak tadi!"

Seru seorang wanita yang datang menghampiri Lin dan juga Ran.

"Maaf, tempatnya kosong jadi aku dan temanku mengambilnya," balas Ran, tidak terima.

"Aku dan teman-temanku pergi memesan makanan. Ini tempat favorit Wat, kalian mengalah sajalah!"

Mata Lin tertuju pada Wat yang ada di belakang wanita, yang terlihat emosi karena tempatnya diambil oleh Lin dan Ran.

"Kita pergi saja, Ran," ujar Lin, masih menatap Wat.

"Duduk saja. Aku dan teman-teman akan mencari tempat yang lain."

***

Lin menghampiri Wat yang sedang mengajak Pin dan Nas bercanda di kamar. Lin tersenyum, melihat suaminya bisa membagi waktunya dengan baik. Terlihat laptop dan juga lembaran kertas tugas berada di lantai kamar, dimana sewaktu-waktu ia bisa mengerjakan tugas sembari menyambi, mengasuh kedua anaknya.

"Wat? Biar aku yang main dengan twins. Kamu selesaikan saja tugasnya," ujar Lin kini duduk di tepi tempat tidur si kembar.

"Kamu sudah selesai masak?" tanya Wat.

"Sudah … selesaikan dulu tugasnya, aku akan menyusui mereka, agar kita bisa makan malam bersama."

Wat tersenyum dan mengusap kepala Lin.

Wat turun dari tempat tidur dan duduk di lantai untuk melanjutkan mengerjakan tugas kuliahnya. Sementara Lin masih berada di atas, kini sedang menyusui Nas lebih dulu dan mengajak Pin bermain.

Namun sangat disayangkan, rencana makan malam mereka gagal … karena Pin dan Nas yang tak kunjung tidur.

"Tugasku sudah selesai, Lin," ujar Wat.

"Kamu makan duluan saja, ya … aku jaga twins dulu."

"Nanti gantian saja, ya …."

Lin mengangguk, memang sudah seharusnya ia paham. Memiliki bayi, apalagi kembar, harus mengurangi waktu kebersamaannya bersama suami.

***

"Lin … makan du—lu … Sudah tidur?"

Wat menghampiri Lin dan memintanya untuk makan. Namun Lin tidak juga bangun.

Wat melihat ponsel Lin, layarnya menyala, menandakan kalau ada pemberitahuan masuk ke dalam ponselnya. Ia segera mengambilnya, mengecek siapa yang mengirim pesan malam-malam seperti ini.

08XX : Sudah menentukan, mau pergi ke mana kita akhir pekan ini?

Wat terkekeh, melihat pesan masuk tanpa nama itu. Ia mengira kalau Lin sudah memiliki seorang kekasih.

'Kamu, mau mendahuluiku, ya …,' batinnya terkekeh. 'Aku kesulitan untuk mendekati pria itu … yang selalu menghantui malam dan tidurku.'

***

Lin menuangkan susu untuk Wat dan juga memberikan selai kacang kesukaan sang suami.

"Besok … akhir pekan, bukan?" tanya Wat.

"Iya. Ada apa?" Lin balik bertanya.

"Kamu … tidak memiliki rencana untuk pergi?"

Lin diam, lalu mengerutkan dahinya.

"Tidak … kalau aku pergi, siapa yang mau menjaga anak-anak," balasnya begitu santai.

"Titip ke orang tua kamu, Lin."

"Kamu mau pergi?" Lin balik mengajukan pertanyaan kepada Wat.

"Hm? T—tidak … aku di rumah saja," jawabnya gugup.

"Yasudah, kita di rumah saja," balas Lin.

"Kamu benar-benar tidak mau pergi akhir pekan ini?" tanya Wat lagi.

Lin diam, tidak begitu menanggapi pertanyaan Wat.

"Tidak ada yang mengajakmu pergi?" tanya Wat, berusaha memancing Lin agar jujur.

"Kalau kamu mau mengajakku pergi tanpa anak-anak, aku mau," jawab Lin.

"Hey, b—bukan begitu maksudnya."

"Jadi … kita pergi bersama anak-anak?"

"Kita di rumah saja, oke …."

Lin tersenyum seperti terpaksa, karena di dalam hatinya, ia berharap sang suami mengajaknya berkencan di akhir pekan.

