webnovel

Bench in the Park

Tidak semua orang mendapat kesempatan kedua dalam hidup, namun tak sedikit pula yang justru menggunakan kesempatan yang diberikan itu hanya untuk memuaskan nafsu keduniawian saja. Begitupula yang terjadi pada Keisha. Mengkhianati orang yang justru berperan besar dalam mengangkat kehidupan, bahkan rasa percaya dirinya. Dan saat semua sudah terlanjur terjadi, kata maaf dan penyesalan tentu tidak lagi berguna, sebab karma itu menyakitkan.

Ando_Ajo · Kỳ huyễn
Không đủ số lượng người đọc
402 Chs

Kekaguman yang Berubah Menjadi Hasrat

"Kami tidak tahu pasti apa penyebab Keisha bisa melihat semua warna," kata Kurnia. "Hanya saja, menurut Keisha, sore sebelumnya ia diajak gadis itu untuk bertamu kerumah gadis tersebut. Dan di sana, Keisha bertemu dengan ibunya Delima, mereka memberi Keisha secangkir teh."

"Teh?" ulang Hesti.

"Ya, teh yang tidak biasa."

"Maksud Anda?"

"Teh itu diramu dari kulit buah mahkota dewa, dan hanya menggunakan madu hutan sebagai pemanisnya."

"Aah…" Hesti mengangguk-angguk. "Jadi, menurut Anda, teh itulah yang mengembalikan penglihatan Keisha menjadi normal?"

"Kurang lebih, iya. Karena tidak ada lagi penjelasan yang lebih rasional daripada itu."

Hesti mengangguk-angguk, lagi.

"Apa pun itu," kata Kurnia, "yang jelas, Delima dan keluargnya itu telah berbuat banyak untuk Keisha—yang bahkan memberikan sebongkah berlian untuk anakku itu, Hesti," pria itu mendesah panjang, beban yang berat itu semakin bertambah berat saja.

Setidaknya, itu yang terlihat bagi Hesti pada Kurnia kini.

Chương bị khóa

Hỗ trợ các tác giả và dịch giả yêu thích của bạn trong webnovel.com