***

Akhir pekan, Wat benar-benar meluangkan waktu hanya untuk anak-anaknya saja. Ia bahkan menolak keras ajakan Tom, Mario dan June untuk pergi menonton bioskop, dengan alasan hari libur adalah waktunya berkumpul bersama keluarga.

Wat juga memperhatikan gerak Lin yang sejak tadi hanya sibuk di dapur. Bahkan ponselnya juga ia letakkan di atas meja, dimana … di sana ada Wat dan juga kedua anaknya.

'Dia benar-benar tidak pergi?' batin Wat, sibuk dengan urusan pribadi Lin.

"Lin, sedang apa?" tanya Wat.

"Buat camilan untuk kita. Akhir pekan ini, kita akan berada di rumah, bukan?" jawab Lin.

"Hmmm … iya, sih. Kalau besok, apa kamu ada rencana, untuk pergi?" tanya Wat lagi.

"Hm? Tidak … akhir pekan ini aku akan berada di rumah saja. Kenapa memang, Wat?"

"Oh … t—tidak … tidak apa-apa. A—ku hanya bertanya saja."

"Hmmm, Wat …."

"Iya?"

"Bagaimana kalau besok, kita pergi jalan-jalan?" tanya Lin, mengajak sang suami.

Wat menarik tipis bibirnya, dengan dahi yang ia kerutkan, mengangguk ragu, kemudian menoleh, menatap sang istri.

"Yang benar, Wat …."

"Iya … dengan anak-anak, kan?" tanya Wat.

'Kapan sih, kamu mengajakku kencan, selalu saja mengajak anak-anak,' batinnya menggerutu.

"I—iya … dengan mereka, kok," balas Lin menyeringai.

Lin kembali mengaduk adonan yang sedang ia buat untuk camilannya dan juga sang suami, dimana hari ini mereka akan berada di rumah, seharian penuh.

Layar ponsel Lin menyala, ia membuat mode getar pada ponselnya.

"Lin, handphone mu getar," ujar Wat memberitahu sang istri, kalau ada pesan masuk.

"Biarkan saja," balas Lin, yakin kalau itu pesan dari Win.

Wat membulatkan mulutnya membentuk huruf 'o, padahal hatinya sangat penasaran dan ingin tahu, siapa yang mengirimkan pesan kepada sang istri.

'Pasti pria itu lagi, yang mengajak Lin kencan,' batinnya menerka.

Sesekali Wat melirik pada Lin, yang masih saja sibuk dengan adonannya.

'Dia benar-benar dingin kalau urusan pria, jika pria itu bukan aku,' batinnya.

***

Cerita akhir pekan Lin, dimana saat ini ia sedang memakai blush on, sebagai akhir dari persiapannya untuk pergi bersama Wat dan juga si kembar. Wat sudah menunggunya bersama Pin dan Nas di ruang tamu, sementara ia mendapat giliran terakhir untuk bersiap-siap.

"Lin, sudah?" tanya Wat yang sudah menunggunya hampir setengah jam.

"Sudah … aku ambil tas dulu, ya," jawab Lin sedikit berteriak.

Hanya selang beberapa detik, Lin sudah menghampiri Wat dan segera mendorong stroller Nas, keluar dari rumahnya.

Sementara Wat menyusulnya di belakang, juga mendorong stroller, milik Pin.

Rencananya mereka hanya pergi makan malam saja, tetapi tiba-tiba Wat meminta Lin untuk bersiap-siap lebih awal, karena ada yang ingin ia beli di sebuah toko yang terletak di pusat perbelanjaan, dimana restoran yang akan mereka singgahi untuk makan malam, juga berada di sana.

"Sepatu apa yang kamu cari?" tanya Lin.

"Sepatu sepak bola. Minggu ini akan ada pertandingan, jadi aku ingin membeli sepatu baru," jawab Wat, yang sedang memilih sepatu, sembari memegang stroller Pin.

"Melawan jurusan apa?" tanya Lin.

"Jurusan kamu. Kamu datang?"

"Hm? Sepertinya … tidak. Karena pertandingannya usai perkuliahan dan aku harus segera pulang menjemput twins," papar Lin.

"Aku akan bicara dengan ibumu. Datanglah … dan aku akan senang."